My evening

67 8 2
                                    


Holla.. Author is back..!!!

Apa kabar guys,, adakah yang kangen dengan tulisan author??

Mana suaranya coba..???

yaudah nih aku kasih kelanjutan ceritanya.

***

Suara khas kopi yang di seruput mengakhiri hari senja kakak beradik yang tengah menikmati santai bersama di teras belakang kediaman jendral Yossi dan dokter Anita. 

Guntar dan Gatra sore itu sama-sama sedang senggang, dan hal yang hampir selalu dilakukan ketiga anak jendral itu di waktu senggangnya adalah saling bertukar pikiran. Entah di sela-sela kebersamaan mereka saat mendaki gunung, pergi ke pemandian atau bercamping di hutan. Ketiga bersaudara itu selalu menyempatkan waktu untuk melakukan sesuatu bersama-sama, disela kesibukan masing-masing. 

Karena Gema sedang berada dalam misi, Guntar dan Gatra memutuskan tidak melakukan kegiatan di luar rumah, dan memilih bersantai di rumah selama libur. 

"By the way, gimana kabar Kayla? Udah resmi belum lo sama dia? " Tanya Guntar, setelah menyesap kopinya sekali lagi. 

Gatra tampak menghela nafas kasar, lalu meletakkan cangkir kopi yang semula dia tangkup dengan kedua tangannya untuk menghangatkan diri. 

Melihatnya Guntar menautkan kedua alisnya "lah, kenapa ni anak? "

"Bingung gue jawabnya bang" Lagi-lagi Gatra menghela nafas berat. 

"Maksudnya? "Tanya Guntar, tidak memgerti. 

Gatra memutar poros tubuhnya untuk menghadap Guntar,  " Menurut lo gimana? Gue udah nyatain perasaan gue, dan dia bilang juga ada perasaan yang sama ke gue. Tapi dia nggak bisa kasih kejelasan status ke gue bang.

Gue harus gimana coba? " Keluh Gatra, panjang lebar. 

Bukan ikut prihatin, Guntar justru menahan tawanya ''pfffttthh... Jadi maksudnya lo di gantung? Bwuaahahahaa..... " 

Gatra melirik sinis ke arah sang kakak, dan meninju lengan pemuda itu, " Diem lu" Kesal Gatra.
Setengah mati Guntar meredakan tawanya agar tidak kembali meledak, namun karena sang adik yang dia ketahui sangat populer dan selalu menjadi incaran para gadis di sekolah maupun kampus tempatnya menimba ilmu bisa menjadi korban HTS membuat Guntar tak bisa menahan tawanya.

"Bang,,!!! Tega banget lo ngetawain gue" Sungut Gatra, yang lagi-lagi meninju lengan kakaknya.

"Bentar, ini kalo Gema tau juga pasti reaksinya sama kaya gue tra. 

Seorang Gatra yang populer bisa jadi korban HTS? Asli, lo kena karma kayaknya dek" Ledek Guntar, menoyor pelan kepala Gatra. 

"Udah deh nggak usah bawa-bawa bang Gema, bisa abis gue di ledek setiap menit" Protes Gatra. 

Setelah sekian menit mencoba mentralkan tawanya, akhirnya Guntar berhasil diam dan mulai mencoba memahami apa yang Gatra alami.

Dengan malas Gatra mulai menceritakan awal mula pertemuan dengan Kayla dan bagaimana perjuangan Gatra selama mendekati Kayla. Dan dapat Guntar simpulkan bahwa masalah dan halangan terbesar hubungan Gatra dan Kayla bukanlah hal sederhana. Sebab sikap tertutup Kayla bisa jadi menyimpan hal besar yang kelak akan menjadi boomerang bagi keduanya, hal itulah yang sekiranya membuat Kayla begitu takut membuka hati dan memulai suatu hubungan.

Sambil menggaruk dagunya, Guntar tampak berfikir keras.
" Misterius juga ya calon pacar lo? "

Gatra mengangguk sambil mencebik " He'eh, cantik dan bikin penasaran. " Jawab Gatra, lalu menghembus nafas berat. 

"Awalnya gue penasaran doank, pas deket lama-lama ada rasa sayang dan ingin melindungi. Entah dari hal seperti apa bang, gue juga bingung.

Gue ngerasa udah deket banget secara batin sama dia, seolah ada hal yang ngiket kita sejak awal. Dan gue nggak tau itu apa" Pungkas Gatra. 

