Unexpected mission

132 21 45
                                    

Hai-hai..

Author is back..!!

Waktunya kita lanjoot.

Jangan lupa vote dan komennya ya.

Happy reading..!!

***

Kayla berakhir dalam boncengan motor Gatra yang melaju sedang melintasi kawasan perkampungan menuju daerah tempat tinggal mereka, mungkin sangat mengherankan kenapa mereka harus melewati jalanan perkampungan yang membuat perjalanan mereka lebih jauh dan lama, padahal jika mereka melewati jalanan utama, tentu waktu yang ditempuh tidak terlalu panjang. Hal itu lantaran Gatra tidak membawa helm ganda untuk Kayla kenakan, sehingga sangat tidak memungkinkan bagi mereka untuk melintasi jalanan utama yang pastinya terdapat banyak pos polisi dan kamera cctv lalu lintas.

"ck, heran gue. 

kan gue udah bilang mulai besok aja, ngapain sih maksa balik bareng sekarang?" omel Kayla, yang sedari tadi membonceng dengan raut wajah ditekuk.

"eeii, kaki gue kan sakitnya sekarang. Nanti kalau tiba-tiba kaki gue nyeri, terus gue jatoh gimana?" bela Gatra.

"ya lagian apa gunanya juga bawa gue, kalo misal lo jatoh karena kaki lo tiba-tiba nyeri. 

Toh, gue juga nggak bisa bawa motor beginian, yang ada lo makin repot, karena gue juga bakal ikut luka-luka kan?" gerutu Kayla, membuat Gatra diam-diam tertawa kecil di balik helm fullface yang dia kenakan.

"siapa bilang gue bawa lo biar bisa gantiin gue nyetir"

"hahh, terus buat apaan?"

"ya kan gue cuma butuh kaki lo doang, buat bantuin gue napak di lampu merah"

Jawaban Gatra sukses membuat Kayla tertegun dengan mulut setengah terbuka, benar-benar diluar nalar. Kayla sama sekali tidak menyangka akan terlibat insiden dengan Pemuda menyebalkan seperti Gatra.

Selama ini hidupnya begitu datar, Kayla memiliki satu kegiatan pasti dalam kesehariannya, yaitu pergi dan pulang kuliah, selebihnya Kayla hanya akan berada dirumah seharian atau sesekali keluar untuk mencari udara segar di jembatan dekat taman komplek tempat tinggalnya.

Gadis itu tidak pendiam, tapi tidak bisa dibilang ramai juga, sebab selama ini Kayla berteman sewajarnya, bicara seperlunya dan tertawa secukupnya. Kayla berteman dengan semua orang, namun hanya satu atau dua orang yang bisa di anggap akrab dengan dirinya, karena Kayla memang sangat jarang ikut bergabung dalam kegiatan diluar kampus bersama teman-teman sekelasnya, seperti nongkrong atau berlibur bersama.

"Biar gue perjelas sekarang, jadi sampai kapan gue harus 'nemenin' lo naik motor begini?" tanya kayla, penuh penekanan.

"eeeummm, sampai lulus gimana?" jawab Gatra sekenanya.

"Enak aja, emang gue kenek apa? nemenin lo nyetir selama itu? mending gue naik busway, nggak kepanasan dan kehujanan" protes Kayla, yang secara reflek memukul pelan bahu Gatra.

"kenek? emang kalo bonceng motor namanya kenek key?" ledek Gatra, sambil tertawa kecil.

"nggak tau ah, pokoknya gue nggak mau lama-lama nemenin lo motoran. mending gue seret lo kerumah sakit buat berobat sekarang juga"

Lagi-lagi Gatra tertawa dibalik helmnya "Lagian bukannya seneng, selain lo hemat uang transport, kapan lagi lo dapet kesempatan di bonceng sama cowok ganteng begini key" 

Kayla hanya mencebik dengan bola mata yang berputar jengah, mendengar kalimat kepercayaan diri pemuda itu.

"gue nggak pernah disuruh irit, uang jajan gue cukup, bahkan nyisa kalau buat beli motor beginian lima biji sekarang juga. Dan elo nggak ganteng dimata gue, jadi jangan kepedean " sarkas Kayla, asal bicara.

ELUSIFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang