Setelah beberapa hari kami menghabiskan waktu mengerjakan tugas dari Bu Karina, akhirnya pagi ini kami melakukan presentasi di hadapan seluruh kelas. Kami memperlihatkan kegiatan kami di Desa X, menjelaskan secara rinci semua yang telah kami lakukan di sana. Setelah beberapa saat, kami berhasil menyelesaikan presentasi kami dengan baik dan kembali ke tempat duduk masing-masing.
"Baiklah, anak-anak. Saya melihat prestasi yang kalian capai. Saya sangat bangga dengan hasil kerja keras kalian" kata Bu Karina, sebelum tiba-tiba diinterupsi oleh seorang anggota OSIS yang masuk ke dalam kelas kami.
"Permisi, Bu. Kami dari OSIS ingin memberitahukan tentang acara sekolah yang akan diadakan dalam beberapa hari ke depan," ucap anggota OSIS tersebut.
"Oh, baiklah. Silakan masuk," jawab Bu Karina ramah.
"Baiklah, teman-teman. Kami dari panitia OSIS ingin menyampaikan beberapa pengumuman untuk OSIS CUP di Sekolah Briwijaya ini," ucap anggota OSIS dengan tegas.
"untuk perlombaan nya Ada perlombaan futsal, voli putra-putri, tenis meja, dan beberapa kegiatan lainnya.Kami akan langsung menyerahkan kepada setiap pengurus kelas untuk mendaftarkan setiap peserta yang ada dalam satu kelas untuk mengikuti perlombaan. Kelas yang tidak mengikuti lomba akan dikenai sanksi sebesar 300.000 rupiah per kelasnya. Itulah pengumuman dari kami, terima kasih."
Setelah berpamitan dengan Bu Karin, anggota OSIS segera meninggalkan kelas. Lonceng berbunyi, menandakan waktu istirahat dimulai di sekolah ini. Para murid bergegas keluar dari kelas mereka, namun berbeda dari kelas kami yang memilih untuk tetap di dalam, duduk bersama sambil menyantap bekal yang kami bawa.
"Ehe, Diandra, bagaimana kabarmu? Anggara bilang kamu mimisan kemarin," ucap Hendra sambil menatapku khawatir.
"Sudah baik, Hen. Hanya sedikit kecapean kemarin," jawabku dengan senyum kecil.
"Lo tahu gak, Dian? Saat Anggara nelpon Alvero, dia bilang kamu mimisan. Kami hampir putar balik untuk membantu kalian berdua," ucap Jovancha sambil menikmati makanannya,dengan Alvero duduk di sebelahnya.
Benar juga, Diandra. Kenapa kamu bisa mimisan, sayang aku mau kue nya lagi?" ucap Alvero sambil mendekatkan wajahnya pada Jovancha, yang segera memberikan kue tersebut pada alvero. Aku memilih untuk tidak menjawab pertanyaan Alvero, tapi hatiku masih mencerna kata "sayang" yang diucapkannya kepada Jovancha.
"Hah! Kamu berdua sudah pacaran ya!" seru Nicholas dengan suara lantang.
"Ha, Nic, jangan sok tahu deh," balas Alvero dengan nada mengejek.
"Bukan begitu, Nic. Kami tidak pacaran. Jangan percaya omongan orang gila ini," ucap Jovancha sambil melangkah menuju pintu kelas. "Ehe, tunggu sebentar ya, aku mau ke kamar mandi dulu," tambahnya sebelum perlahan menghilang dari pandangan kami.
"Eh, jangan ngomong begitu ke Jovancha, tapi aku juga bingung bagaimana cara menembak dia," ucap Alvero kepada kami.
"Baiklah, nanti kita bicarakan di rumahku, Al. Kami berlima pasti bisa membantumu," ucap Lionel dengan mantap.
"Oke, kalau begitu mari kita bahas siapa yang akan ikut futsal hari Kamis," tambah Anggara.
"Gini aja, Gar, gimana kalau yang ikut futsal itu kamu, aku, Alvero, Sebastian, sama Nicholas?" usul Hendra pada Anggara.
