Chapter 25

18 4 0
                                    

Tak terasa, langit berubah menjadi warna jingga yang mengisyaratkan senja telah tiba. Aku melihat Anggara bangkit dari tempat duduknya.

"Yuk, kita pulang. Takutnya kita malah nginap di sini," ucap Anggara sambil bercanda, mengulurkan tangannya kepadaku.

"Baiklah, ayo pulang," jawabku sambil menerima uluran tangannya. Kami meninggalkan tempat itu bersama-sama.

"Kamu bisa naik ke temboknya, hati-hati aja naik tangganya, soalnya tangganya sudah rapuh," ucap Anggara yang sudah berada di atas tembok.

"Iya, Gar, aku bisa kok," ucapku sambil menaiki tangga dengan bantuan uluran tangannya.

"Nah, duduklah sebentar di sini di tembok ini. Aku akan melompat ke bawah. Kalau kamu turun menggunakan tangga, aku tidak yakin kondisinya bisa dipercaya lagi," ujar Anggara sambil bersiap melompat dari tembok itu.

" yok lompat, gk usaha takut aku disini kok buat nangkap kamu " ucap anggara meyakin kan ku

"iya gar, Aku lompat ya," jawabku mantap, siap menangkapnya di bawah.

Setelah aku mendarat dengan aman, aku melanjutkan perjalanan tanpa memperhatikan batu di jalanku yang menyebabkan aku tersandung, kehilangan keseimbangan. Tangan Anggara dengan cepat menahan pinggangku untuk mencegah jatuh,pandangan ku dan pandangan nya bertemu sebelum aku memalingkan mata ku kearah yang lain.

"Maafkan aku gar," ucapku dengan nada yang bersalah.

"iya gpp, Lain kali, hati-hati,Diandra. Jangan sembarangan," ujar Anggara, melepaskan pegangannya dari pinggangku dengan penuh perhatian.

"Maaf ya, Gar, jadi merepotkan kamu," ucapku dengan nada rendah.

"Yuk, kita pulang. Hati-hati kalo jalan," kata Anggara sambil memberi peringatan.

Kami meninggalkan tempat itu untuk menuju parkiran sekolah. Nampak Sekolah sudah sepi, tanpa siswa yang terlihat di sekitar. Setelah mengambil tas di kelas, kami berdua beranjak dari lingkungan sekolah.

"Mau jalan-jalan, gak?" ucap Anggara tiba-tiba.

"Ayo, tapi udah jam 6 sore, nanti kamu kena marah Gar," balasku dengan hati-hati.

"Eh, enggak lah. Seharusnya aku yang tanya sama kamu, Dian. Kamu enggak kena marah kan kalo pulang agak lama gitu?" ucap Anggara sambil tersenyum.

"Enggak, tadi udah izin sama mama," jawabku sambil melihat anggara.

"Ya udah, pegangan yang kuat ya, aku mau ngebut," kata Anggara sembari merem motornya secara tiba-tiba, membuatku spontan memeluknya erat.

"Eh, Anggara, kok ngerem tiba-tiba sih?" tanyaku terkejut.

"Gpp, pegangannya yang kuat ya, jangan sampai lepas," ucapnya sambil tersenyum dan mempererat pelukan ku pada diri nya.

Kami melanjutkan perjalanan di bawah langit malam, menikmati setiap momen dengan canda tawa yang menggema di udara. Setibanya di tempat yang dipilih Anggara, aku melihat sekeliling dipenuhi dengan penjual kaki lima yang ramai.

"Yuk, kita makan dulu. Kamu pasti belum makan kan? Makanan di sini enak, loh," kata Anggara sambil meraih tanganku dan menuntunku ke sebuah gerobak bakso.

"Bang, pesan yang 15 ribu, campur semuanya, dan jangan pedas ya," ucap Anggara pada penjual bakso itu. Setelah menunggu sebentar, pesanan kami pun siap. Anggara dengan cepat membayar dan mengajakku berjalan di sebuah jalan setapak di sekitar tempat itu.

