Kami sepakat untuk berkumpul di sebuah kafe di sekitar rumahku. Beranjak dari parkiran sekolah, kami melihat banyak siswa lain yang juga bersiap-siap, termasuk kami semua.
"Yuk, kita berangkat," ajak Lionel kepada kami.
"Tunggu sebentar, bisa nggak kalian nunggu sebentar di depan sekolah? Aku harus mengantar pacarku pulang dulu. Kalau aku agak terlambat, kalian bisa pergi duluan, nanti aku menyusul," kata Anggara sambil menunjuk ke arah kekasihnya yang sudah menunggu.
"Oh, begitu ya. Jadi, bagaimana ini? Kita kurang satu kendaraan lagi," komentar Adithia kepada Anggara.
"Aku akan telpon Devan dulu, siapa tahu dia mau ikut bareng," ucap Anggara sambil mengambil ponsel dari kantong celananya.
"Gak usah repot, dia udah menuju ke sini," sahut Alvero kepada Anggara.
"Eh, Van, cepat ke sini!" teriak Anggara dengan antusias.
"Ada apa, Gar? Kenapa kalian semua berkumpul di sini?" tanya Devan, sedikit bingung.
"Kami mau ngumpul di kafe dekat rumah Diandra. Mau ikut? Kita bisa sekaligus antar Diandra ke sana," ucap Anggara, suaranya pelan di ujung kalimat, hampir di telinga Devan.
"Baiklah, aku ikut!" jawab Devan dengan semangat.
"Bawa juga kekasihmu, Gar, biar makin seru," usul Lionel kepada Anggara.
"Iya, bagus ide kamu. Aku panggil dia dulu. Sayang, ke sini sebentar" ucap Anggara kepada kekasihnya, sambil tersenyum kepada teman-teman yang ikut bersorak.
Kamu mau ikut gak ngumpul sama teman-temanku?" tanya Anggara pada kekasihnya.
"Boleh memang aku ikut gabung ?" tanya kekasih Anggara kepada kami semua.
"Tentu saja, boleh," jawab Hendra sambil mengangguk.
Dengan Kami semua setuju dengan anggukan.
"Ayo kita berangkat. Diandra, kamu naik dengan Devan saja," ucap Anggara padaku.
"Iya, Gar," jawabku sambil naik di belakang motor Devan.
"Anggara, kamu bawa jalan saja dengan Devan," usul Alvero dari belakang.
Perjalanan kami menuju kafe tempat kami berkumpul dimulai dengan riuh rendah canda tawa Anggara dan kekasihnya, yang kadang membuatku merasa iri. Mereka terlihat begitu nyaman bersama, sementara aku harus menahan perasaan dan menunggu momen yang tepat untuk mendekatinya. Sesampainya di kafe, kami cepat menemukan tempat duduk. Meskipun awalnya aku memikirkan duduk di samping Anggara, akhirnya aku memilih untuk duduk di sebelah Devan. Aku sadar betul bahwa keputusan itu penting, mengingat kekasih Anggara juga ada di antara kami.
"Gar, kenalkan dong pacarmu sama kita," ucap Adithia, memulai percakapan.
"Oh iya, hampir lupa. Ini Kirana, pacarku," ucap Anggara dengan senyum.
Kirana menyambut dengan senyuman hangat. "Salam kenal semuanya," ucapnya dengan lembut, memperkenalkan dirinya kepada kami.
"Oh ya, Kirana, mungkin kamu belum tahu nama-nama kami. Aku Evelly, di sebelahku ada Iastin, di samping Johancha ada Alya dan Cyvera, dan di dekat Davan ada Diandra," jelas Evelly, dengan ramah memperkenalkan kami satu per satu kepada Kirana.
Kirana menjawab dengan senyuman manis dan anggukan kepala, menyambut baik perkenalan kami.
"By the way, Gar, sudah lama kalian pacaran?" tanya Cyvera pada Anggara, yang sedang terlibat dalam percakapan hangat dengan Alvero.
"Sudah cukup lama, Va. Ada yang ingin kamu bicarakan?" tanya Anggara, mencoba mengerti maksud Cyvera.
"Aku hanya ingin tahu, apakah kamu serius dengan Kirana?" tanya Vera, menatap Anggara dengan serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGGARA ALEXSANDER ( End )
Teen FictionKu dengar cinta adalah obat untuk hati yang terluka, namun mengapa rasanya seperti aku tenggelam dalam penderitaan? Meskipun cintanya palsu, rasa ini terus membekas dalam diriku. Aku tak bisa memiliki dirinya, namun aku memilih untuk terus menantiny...