"Boleh juga, tapi pasti Sebastian mau nggak?" tanya Anggara.
"Tentu mau lah dia, kan dia juga anggota futsal," jawab Hendra kepada Anggara.
"Untuk voli, bagaimana?" tanya Lionel.
"Untuk voli, kita bisa memasukkan aku, Hendra, Nicholas, Jean, Mehan, dan Alvero. Mereka akan menjadi tim inti, sedangkan Lionel dan Sebastian akan menjadi cadangan," jelas Hendra, mengatur anggota yang akan berpartisipasi dalam lomba futsal dan voli.
"Baiklah, begitu saja ya. Pastikan kita juga menjaga kesehatan agar siap untuk perlombaan," kata Anggara kepada kami semua.
"Benar. Oh ya, untuk voli putri, siapa yang akan bergabung?" tanya Lionel kepada kami dengan tatapan terarah.
"Aku akan ikut, Nel. Tapi aku tidak tahu siapa lagi yang akan ikut," ucap Cyvara kepada Lionel.
"Baiklah, biar aku yang memilih siapa yang akan bergabung. Nanti aku umumkan di depan kelas," ucap Anggara kepada kami semua.
"Yaudah, umumin aja karena sudah pada masuk kelas semua. Lagian, ini kan jam kosong karena Bu Rita tidak datang, jadi kita tidak ada pelajaran. Tapi minggu depan kalian harus kumpulkan catatan sejarah ya," ucapku kepada mereka.
"Baiklah, kalau gitu, aku mau ke depan dulu untuk mengumumkan ini semua," ucap Anggara sambil langkahnya mantap menuju depan kelas.
"Perhatian, teman-teman. Aku punya pengumuman terkait OSIS Cup minggu ini. Bagi yang ikut dalam pertandingan futsal dan voli, sudah diatur. Nanti Diandra akan membagikan daftar pemainnya ke grup kelas. Diandra, ke sini sebentar," ucap Anggara mendadak memanggilku ke depan.
"Apa, ngapain?" tanyaku, meski kemudian berjalan mendekati Anggara dan berdiri di sisinya.
"Untuk voli putri, Diandra yang akan mengurusnya. Bagikan nama-nama yang sudah kusampaikan ke via WhatsApp mu," lanjut Anggara padaku.
"Oh, baiklah. Untuk voli putri, timnya terdiri dari Cyvara, Alya, Iastin, Evelly, Kristina, dan Angel. Sedangkan Fina dan Sintia menjadi cadangan," jelasku.
"Itu untuk voli putri. Sedangkan untuk tenis meja putra dan putri, akan diurus oleh Ardi dan Melisa. Sampai di sini pengumuman ini. Semoga yang terpilih dapat bertanggung jawab," tutur Anggara dengan suara tegas.
"Tambahan satu lagi, karena Bu Rita tidak hadir, kita diperbolehkan keluar ke lapangan supaya tidak mengganggu kelas lain. Tapi ingat, minggu depan tugas catatan harus dikumpulkan kepada Diandra," ucap Anggara kepada seluruh kelas.
"Ayo, kita ke luar, Diandra," ajak Evelly padaku. Aku mengangguk, diikuti oleh teman teman yang lainnya di belakangku. Kami berjalan menuju lapangan sekolah dan masing-masing menikmati kegiatan kami. Kami, para perempuan, duduk di bawah pohon yang rindang di lapangan, sementara para cowok memilih untuk bermain voli bersama adik kelas yang memiliki jadwal olahraga hari itu. Kami menikmati waktu santai kami di sana, menunggu sampai lonceng pulang berbunyi.

KAMU SEDANG MEMBACA
ANGGARA ALEXSANDER ( End )
Teen FictionKu dengar cinta adalah obat untuk hati yang terluka, namun mengapa rasanya seperti aku tenggelam dalam penderitaan? Meskipun cintanya palsu, rasa ini terus membekas dalam diriku. Aku tak bisa memiliki dirinya, namun aku memilih untuk terus menantiny...