"Gimana, enak gak baksonya?" tanya Anggara sambil menatapku.

"Enak banget! Kamu gak mau nyoba?" ajakku.

"Boleh," jawabnya sambil membuka mulutnya untuk menerima suapan bakso dari ku.

"Gimana, enak gak?" tanya ku lagi saat memberikannya padanya.

Enak banget, apalagi disuapi sama kamu," ucapnya dengan santai.

"Gombal aja lu, Gar," celetukku sambil tertawa kecil.

"Mau cobain kue itu gak? Kayaknya enak," ajak Anggara.

"Boleh tuh, yuk kita ke sana," jawabku. Kami melangkah masuk ke toko kue yang berada di sekitar jalan setapak itu. Anggara masih tetap menggenggam tanganku erat.

"Lihat, Gar, kuenya lucu-lucu banget bentuknya," kataku sambil membungkukkan tubuh untuk melihat lebih dekat berbagai macam roti di dalam seteleng kue itu.

"Iya, kamu mau kuenya?" tanyanya, yang kujawab dengan anggukan kepala dengan mata yang fokus melihat kue yang ada di depan ku.

"Yaudah, Kak, aku mau pesan kue ini," panggil Anggara pada penjual kue.

"Mau rasa apa saja?" tanya penjual roti pada kami.

"Aku mau rasa coklat, tiramisu, sama rasa kejunya," jawabku pada Anggara.

"Yaudah, Kak, dengar kan tadi," ucap Anggara pada penjual roti.

"Iya, Bang, sebentar ya, pesanannya akan kami buat," balas penjual roti itu.

Kamu tunggu sebentar di sini ya, aku mau ke depan sebentar. Ini uang untuk bayar rotinya tadi," ucap Anggara padaku.

"Iya, Gar. Jangan lama ya," jawabku sembari mengangguk, sambil menunggu Anggara keluar dari toko roti. Saat Anggara keluar, aku segera membayar pesanan kami. Sekitar enam menit berlalu, Anggara kembali ke toko roti untuk menjemputku.

"Yuk, kita pulang. Sudah jam 9 malam nanti kamu dicari," ucap Anggara.

"Iya, Gar," balasku, sambil tangannya kembali menggenggam tangan ku dengan erat. Kami melangkah pergi ke tempat parkiran motor Anggara.

Di mana kami melanjutkan perjalanan kami dengan anggara yang membawa motor dengan kecepatan yang stabil. Selama di perjalanan, kami hanya menikmati momen bersama di malam yang sejuk ini.

Sesampainya di depan rumahku, aku turun dari motor Anggara dan mengembalikan jaketnya padanya. "Yaudah, aku masuk dulu ya, Gar. Makasih untuk hari ini," ucapku.

"Eh, tunggu dulu, Dian. Ini aku mau kasih sesuatu. Coba belakangin aku," pinta Anggara. Saat aku menuruti permintaannya, aku merasakan Anggara menyisir rambutku yang tergerai ke depan dengan lembut. Tiba-tiba, dia mengeluarkan sebuah kalung dengan mainan pada kalung itu berbentuk daun Semanggi berdaun empat dan memasangkannya di leherku dengan hati-hati.

"Aku harap kamu suka. Itu simbol keberuntungan. Semoga membawa berkah bagi kita," ucap Anggara dengan senyum hangat.

Aku tersenyum lega sambil memandang kalung itu. "Terima kasih, Gar. Aku akan jaga baik-baik ini," ucapku penuh perasaan.

Anggara mengangguk, "Sama-sama, Dian. Jaga dirimu baik-baik. Sampai jumpa besok."

Aku mengangguk sambil melambaikan tangan pada Anggara yang pergi meninggalkanku di depan rumah.

 ANGGARA ALEXSANDER ( End ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang