Dahulu kala, hiduplah seorang gadis belia dengan kecantikan tiada tara. Kulit putih karena perawatan seadanya. Ke salon cuma sekali sebulan, itu pun kalau uang jajan yang disisihkan itu mencukupi.
Sebut saja namanya Aurora Cantika putri. Putri dari pasangan bapak Asep dan ibu Salma . Rora gadis gemar mengoleksi majalah fashion. Enggak tanggung-tanggung, satu rak bukunya itu seakan bersaing saling mengisi, antara majalah dan juga buku pelajaran.
Rora termasuk siswi yang nilainya di atas rata-rata. Peringkat sepuluh besar menjadi tempat singgahnya. Sifat pantang menyerahnya itu mampu membuatnya bertahan tapi enggak bisa menjebol peringkat tiga besar.
Tamat SMA, Rora memilih untuk kuliah sambil kerja. Merantau dari Bandung, ke Jakarta. Lulus seleksi universitas, Rora sambilan cari kerja. Macem-macem... dari SPG, kasir, sampai tukang cuci piring.
Sampai Rora berhenti di satu papan iklan. Katanya lagi nyari talent buat dijadiin bintang iklan. Siapa yang enggak mau coba?
Ikut casting... Rora auto lolos gara-gara penampilannya yang malah cocok jadi model.Lah?
Iya, Rora malah dikontrak jadi model majalah. Tapi sayang, agensinya kurang terkenal. Poor Rora.
Bertahun-tahun hidup dalam siksaan karena gajinya yang kecil, Rora yang lagi ngelamun sambil bawa secangkir kopi hangat, enggak sengaja menabrak seorang wanita dengan setelan kemeja dan blezar mahal.
"Aduh"
"Heh! Kalau jalan lihat-lihat bodoh!"
Hardik Rora. Sambil terus-terusan ngomel.Lalu datanglah seorang pria
"Kamu enggak apa-apa?"
Pertanyaan tadi bukan ke Rora ya, tapi ke wanita yang blezernya udah ternodai sama kopi milik Rora.
"Saya tidak apa-apa Tuan, tapi baju saya-"
"Hmm. Buang saja, nanti kita beli yang baru. Kita enggak sempat kalau harus pulang dulu"
"Baik Tuan"
Rora terdiam, beli? Beli katanya pria itu? Padahal kalau dilihat secara kasat mata, itu jas harganya mahal banget. Gaji Rora selama setahun aja belum tentu cukup buat beli.
"Heh kamu!"
Rora tersadar dari lamunannya.
"Ya?"
"Kenapa tidak minta maaf pada pelayan ku? Kan kamu melakukan kesalahan"
"Haaaa? Enak aja. Dia yang salah. Dia yang nabrak duluan"
Pria itu mendekati rora, menarik tangannya secara paksa.
"Ayo minta maaf. Orang tuamu pasti mengajarkan untuk minta maaf kan kalau melakukan kesalahan?"
Baru terseret beberapa langkah, Rora menepis tangan pria itu.
"Ck! Lepasin! Aku enggak suka kalau disuruh-suruh sama orang yang enggak aku kenal. Lagian kau siapa? Seenaknya memerintahku seperti itu!"
"Kamu mau tau siapa aku? Aku-"
"Tuan, kita akan terlambat. Rapat akan segera dimulai"
"Oh baiklah"
Ucapan pria itu terputus, ia memilih untuk meninggalkan Rora yang masih bertanya-tanya soal Pria itu. Dilihat dari tampilannya, Pria itu jelas orang kaya. Dari setelan rapi jasnya, yg pasti harga mahal banget.
😎😎😎😎😎😎😎😎😎😎😎😎😎😎😎
Rora enggak terlalu kepikiran sama pria kemarin. Selagi melakukan pemotretan Rora justru kepikiran sama uang sewa apartemen-nya yang belum ia bayar selama dua bulan.
Pemotretan dari pagi sampai sore, dan untung aja untuk hari ini, jadwal kuliahnya malam. Untuk hari ini aja sih.
Kelar kuliah, Rora pulang ke apartemen yang ternyata listriknya udah diputus sama yang punya. Berbekal lampu darurat dan beberapa lilin, ruangan apartemen kecil Rora jadi terang kembali, tapi tanpa penyejuk ruangan, dan untung juga nih ada kipas yang berdaya batrai.
Rora menikmati angin yang bertiup saat ia sengaja keluar dan berdiri di beranda kamarnya. Niatnya mau hitung bintang sekalian merenungkan nasib, tapi enggak jadi. Duduk sambil nonton video tutorial make up lebih menarik perhatiannya.
Udah 2 video terselesaikan, sebuah panggilan masuk dari manajer-nya Rora.
"Halo?"
"R-Roraaaaaa"
"Ya? Ada apa?"
"A...... Agensi memutuskan semua kontrak dengan para model termasuk kontrak milikmu"
"APA!!"
"Aku baru saja diberitahu-"
Rora mengakhiri panggilan. Tubuhnya terasa lemas. Ia merasa semuanya telah berakhir. Niatan buat bunuh diri melintas di pikirannya.
Tapi, entah dorongan dari mana. Rora malah mengganti bajunya, ia berlari keluar, mengunci kamar apartemen-nya, turun ke bawah dan memanggil taksi.
Rora tiba di kantor agensinya.
Yang ia lihat, hanya bangunan yang sudah tertutup pita kuning bergaris hitam dan juga kosong.
Ingin Rora berteriak karena ia benar-benar tidak tau harus bagaimana lagi.
Hingga pandangannya, semua menjadi hitam.
😎😎😎😎😎😎😎😎😎😎😎😎😎😎😎
Rora terbangun dalam ruangan yang lebih besar dari apartemen miliknya. Ah, rumah manajer-nya.
"Rora. Minum dulu"
"Aku........ Tidak bisa......"
Rora mengangkat tubuhya sendiri dan mencoba untuk duduk semampunya.
"Apa yang kamu lakukan di depan kantor Rora? Bukannya aku sudah bilang-"
"Aku hanya ingin memastikan saja"
Manajer Rora melangkah menuju meja kecil ,yang tidak jauh dari tempat Rora terbaring tadi. Ia mengambil ponsel miliknya. Mengetuk dan menggeser layarnya ke atas beberapa kali. Ia kembali mendekat.
"Ini. Aku mendapatkan kabar ini tadi pagi"
Rora membaca setiap huruf yang terdapat di layar ponsel. Ia membacanya secara teliti.
"Menjadi penyebab utama menurunnya popularitas beberapa model ternama, seluruh saham agensi xx dibeli perusahaan besar Arnold corp"
"A-Arnold corp?!"
"Iya Rora. Aku sendiri tidak tau alasannya kenapa perusahaan semacam Arnold corp mau-maunya membeli seluruh saham agensi"
Rora kembali membaca tiap kalimat yang membuatnya semakin penasaran.
Hingga kedua matanya...
Menangkap satu wajah yang ia kenal, meski foto tersebut hanya foto hasil jepretan paparazi.
"Dia kan........."
KAMU SEDANG MEMBACA
Family Kukang (BxG)(Rupha) END
HumorDahulu kala, di jaman prasejarah!! Hiduplah seorang bocah yang terkenal memiliki mata sipit dan mirip kukang di kompleknya. Sering dibully sama bocah2 komplek" woy melek, jangan merem mulu". ledek bocah bocah mines akhlak. BxG (Rupha)