Chapter 35

15 3 0
                                    

Pukul satu siang, kami pun bersiap meninggalkan vila Alvero setelah berpamitan pada Mbak Lili dan membantunya merapikan vila yang luas itu. Setelah selesai, kami memutuskan untuk pulang.

"Haduh, kapan lagi ya libur?" keluh Nicholas.

"Gak tahu, Nic. Gak usah nanya hal yang gak perlu," jawab Evelly.

"Inget, Nic, hari Senin kita udah jadi anak kelas 12 loh, jangan main-main," ingatkan Anggara.

"Iya, Gar, cepat banget waktu berputarnya," keluh Nicholas pada kami bertiga.

"By the way, aku lapar nih, singgah dulu napa, Gar?" ucap Nicholas.

"Lah, bukannya tadi udah makan sebelum berangkat?" tanya Anggara.

"Iya, Gar, tapi laparannya bukan buat makan nasi, tapi camilan gitu," jawab Nicholas.

"Yaudah, kalo ada toko atau apa gitu yang jual camilan, nanti kita akan singgah sebentar," kata Anggara.

"Oke, Gar," jawab Nicholas.

"kenapa diam aja, Dian?" tanya Anggara tiba-tiba.

"Gak apa-apa, Gar, cuma ngantuk aja," jawabku.

"Yaudah, tidur aja," balasnya.

"Enggak, ha, nanti kamu gak ada temannya kalo aku tidur," kataku.

"Kan ada Nicholas sama Evelly," balas Anggara.

"Mereka udah tidur, Gar, lihat saja," ucapku.

"Ehe, enggak kok, Dian. Kalau kamu mau tidur, tidur aja. Biar aku yang jaga Anggara, lihat, aku masih bisa bangun," ucap Nicholas dari belakang.

"Astaga, Nic, ada-ada saja," ucap Anggara pada Nicholas, membuat kami tertawa bersama.

"Ya kan, biar si Diandra bisa istirahat, Gar. Gimana sih, kalau enggak biar kita gantian bawa mobilnya nanti kalau kamu capek, bangunin aja aku ya. Awas aja kalau enggak bangunin," ucap Nicholas sambil memejamkan mata.

"Yaudah, kamu tidur aja. Aku gak apa-apa sendirian kok," ucap Anggara padaku.

"Enggak, Gar, aku gak ngantuk lagi," jawabku.

"Yaudah, kalau gitu," balasnya, fokus kembali ke jalanan.

"Ehe, Gar, nanti kita singgah ke tempat yang kemarin kita lewati ya," ucapku padanya.

"Mau ngapain di situ?" tanya Anggara.

"Aku mau lihat kelinci," jawabku.

"Yaudah, nanti kita singgah di situ," kata Anggara padaku.

"Yay, makasih, Anggara," ucapku padanya.

"Iya, sayang... eh, maksudku, iya, Diandra," ucapnya, namun aku sudah fokus memandang ke luar jendela mobil.

"Kamu mau lihat keluar ya?" tanya Anggara lagi, yang aku jawab dengan anggukan kepala.

"Jauhkan sedikit diri mu dari jendela,nanti kamu bisa masuk angin," ucapnya padaku, membuatku menjauh dari jendela mobil itu. namun dengan diam diam Anggara menurunkan kaca mobil itu, memungkinkan aku melihat dengan lebih leluasa.

Selama perjalanan itu, aku memilih untuk merenung pemandangan yang berlalu di luar jendela mobil, menikmati keheningan dalam diri sementara Anggara dengan hati-hati mengemudikan mobil. Sesekali, dia menoleh padaku dengan senyum hangat, mencoba untuk memecah kesunyian dengan obrolan ringan. Meskipun hatiku merasakan kehangatan dari kehadirannya, namun dalam-dalam ada kegelisahan yang belum terungkap.

Waktu berjalan, dan ketika matahari sudah condong ke arah barat, kami memutuskan untuk berhenti sejenak di Indomaret. Dengan mobil kami yang terparkir dengan rapi di depan pintu gerai yang ramai itu. Saat Anggara mematikan mesin, teman-temanku pun ikut turun dari mobil dengan cepat.

"Nic, bangun, mau ikut beli camilan gak?" Dengan anggara membangunkan Nicholas dengan lembut, suaranya rendah tapi penuh perhatian.

"Yuk, Gar, kita keluar sebentar," ucap Nicholas, menata kembali pakaian sebelum melangkah keluar dari mobil.

"Kita keluar, Diandra?" ucap Anggara dengan menawarkanku tangannya dengan senyum lembut di bibirnya.

"Aku bisa sendiri, Gar," kataku, meskipun dalam hati senang dengan perhatian yang ditunjukkan Anggara.

"Enggak usah, Diandra, biar aku yang bantu kamu," jawab Anggara dengan penuh kehangatan, tangannya menyentuh punggung tanganku dengan lembut.

"Gar, ambilin roti itu," ucapku, dan dengan cekatan Anggara mengambil roti yang kuminta.

"Apa lagi yang kamu mau?" tanyanya ramah sambil mengamati rak-rak di sekelilingnya.

"Aku mau beli susu pisang," kataku sambil menunjuk ke arah rak susu.

"Ya udah,yuk," ajak Anggara dengan senyuman hangat.

Aku pun mengambil dua susu pisang, empat botol air minum, dan dua kopi untuk Anggara. Kami juga memilih beberapa camilan untuk perjalanan dan beberapa buah segar. Setelah selesai berbelanja, kami pun kembali ke mobil untuk melanjutkan perjalanan. Namun, beberapa menit kemudian, Anggara tiba-tiba menghentikan mobilnya di pinggir jalan.

"Kenapa berhenti di sini, Gar?" tanyaku, penuh keheranan.

"Tadi kan kamu bilang mau melihat kelinci," jawab Anggara sambil tersenyum lebar.

"Sudah sampai?" tanyaku, merenungkan sekeliling.

"Belum, tinggal sedikit jalan ke sana. Kita bisa melihat kelinci di area itu," ucap Anggara, turun dari mobil, diikuti olehku dan teman-temanku yang lain.

"Loh, Gar, kenapa berhenti di sini ?" tanya Alvero sambil keluar dari mobilnya.

"Hanya ingin melihat kelinci sebentar al," jawab Anggara dengan santai.

"Aku juga mau ikut melihat kelinci," tambah Cyvara dari dalam mobil Alvero.

"Hah, napa kita berhenti di sini?" tanya Hendra yang ikut turun dari mobilnya.

"Cewek-cewek pengen lihat kelinci," jelas Alvero.

"Ya udah, ayo langsung ke sana, ngapain lama-lama di sini," ajak Hendra.

"Alya, iastin, kalian gak mau ikut lihat kelinci juga?" tanya Hendra pada mereka.

"Ikut lah, yuk kita pergi," ajak mereka turun dari mobil.

Kami pun berjalan menuju area di mana kelinci-kelinci dilepaskan. Aku merasa senang melihat mereka dan ingin memberi mereka makan, tapi aku lupa membawa makanan untuk mereka.

"Ini wortelnya," ucap Anggara tiba-tiba, memberiku beberapa wortel.

"Dapat dari mana?" tanyaku padanya, ingin tahu.

"Dari sana," jawab Anggara sambil menunjuk ke arah tempat dia mengambil wortel itu. Aku hanya mengangguk sebagai tanda pengertian.

Aku pun larut dalam momen bersama kelinci-kelinci yang riang di sekitarku, sementara teman-temanku juga bermain dengan ceria. Kami berenam akhirnya memutuskan untuk mengabadikan momen tersebut dengan berfoto bersama. Setelah itu, kami mengajak teman-teman yang lain untuk bergabung dalam foto bersama, menciptakan kenangan indah bagi kami yang berdua belas di tempat ini. Pukul 4 sore, kami sepakat melanjutkan perjalanan.

Nicholas mengambil alih kemudi mobil, dengan evelly yang duduk menemaninya di depan.

"Bagaimana hari ini?" tanya Anggara, memandangku dengan senyum di wajahnya.

"Menyenangkan," jawabku dengan senyuman tulus.

"Aku bersyukur kamu menikmatinya," ucap Anggara padaku.

"kalo gitu, bangunkan aku kalau sudah sampai," kata Anggara lagi, sambil aku mengangguk setuju. Aku memperbaiki posisi duduk Anggara dan kemudian menikmati pemandangan di luar jendela, didampingi alunan musik lembut dari headsetku.

 ANGGARA ALEXSANDER ( End ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang