"POKOKNYA KAMU HARUS NIKAH SAMA EMMA!!"
"T-Tapi yah.."
"Enggak ada tapi-tapian! Itu undangan udah mau dicetak, gedung juga udah di booking! Kamu jangan malu-maluin ayah!" Rami shock. Ternyata orang tuanya udah melangkah sejauh itu tanpa sepengetahuannya.
"sial..."
"Hm? Apa? Kamu ngomong apa rami?"
"KALIAN BERDUA EGOIS!! Ayah.. dan ibu. Aku tidak akan menikah dengan emma! Kenapa kalian memaksa kami untuk mengikuti keinginan kalian?! Aku dan Emma juga berhak memilih pasangan masing-masing!"
*PLAK
Tamparan mendarat mulus di pipi rami. Papa Emma dan Emma yang juga ada di ruangan yang sama hanya terdiam. Ini pertama kalinya rami seperti itu dengan ayahnya. Rami berani menentang dan berbicara dengan nada tinggi.
"Kenapa ayah menamparku? Aku benar kan? Ayah tanya saja pada Emma. Dia juga enggak mau dinikahkan dengan aku karena dia sudah punya kekasih"
Rami keceplosan. Padahal dia udah janji akan menutup rapat mulutnya tentang hubungan emma dengan kekasih emma.
"Emma?" Giliran papa emma yang bertanya pada anak semata wayangnya. Emma berusaha menghindar tapi ia takut untuk berbohong.
"M-Maaf... pa...."
Papa emma menghela nafas, ia menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa, dan emma tidak berani menatap wajah papanya.
Para ibu pun demikian, mereka juga memilih diam dan tidak berani membela anak-anak mereka dari rasa kecewa sang suami.
Rami kembali ke apartemennya karena percuma juga ia menetap di rumah. Suasana masih panas karena ayahnya masih kecewa padanya. Hujan di luar membuatnya semakin tidak bersemangat.
"Rami? Gimana? Apa yang dibilang
ayahmu?"Ningning yang sudah tinggal bersamanya sejak dua bulan lalu menghampirinya. Rami terdiam, ia merebahkan tubuhnya di atas karpet tebal di depan televisi. Menutup sebagian wajahnya dengan lengannya.
"Ramiiii?"
Pikiran Rami masih kacau, bahkan suara ningning yang memang bawaannya udah halus banget sampai enggak kedengaran.
"Hmmm... Ramiiii..."
Rami menggeser lengannya. Wajah ningning terlalu dekat dari pandangannya. Kedua bola mata mereka bertemu, saling menatap cukup lama. Meski pun posisi kepala ningning berbeda arah, tapi rami masih bisa menjangkau bibir mungilnya
yang berwarna kemerahan itu.Pandangan rami pindah ke bagian bibir ningning dan semakin ia mengadah, ia malah melihat kerah piyama ningning yang agak longgar.
"Ningning...."
"Hm?"
"Aku....... Menginginkannya, boleh kan?"
"Eh? Ta-Tapi"
Dengan cepat rami menarik kepala ningning ke bawah, mengecup bibir ningning berkali-kali. Melumatnya, dan terus memaksanya mengimbangi permainan bibirnya.
"Mmpp!! Ram- mphh!!" Semakin ningning menolak, semakin kuat perlawan rami.
Kini ia melepas ciumannya dan menarik tangan ningning. Ia tarik paksa tubuh kecil ningning yang kesulitan mengikuti langkah kakinya.
"KYAAA!!"
Tubuh ningning terhempas ke atas ranjang. Setelah itu, rami membuka kancing baju piyama milik ningning. Semua ia lakukan dengan terburu-buru.
Ningning ketakutan, ia tidak nyaman dengan perlakuan rami. Air matanya mengalir.
"MIZU! HENTIKAN!!"
"Hikss, jangannnnn"
KAMU SEDANG MEMBACA
Family Kukang (BxG)(Rupha) END
HumorDahulu kala, di jaman prasejarah!! Hiduplah seorang bocah yang terkenal memiliki mata sipit dan mirip kukang di kompleknya. Sering dibully sama bocah2 komplek" woy melek, jangan merem mulu". ledek bocah bocah mines akhlak. BxG (Rupha)