Bab 1 - Luka batin dan fisik ✓

12.6K 341 46
                                    

"Walaupun raga telah terpisahkan oleh kematian. Namun, cinta sejati tetap akan tersimpan secara abadi di relung hati."
- Bacharuddin Jusuf Habibie


~Happy Reading~


"Mas, aku sepertinya tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Seluruh tubuhku beneran sakit. Aku punya satu permintaan Mas," ucap seorang wanita seraya mengambil tangan kanan suaminya, lalu menggenggamnya erat.

Wanita itu menatap sendu ke arah sang suami. "Menikahlah dengan Gretha, Mas. Dia wanita yang baik, dan aku yakin dia bisa menjaga kamu dan Alex. Kamu juga sudah kenal sama dia. Kamu bisa kan menuruti permintaanku ini?" pintanya kembali, yang tengah terbaring di brankar Rumah sakit. Ia menderita kanker rahim stadium akhir.

Veno yang mendengar perkataan istrinya, langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat dan membungkuk untuk memegang tangan yang sudah lemah itu. Ia menatap dalam wajah pucat istrinya.

"Sayang, aku gak mau. Aku enggak cinta sama dia. Hanya kamu satu-satunya wanita yang ada di hatiku, lagipula aku yakin kamu pasti sembuh. Kamu tega ninggalin aku sama Alex? Aku butuh kamu sayang. Tolong jangan pergi tinggalin kami! Mas mohon," ucap Veno lirih dengan air mata yang sudah mulai menggenang di pelupuk matanya.

Fany tersenyum sendu, kemudian mengusap tangan suaminya dengan jempol kanannya. "Mas, ajal enggak ada yang tau. Jika disuruh memilih untuk hidup, atau mati. Aku pasti akan memilih untuk hidup, Mas. Aku juga akan senantiasa bersamamu dan juga anak kita. Tapi, sayangnya pilihan itu tidak ada. Aku bisa apa, Mas?" Gumamnya nelangsa. Tak terasa setetes air mata jatuh dari mata indahnya.

Napas Veno semakin tercekat kala mendengar ucapan istrinya. "Sayang, tapi mas tidak ingin menikah lagi. Cukup kamu satu-satunya wanita yang mas nikahi. Mas tidak bisa, Sayang. Masalah Alex, biar mas saja yang menjaganya."

"Mas, Alex masih kecil. Aku harap kamu bisa mengerti. Alex masih butuh kasih sayang dari seorang ibu. Untuk masalah cinta, aku yakin setelah kalian hidup bersama,  rasa itu akan tumbuh dengan sendirinya," bujuknya kembali, sambil menghapus air mata yang ada di pipinya.

Sebenarnya, ia tak sanggup melihat suaminya menikah lagi. Namun, ia juga tidak boleh egois. Suami dan anaknya juga perlu bahagia. Meskipun, nantinya bukan dia yang menjadi sumber kebahagiaan kedua pria berbeda usia tersebut.

Veno menghela napasnya lelah. "Baiklah kalau itu demi Alex, aku akan menerimanya. Tapi Sayang, aku yakin kamu pasti sembuh," ucapnya meyakini sang istri yang makin terlihat pucat setiap harinya.

Hatinya merasa hancur melihat wanita yang dicintainya, terbaring dalam keadaan lemah begini.

"Iya Mas, semoga saja." Fany—istri Veno, merasa tidak yakin bahwa penyakitnya akan sembuh. Ia sudah pasrah akan semua takdir yang nantinya akan terjadi.

🥀🥀🥀


Di lain tempat, seorang gadis yang wajahnya dipenuhi luka lebam bekas tamparan, menangis sambil mengetuk-ngetuk pintu yang berada di depannya.

Gadis itu adalah Gretha Juwita Alvarendra. Seorang gadis ceria dan baik hati, dengan berat tubuh diatas rata-rata wanita normal. Namun, hal itu tak dapat menutupi parasnya yang cantik dan kulitnya yang sebening susu.

Gretha merupakan seorang anak dari pengusaha yang kaya raya. Ibunya meninggal dunia ketika ia masih duduk di bangku SMA. Setahun setelah kepergian ibunya, ayahnya menikah lagi dengan seorang janda beranak satu. Kebetulan putri dari ibu tirinya, seumuran dengannya.

Sejak kedatangan ibu dan saudari tirinya itu, tidak ada lagi kata kedamaian didalam hidup Gretha. Setiap harinya dia akan disuruh untuk melakukan semua pekerjaan rumah.

 Widower's Fat Wife [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang