"Lebih baik tidak menaruh hati sama sekali, daripada ujung-ujungnya tersakiti."
-smileegirlss~Happy Reading~
•
•
•
Malam yang gelap gulita telah tergantikan oleh pagi yang cerah. Disambut sang mentari pagi yang mulai memperlihatkan sinarnya dari celah jendela kamar seorang gadis.
Gadis itu menggeliat dalam selimut yang masih membaluti tubuhnya. Ia membuka matanya dengan perlahan, lalu menguceknya.
Gadis itu adalah Gretha. Ia terduduk di atas ranjang dan bersandar di headboard. Setelah sepuluh menit mengumpulkan nyawa. Ia pun bangkit dari ranjang dan merapikannya.
Setelah terlihat rapi, Gretha mengambil handphone-nya yang terletak di dalam laci, ia hanya ingin memastikan jam saja.
Setelah memastikan jam, ia langsung mengambil handuk untuk mandi. Namun sebelum itu, ia berdiri di depan kaca terlebih dahulu untuk melihat bagaimana penampilannya.
Rambut yang kusut, mata yang sembab dan memerah, serta baju yang acak-acakan. Ia kemarin menangis sepanjang malam. Gretha menghela napasnya lelah.
Setelah selesai berpakaian, Gretha turun ke dapur dan membuat sarapan untuk dirinya dan suaminya. Ia membuat makanan yang simple saja, yaitu nasi goreng. Dan untungnya saja, semua bahan makanan yang diperlukan sudah tersedia di dalam kulkas. Ia mengikat rambutnya terlebih dahulu sebelum mulai memasak.
Setelah nasi goreng itu jadi, Gretha naik ke lantai atas untuk melihat Veno apakah sudah bangun atau tidak. Ia pun mengetuk pintu itu beberapa kali, tetapi tak ada sahutan sama sekali dari dalam kamar.
Gretha pun memberanikan diri untuk membuka pintu kamar suaminya. Pandangannya menelisik seluruh ruangan itu. Namun, tak juga menemukan keberadaan Veno
Gretha melihat ranjang suaminya yang berantakan. Ia pun berjalan ke sana dan berinisiatif merapikannya.
Krekk!
Pintu kamar mandi terbuka. Menampilkan seorang pria yang pinggangnya dililitkan handuk berwarna putih.
Veno berjalan menuju Gretha. Ia berdiri di belakang gadis yang sedang merapikan tempat tidurnya.
Gretha yang sudah siap merapikan tempat tidur suaminya pun, membalikkan badan.
Brukk!
"Awssh!" rintih Gretha sambil mengusap-usap keningnya yang terbentur dada bidang Veno.
Gretha mendongak. "Kenapa berdiri disini, sih?" omelnya sambil menatap tajam Veno.
"Ya, kamu kenapa ada di kamarku?" tanya Veno dengan sedikit menunduk untuk mensejajarkan wajah mereka.
Gretha yang ditatap seintens itu pun, salah tingkah. Bukannya menjawab, ia malah mendorong tubuh Veno dan berlalu pergi dari kamar.
"Apaan sih, Tha. Lo pokoknya gak boleh jatuh cinta sama Kak Veno. Hati Kak Veno cuma untuk Fany." Ia bergumam untuk menyadarkan dirinya, sambil menepuk-nepuk pipi tembamnya.
"Oh iya, kok gue gak nyuruh Kak Veno turun untuk makan, yah? Arghhh udah, lah, palingan nanti turun sendiri," monolognya lirih.
Veno saat ini sedang bersiap untuk turun ke bawah. Ia yakin, Gretha kesini untuk mengajaknya sarapan bersama.
Veno selama empat hari ke depan, tidak akan pergi ke kantor. Semua pekerjaan diambil alih oleh sekretarisnya dan dibantu dengan sandi yang akan mengawasi perusahaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Widower's Fat Wife [End]
Romance⚠️ZONA BAPER⚠️ Menikah dengan suami sahabatnya sendiri? Tidak pernah ada di dalam kamus seorang gadis bernama Gretha. Gretha, si gadis bertubuh overweight, mengalami hal yang tidak pernah sama sekali dibayangkannya akan terjadi. Ia berharap menikah...