Tak jauh dari tempat kedua bersaudara itu mengobrol, Anita yang sore itu baru tiba dari rumah sakit membeku di ambang pintu belakang rumahnya, mendengar obrolan kdua putranya tentang Kayla membuat wanita itu kembali di landa perasaan bersalah. 

Tentu Gatra memiliki kedekatan batin dengan Kayla, meski tidak pernah bertemu di masa lalu, namun kedekatan Gatra dengan mendiang Ayah Kayla tentu menjadi alasan bagaimana perasaan itu bisa muncul dengan sendirinya, apalagi mendiang Ayah kayla gugur dalam misi menyelamatkan keluarganya.

Diam-diam Anita mengusap air matanya dan berusaha menampilkan senyum terbaiknya sebelum mendekati kedua putranya yang sedari tadi asyik mengobrol. 

"Itu yang di sebut cinta tanpa alasan" Sambar Anita, seketika Guntar fan Gatra menoleh bersamaan.

" Eh bunda, udah pulang? " Tanya Gatra dengan ekspresi malu-malu karena ketahuan sedang bergalau, Anita hanya menanggapi dengan senyuman sembari mengusak gemas kepala Gatra.

"Kenapa? Kamu ada masalah sama Kayla? "

"Ee-eenggak kok bun" Elak Gatra. 

"Oh ya? Bener bang? " Kali ini Anita bertanya pada Guntar. 

" Masalah personall sih enggak bun, tapi masalah hati yang di gantungin" Jawab Guntar, lalu kembali tergelak,membuat Gatra kembali kesal dan meninju lengan kakaknya.
"Kamu? Di gantung sama Kayla? "

"Nggak tau ah bun, aku juga bingung" Keluh Gatra, yang kemudian kembali menyesap kopi miliknya.

Anita tersenyum lembut, tangannya pun terulur membelai kepala Gatra. 

" Cinta itu istimewa, itulah kenapa buat bisa berhasil berakhir bersama, dibutuhkan banyak kesabaran, usaha dan hati yang saling menerima. 

Kalo emang sayang ya jangan gampang menyerah, kamu akan tau gimana manisnya kebersamaan setelah melalui perjuangan. 

Coba deh tanya abang-abang kamu, gimana rasanya hampir sampai final setelah jatuh bangun memperjuangkan? Pasti ada perasaan menggebu yang sulit di jelaskan"

Guntar mengangguk sambil tersenyum " Bener banget bun, rasanya setelah sekian lama melewati proses saling mengenal, saling menyakiti dan bahkan entah seberapa sering kami saling memaafkan. Ada rasa lega dan perasaan aneh yang susah aku jelasin.

Intinya aku ngerasa udah sampai titik dimana aku cuma mau melalui masa saling menyakiti dan memaafkan sama satu orang aja, aku cuma mau berbagi sedih dan seneng sama dia aja. Udah, meskipun kelak entah seberapa sering kita akan saling mengecewakan dan berakhir kembali saling memaafkan. Rasaku udah habis di satu orang" Pungkas Guntar dengan ekspresi kasmaran, pemuda yang sebentar lagi mengakhiri masa lajangnya itu seketika mengubah ekspresi di wajahnya kala menyadari bahwa sang adik tengah menatapnya dengan ekpresi geli.

"Kenapa lo? "

"Nulis novel cinta aja sana lo bang, geli banget liat manusia banyol kaya elo ngomongin cinta" Ledek Gatra, yang langsung mendapat pitingan lengan Guntar pada lehernya. 

"Yeee, bocah kencur tau apa lo? Orang lagi serius juga. Rasain nih..!! " Omel Guntar sambil memutar-mutar tangannya yang terkepal pada kepala Gatra.

"Achh.. Ampun bang sakit..!! '

Bunda tolong, abang main kasar nih.. 

Acchhh... Bang lepas wooii..!! "

Melihatnya Anita hanya geleng-geleng kepala, kemudian berlalu pergi, karena sudah khatam dengan kelakuan anak-anaknya sendiri.

***

Maaf ya kelamaan hiatusnya, heheheee...

Ini juga nggak janji bisa update setiap minggu lg.

Next nggak nih??

Kalo rame aku next deh. 

***

Makasih support votes dan komentarnya ya.

Jangan lupa follow.

Makasih

_author_

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 6 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ELUSIFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang