Freyan & Bernadya

1.2K 285 46
                                    

-

-

-

-

-

-

-

-

Niky-Neyko

___________Kecewa___________


"Berhenti di sini pak" ujar Freyan tiba-tiba sopir kantorpun menghentikan mobil itu tiba-tiba. Entah apa maksud atasannya itu menghentikan mobil di tepi jalan seperti ini "Pak Anto,Indira, kalian turun di sini. Pulang dengan taksi aja" ucap Freyan datar

Setelah melihat keberadaan Zeansa di rumahnya, hati Freyan serasa terbakar. Ia pikir setelah pulang dari kota J ia akan mendapatkan sambutan hangat dari anak dan istrinya, tapi ternyata dugaannya salah. Sudah ada yang mengantikan pelukan hangat itu dengan kekecewaan, atau Marsha melupakannya. Sudah adakah yang gantikanku?, yang khawatirkan mu setiap waktu?.

Freyan yang tak ingin meluapkan emosinya pada Marsha, Freyan lantas menepi sebentar. Ia perlu meredam emosinya terlebih dahulu. Freyan memiliki sikap termpamental. Ia khawatir kelepasan karena tidak bisa mengontrol emosi. Mungkin ia tidak melakukan kekerasan fisik, tapi tidak menjamin untuk tidak melakukan kekerasan verbal. Ia takut kata-katanya justru memperumit masalah. Oleh sebab itu, ia meminta sopir nya kembali menjauh menurunkan mereka di tepi jalan yang cukup strategis untuk mencari kendaraan umum.

Jelas pak Anto dan Indira terkejut. Tanpa banyak protes, pak Anto pun segera turun. Begitu pula dengan pak Anto yang menurunkan barang-barangnya. Freyan memberi keduanya beberapa lembar uang merah untuk ongkos taksi. Setelahnya, Freyan melanjutkan mobilnya dengan kecepatan cukup tinggi, entah pergi kemana.

"Mbak Indira mau langsung pulang ke rumah" tanya pak Anto

"Iya pak. Bapak bisa pesan taksi?"

"Bisa mbak'

"Yaudah, pak Anto segera pesan taksinya. Saya juga akan segera meme---- eh, ini kan koper pak Freyan! Duh, kok aku ikut turunin sih?" Indira menggaruk kepalanya. Karena terburu-buru, ia jadi ikut menurunkan koper milik atasannya

"Jadi gimana mbak? Mau saya temenin anterin kopernya?"

"Emm, boleh deh pak" Indira setuju. Dari pada membawa pulang koper itu. Pak Anto lantas membantu menggeret koper Freyan menuju rumahnya. Untung saja jarak mereka di turunkan tidak jauh sehingga mereka hanya butuh berjalan kaki selama beberapa menit menuju rumah tersebut.

Sebenarnya Indira sedikit bingung, kenapa kepala cabang diamond grub ada di rumah atasannya tadi. Bahkan ia melihat raut wajah tak suka dari atasannya saat melihat keberadaan Zeansa. Indira menebak kalau istri atasannya itu memiliki hubungan special dengan Zeansa sehingga membuat Freyan di bakar cemburu. Tapi anehnya bukannya melabrak, Freyan justru memilih pergi.

Mengingat wajah Zeansa tadi, eksperi Indira seketika berubah. Hingga ia tak sadar sudah masuk ke pekarangan rumah.

"Eh, mbak Indira kan. Kok ada disini? Suami saya mana mbak?" Tanya Marsha sambil celingak-celinguk. Tapi ia tidak menemukan keberadaan Freyan. Marsha heran. Bukankah mereka berangkat berdua saat itu.

"Emm... " Indira ingin menjawab, tapi ia ragu. Ia melirik pak Anto yang memilih mengedikan bahu.

"Itu Bu, tadi sebenarnya mobil yang di tumpagi pak Freyan sudah tiba di depan sana. Tapi..."

Pembantu Sialan //FreshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang