"Aku sudah membuktikan kalau aku mampu bertahan sejauh ini, dan tidak terbawa ego untuk pulang sendiri.
Tapi jika Tuhan menahanku agar bertahan lebih lama, hanya untuk menjemputku dengan cara seperti ini. Maka ijinkan aku mengatakan satu hal untuk y...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gatra sendiri tidak mengerti, Alasan logis apa yang bisa menjelaskan mengapa segala tindakan dan ucapan menggelikan yang terlontar untuk Kayla terlihat begitu natural, bahkan dapat dengan mudah dia lakukan secara sadar tanpa berfikir dan gengsi sama sekali. Sesuatu yang tidak pernah sekalipun dia lakukan pada gadis manapun.
Bahkan ekspresi jengah dan lirikan sinis yang Kayla berikan atas kalimat clingy Gatra sebelumnya tak lantas membuat pemuda itu berkecil hati dan pergi meninggalkan gadis itu.
"Aduuh, bini..
Kamu duduk aja sama anak-anak, sini biar aku yang bantu salurin makanannya" Kata Gatra sambil meraih piring berisi pecel ayam di tangan Kayla, dan memberikannya pada anak-anak yang sedari tadi sudah duduk tenang di atas tikar warung pecel lele yang mereka kunjungi.
"Lo bisa diem nggak?
Bini-bini, gue plintir juga nih lidah lo biar berhenti berisik" Omel Kayla yang mulai kesal dengan kerandoman Gatra.
"Plintir lidah? iih mau donk, tp pake itu ya" Jawab Gatra, sambil menunjuk bibir Kayla dengan dagunya. Seketika membuat Kayla yang kesal secara reflek memukul bahu pemuda itu.
"Issh,, lo ngomong apaan sih depan bocil begini? Dasar sinting" Omel Kayla dengan tatapan sinis, sukses membuat Gatra tersadar dan reflek memukul mulutnya sendiri, kemudian nyengir kuda.
Pada akhirnya dua sejoli itu makan bersama kelima pedagang asongan kecil itu dengan tenang, di selingi obrolan ringan dan candaan kecil di sela kegiatan mereka.
Namun mata Kayla menangkap ekspresi sendu dari salah satu anak yang tengah makan bersamanya saat ini.
"Galih, kok makanannya nggak di habisin? Kamu nggak suka? Mau ganti yang lain? " Tanya Kayla dengan suara lembut, membuat perhatian semua anggota makan malam mereka tertuju pada anak bernama Galih itu.
Menyadari namanya di sebut, anak laki-laki itu mendongak menatap Kayla sekilas, lalu bergeleng pelan.
"Ada apa? Kok muka nya sedih gitu? Mau cerita sama kakak? "
Bukan mendapat jawaban dari Galih, Kayla justru mendapat jawaban salah satu anak yang lain.
"Kakeknya galih lagi sakit kak"
"Oh ya? Sakit apa galih? Kok kamu nggak ngomong sama kakak? Kan kakak udah bilang kalo ada apa:apa kamu bisa hubungin kakak kapan aja "
Galih mendongak, tersenyum tipis kemudian bergeleng lemah lagi.