Chapter 31

17 4 0
                                    

Akhirnya tiba juga hari yang ditunggu-tunggu, di mana aku dan teman-temanku akan berlibur bersama ke pantai yang telah kami sepakati. Aku segera turun ke bawah untuk sarapan sebelum mama memanggilku.

"Pagi semuanya," sapaku pada keluarga ku.

"Pagi juga," jawab mereka serentak.

"Gimana, barang-barangmu sudah beres semua kan?" tanya mama.

"Sudah, Ma. Semua aman," jawabku meyakinkan mama.

"Jangan sampai sakit lagi, ya, Kak," kata adik laki-laki ku dengan nada khawatir.

"Iya, Dek," balasku.

"Awas aja kalau masuk rumah sakit lagi, nanti aku nggak mau temani Kakak lagi," tegas adik bungsuku.

"Iya, Kakak janji, nggak akan masuk rumah sakit lagi," ujarku.

Saat kami sedang sarapan, tiba-tiba saja terdengar suara klakson mobil Alvero di halaman depan rumah ku.

"Pa, Ma, sepertinya aku harus berangkat sekarang," kataku kepada kedua orang tua.

"Ya sudah, ini bekal buatmu kalau kamu lapar di jalan," ucap mama sambil menyerahkan sebungkus bekal.

"Dan ini uang untuk keperluanmu di sana. Papa akan antar kamu ke depan, sini koper kamu Papa bawa,” kata papa sambil membantu membawa koperku. Kami berjalan menuju depan rumah, dan aku melihat teman-temanku sudah berkumpul di sana, siap untuk memulai perjalanan kami.

"Eh, Om, sini koper-nya. Biar saya yang masukkan ke mobil," kata Anggara sambil tersenyum pada papa.

"Ini koper-nya. Terima kasih atas bantuanmu," jawab papa, menyerahkan koper.

"Sama-sama, Om," balas Anggara sambil mengangkat koperku ke dalam bagasi mobil.

"Kalau boleh tahu, kalian berapa hari di sana?" tanya papa.

"Cuma seminggu saja, Om. Hari Senin depan kami sudah pulang," jawab Anggara.

"Kalau begitu, titip Diandra ya. Ingatkan dia makan, kadang dia bisa lupa," pesan papa.

"Tenang saja, Om. Saya akan jaga Diandra dengan baik. Ini nomor telepon saya, kalau Om merasa perlu," kata Anggara sambil menyerahkan no telepon nya.

"Saya percaya padamu. Hati-hati di jalan, apalagi dengan wanita di mobil. Jangan ngebut," nasihat papa.

"Baik, Om. Kami berangkat dulu ya," jawab Anggara sambil masuk ke dalam mobil. Setelah berpamitan, Anggara menghidupkan mesin dan kami mulai perjalanan.

Selama perjalanan menuju pantai, suasana di dalam mobil kami dipenuhi dengan canda dan tawa Evelly, Nicholas, aku, dan Anggara. Suasana ceria itu mulai mereda saat siang hari, ketika Evelly dan Nicholas tertidur pulas di kursi belakang, menyisakan aku dan Anggara yang masih terjaga.

"Gar, capek nggak bawa mobil nya?" tanyaku, mencoba memulai percakapan.

"Enggak, Dian. Aku sudah terbiasa dengan perjalanan jauh seperti ini," jawab Anggara sambil tetap fokus pada jalan.

"Begitu ya. Kamu lapar nggak?" tanyaku lagi.

"Ya, lapar. Kamu bawa makanan nggak?" tanya Anggara, matanya menunjukkan harapan.

"Ada. Tadi mama bikin sandwich buah dan roti bakar. Aku ambilkan, ya," jawabku sambil mencari makanan di tas.

"Ini dia. Mau aku suapin atau gimana?" tanyaku sambil mengeluarkan sandwich dan roti bakar.

"Suapin aja, Dian. Aku sudah lapar banget, tadi nggak sempat sarapan," jawab Anggara dengan rasa lapar yang jelas.

"Kalau gitu, mau roti bakar dulu atau sandwich buah?" tanyaku sambil menyiapkan makanan.

 ANGGARA ALEXSANDER ( End ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang