Pagi itu, kami bersama-sama melakukan latihan untuk acara pentas seni di sekolah kami yang akan diadakan hari Jumat ini. Hari ini adalah sesi terakhir latihan kami setelah berlatih selama lebih dari seminggu untuk mempersiapkan setiap pertunjukan yang akan kami tampilkan.
"Dian, kenapa kalian berenam tidak ikut menari bersama kelompok Kristina?" tanya Hendra padaku,yang langsung di jawab oleh iastin .
"Enggak lah, Hen. Kita cukup ikut pensi ini saja, sudah cukup," ucap Iastin dengan malas.
"By the way, acaranya mulai jam 7 kan?" tanya Hendra kepada kami semua.
"Iya, Hen. Jangan sampai terlambat datang, lu ," ucap Cyvara.
"Iya, Va. Ngegas mulu kalau bicara," goda Hendra pada Cyvara.
"ini, mereka kok lama banget ya latihannya?" tanya Nicholas kepada kami semua.
"Iya, padahal kita hari ini cepat pulang, karna kita mau pensi," ucap Hendra.
"Hah, serius, Hen?" tanyaku pada Hendra.
"Serius, Dian," jawab Hendra.
"Nah, kan, sudah bel bunyi. Kenapa mereka lama sih datang nya ?" celetuk Alya.
"Mereka sudah datang, kok, Alya," tegur Evelly pada Alya.
"Yuk, langsung pulang aja. Capek aku lama-lama di sekolah ini," ucap Jovancha pada kami semua sambil kami tertawa mendengarnya.
"Cha, kamu capek kenapa?" goda Cyvara.
"Kamu cuma duduk aja, Cha. Duduk itu enggak bikin capek, Cha," tambah Iastin pada kami semua.
"Serah deh, aku duluan ya. Sampai besok," ucap Jovancha diikuti Alvero dari belakang.
"Ehe, aku dan Cyvara juga pulang duluan," kata Alya kepada kami yang ada di situ.
"Yaudah, kalian berdua hati-hati ya," ucapku pada mereka berdua yang pergi dari hadapan kami.
"Ehe, Vel, kita berdua nginap di rumahmu ya," ucap Iastin pada Evelly.
"Iya, Vel. Biar kita berangkat bersama," tambahku lagi.
"Iya, nanti aku tunggu di rumah," jawab Evelly pada kami berdua.
"By the way, salonnya udah aman kan, Vel?" tanya Iastin.
"Udah aman," jawab Evelly.
"Oke, sampai jumpa nanti ya, Vel," ucap kami berdua pada Evelly sebelum masuk ke mobil karena supir pribadi papaku sudah menjemputku.
Saat tiba di rumah, aku segera menuju kamarku untuk menyiapkan pakaian yang akan kubawa ke rumah Evelly. Setelah selesai merapikan baju-bajuku, aku turun ke dapur untuk makan siang.
"Hei, Bibi. Sendirian saja di rumah?" tanyaku pada Bibi Lala.
"Iya, Nak. Yang lain masih di luar," jawab Bibi Lala dengan ramah.
"Oh begitu ya, Bi. Sudah makan belum?" tanyaku sambil membuka lembaran makanan di meja.
"Sudah, Nak. Kamu lanjut saja makan,bibi mau ke belakang sebentar," ucap Bibi Lala sambil berjalan pergi.
Aku pun memutuskan untuk melanjutkan makan, saat tiba-tiba aku mendengar suara Iastin memanggilku dari luar rumah. Aku segera mempersilahkannya masuk.
"Dian, yuk, kita langsung ke rumah Evelly," ajak Iastin dengan antusias.
"Astaga, ias, ini masih siang loh," kataku sambil menunjukkan jam di telepon genggamku.
"siang dari mana nya, Dian? Kita saja pulang dari sekolah Sudah jam 5 sore," jelas Iastin sambil tersenyum.
"yang betul aja ias, jadi ini aku makan sore nih nama nya," ucapku sambil tersenyum pada Iastin.
"Iya lu makan sore nih nama nya gk makan siang lagi, buruan makan nya, Dian," desak Iastin dengan ramah.
"Aku sudah siap, tapi bentar ya, aku simpan piring ke dapur dulu," ucapku sambil bergerak ke arah dapur.
"Ias, aku ambil tas di atas ya," tambahku pada Iastin, yang sibuk dengan ponselnya namun dia mengangguk sebagai tanggapannya.
"Ayo, Ias, aku sudah siap," ucapku sambil turun perlahan dari tangga.
"Oke, mari kita pergi," kata Iastin sambil bangkit dari tempat duduknya.
Kami memutuskan untuk berangkat ke rumah Evelly. Selama perjalanan, aku dan Iastin terus sibuk dengan ponsel kami. Sesampainya di rumah Evelly, kami segera turun dari mobil sambil mengucapkan terima kasih kepada supir yang telah mengantarkan kami. Evelly sudah menunggu di teras rumahnya dengan senyum ramah.
"Evelly!" panggilku dengan riang.
"Sudah lama menunggu, Vel?" sapa Iastin dengan canda.
"Tidak kok, sekitar 3 menit aku menunggu kalian di sini. Yuk, masuk ke dalam," ajak Evelly dengan ramah, membuka pintu untuk kami.
"Kalian sudah makan?" tanya Evelly begitu kami masuk.
"Udah, tapi pengen beli cemilan nih," kata Iastin.
"Oke, nanti kita pergi beli. Ayo, masuk ke kamarku dulu," ajak Evelly sambil menuntun kami.
"Kami letakkan barang-barang kami di mana, Vel?" tanya Iastin pada Evelly.
"Taruh saja di bangku itu, Ias," jawabnya sambil menunjuk.
"Baiklah, yuk, kita beli cemilan, jangan sampai malam baru ingat," tambah Evelly dengan ceria.
"Yuk, ayo kita pergi!" seruku, penuh semangat.
Kami memutuskan untuk pergi membeli jajan di sebuah warung kaki lima di sekitar rumah Evelly. Setelah kami selesai membeli jajan, kami memutuskan untuk berkeliling malam itu dengan Evelly yang membawa kereta.
"Ehe, Vel, yuk kita pergi ke mal yang tadi kita lewati itu," ajak Iastin pada Evelly.
"Baiklah, ayo ke sana. Aku juga perlu beli botol minum," ucap Evelly kepada Iastin.
Kami memarkirkan motor kami dan masuk ke dalam mal. Setelah kami sampai di sana, kami membantu Evelly memilih botol minum yang diinginkannya. Setelah Evelly mendapatkan botol minum yang diinginkannya, kami memutuskan untuk kembali ke rumah Evelly. Sesampainya di rumah, kami tidak langsung tidur, melainkan menghabiskan jajanan yang telah kami beli tadi. Setelah itu, kami memutuskan untuk tidur, dengan Evelly yang menyetel alarm pada pukul 4 pagi agar kami bangun tepat waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGGARA ALEXSANDER ( End )
Teen FictionKu dengar cinta adalah obat untuk hati yang terluka, namun mengapa rasanya seperti aku tenggelam dalam penderitaan? Meskipun cintanya palsu, rasa ini terus membekas dalam diriku. Aku tak bisa memiliki dirinya, namun aku memilih untuk terus menantiny...