"Hatchi!!"
"Papi kenapa?"
"Ha? Hmh. Enggak apa-apa. Cuma bersin biasa aja. Mungkin karena mau musim dingin"
"Nih, aku ada tisu"
"Makasih ya"
Asa mengambil helai tisu dari bocah yang memanggilnya papi. Dia bukan anaknya, cuma keponakan.
Percayalah, hidup bergelimang harta, tata krama paling baik, bahkan sudah dibuatkan list calon pendamping oleh orangtuanya, papi lebih memilih hidup sendirian alias menjomblo.
Menurutnya pribadi, ia tidak memiliki waktu untuk mengurusi pasangan. Karena bisnis yang ia kelola hampir menyita seluruh waktunya untuk saat ini.
Asa seorang penggila kerja, jika sehari saja matanya tidak membaca laporan perusahan, tangannya tidak menandatangani perjanjian atau perpanjangan kontrak kakinya tidak menapaki ruang rapat atau ruang kerjanya, Asa merasa nyawanya hilang separuh.
Bagaimana tidak, sejak umur 10 tahun, asa sudah tertarik dengan sendirinya terhadap bisnis keluarga. Awalnya sang ayah tidak begitu yakin hingga akhirnya, ia memberikan asa kesempatan untuk mengelola bisnis iseng-iseng keluarganya, yaitu cafe yang merangkap dengan restoran.
"Tuan .."
"Ya?"
"Tuan besar memanggil anda"
"Oh oke. Terimakasih"
Asa menaruh cangkir teh yang akan ia minum lagi setelah sebelumnya ia memakan kue tart yang sudah dipotong menjadi beberapa bagian.
Asa berhenti di dekat ayahnya yang tengah duduk di dekat perapian. Membaca tiap lembar koran yang ada di hadapannya.
"Ayahanda.."
Si ayah menurunkan koran miliknya.
"Ah, Asa. Duduk sini"
Sesuai perintah, asa duduk pada kursi yang ada.
Ayah asa melipat koran dan sedikit menghempasnya ke meja kemudian menujuk satu judul besar yang ada di sana.
"Nak, apa maksudnya ini? Ini. Kamu mau membuat keluarga kita malu?"
Asa membaca judul tersebut dengan seksama. Senyum terukir di bibir asa.
"Nak. Apa yang kamu rencanakan? Kalau hanya untuk menambah uang sakumu, tidak mesti saham dari agensi yang kecil seperti ini"
Asa malah tidak mendengar perkataan ayahnya, ia benar-benar terfokus pada isi berita yang ditulis jurnalis yang membuatnya ingin tertawa geli.
"James Rakasa Arnold"
Kepala Asa mengadah "Ya?"
"Jawab pertanyaan ayah"
"Maafkan asa ayahanda, tapi... Ada suatu hal yang ingin asa lakukan. Ini demi masa depannya asa juga"
"Apa? Kamu sekarang mau menjalankan
sebuah agensi? Iya?""Bukan asa yang akan
menjalankannya. Tapi......"😎😎😎😎😎😎😎😎😎😎😎😎😎😎😎
Rora memilih untuk pulang ke kampung halamannya. Dia sendiri bingung harus bagaimana lagi. Bertahan di Jakarta juga tidak ada gunanya.
Menjadi gadis desa, membantu orang tua, dan mengubur dalam-dalam semua mimpi yang pernah ia inginkan. Barang-barang mahal yang pernah ia miliki, beberapa ia jual untuk ongkos pulang.
Rora benar-benar kembali ke masa sebelum ia menjadi model. Hidup sederhana dan tidak dipenuhi barang-barang bermerk yang kadang ia beli dari hasil tabungannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Family Kukang (BxG)(Rupha) END
HumorDahulu kala, di jaman prasejarah!! Hiduplah seorang bocah yang terkenal memiliki mata sipit dan mirip kukang di kompleknya. Sering dibully sama bocah2 komplek" woy melek, jangan merem mulu". ledek bocah bocah mines akhlak. BxG (Rupha)