"Aku sudah membuktikan kalau aku mampu bertahan sejauh ini, dan tidak terbawa ego untuk pulang sendiri.
Tapi jika Tuhan menahanku agar bertahan lebih lama, hanya untuk menjemputku dengan cara seperti ini. Maka ijinkan aku mengatakan satu hal untuk y...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sementara di bagian lain bumi, seorang gadis tampak tengah berdiri menghadap keluar jendela dengan layar ponsel yang dia hadapkan pada wajahnya.
"Aku baik-baik saja kak, kenapa kakak tiba-tiba bertanya seperti itu? "
"Aku hanya khawatir, belakangan ini perasaanku nggak enak"
"Ck, jangan mikir aneh-aneh ah. Nanti aku ikut kepikiran. Kakak nggak tau betapa setiap hari aku selalu khawatir dan nungguin kakak menghubungi ku kan? "
"Iya-iya, disini masih dalam status aman kok. Kamu tenang saja"
"Ngomong-ngomong kamu lagi dimana? "
"Aku? Ii-iini di kantor tempat aku magang"
"Aaaaa... Pantas saja sedikit asing"
"Bagaimana kegiatan magangmu, tidak ada kendala berarti kan? "
"Nggak ada, semua lancar dan menyenangkan"
"Syukurlah, aku senang melihatmu baik-baik saja.
Sebentar lagi kakak harus ikut rapat dengan UNESCO untuk penyerahan bantuan obat dan peralatan medis, kakak akan segera menghubungi mu secepatnya begitu ada kesempatan"
"Oke, jaga diri baik-baik. Aku selalu menunggu mu"
"Hmm..,, kamu juga jaga diri ya. Kakak menyayangimu"
Panggilan lintas benua itu berakhir, Kayla menghela nafas kasar setelah mematikan layar ponselnya dan melepas jaket boomber yang sebelumnya dia kenakan, lalu menyerahkan pada seorang pemuda yang sedari tadi duduk pada sebuah kursi di ruangan yang sama
"Terima kasih sudah dipinjami jaket" Kata gadis itu sambil tersenyum manis, namun pemuda itu justru mencebik.
"Sampai kapan kamu akan menyembunyikan hal seperti ini dari kakakmu? Kalo dia tau bulan ini kamu sudah 3 kali datang kesini untuk berobat, mungkin kali ini dia benar-benar akan menyeretmu keluar dari rumah itu" Omel pemuda itu.
"Come on lah kak Radit, makanya kakak jangan cepu"
"Kamu yang jangan aneh-aneh, penyakit kok di cari"
"Bawel ih, ikhlas nggak sih nolongin? Aku nggak kesini lagi nih kalo ada apa-apa"
"Ck, jika saja kamu menyetujui prosedur untuk membawa paksa mama kamu ke pusat kesehatan mental, mungkin dari dulu kamu sudah bebas dari penyiksaan seperti ini Key" Kesal Radit, dokter kepercayaan Kayla, sekaligus sahabat dari kakaknya sendiri.
"Sudahlah kak, mama sudah banyak tekanan setelah kepergian papa.
Aku nggak mau mama semakin kesulitan dan berakhir nekat" Jawab Kayla, yang kini menyeret tiang infusnya untuk duduk di atas brankar.