Jevan sang penyelamat

978 98 5
                                    

Jihan keluar dari dalam bilik toilet setelah mandi dan berganti ke pakaian yang lebih pantas. Ya, setelah membaca email berisikan proposal yang berantakan itu, Jihan langsung menyambar koper kecil dan shoulder bag nya keluar dari penginapan di Bandung, tempatnya mendapatkan pelatihan. Tidak memperdulikan dirinya yang masih muka bantal dan berpakaian piyama.

Jihan hanya mengirimkan pesan kepada asisten dosen nya, yang juga ikut pada acara, untuk pamit meninggalkan pelatihan. Toh Jihan pernah mendapat pelatihan ini tahun lalu, ia kira pelatihan tahun ini akan berbeda, ternyata sama saja. Membuat Jihan sedikit menyesal mengajukan diri untuk perwakilan mengikuti pelatihan.

Saat keluar dari toilet, Tyaga sudah menunggu Jihan sambil memegang segelas Ice Americano ukuran venti, kesukaan Jihan.

Oke, hal pertama yang perlu dilakukan agar Jihan tidak terlalu uring-uringan adalah, dengan memberikan perempuan itu minuman atau makanan yang ia sukai. Siapa tahu booster tersebut bisa merubah moodnya lebih baik, agar mereka tidak terlalu lama untuk 'brief' di aula FH.

"Thanks. I really need it." Ucap Jihan saat ia menerima gelas tersebut dari Tyaga.

Mereka berjalan beriringan, atau lebih tepatnya Tyaga yang mengekori Jihan. Karena ini masih pukul 11, tidak mungkin Jihan akan langsung menuju ke aula FH. Jika memang benar Jihan langsung menuju kesana padahal jadwal brief masih satu jam lagi, itu artinya Jihan masih akan uringan-uringan masalah proposal ini.

"Lo sakit, Ga?" Tanya Jihan sambil sesekali menyesap minumannya.

"Enggak." Jawab Tyaga yang sudah harap-harap cemas, karena langkah Jihan benar-benar berjalan menuju aula FH.

"Jevan sakit?" Tanya Jihan lagi, kali ini membuat Tyaga mengernyit bingung.

"Enggak juga." Jihan berhenti setelah Tyaga menjawab, membuat Tyaga sedikit terlonjak kaget karena harus berhenti mendadak. Hampir saja ia menabrak tubuh Jihan.

Jihan berbalik menatap Tyaga, well menurut Jihan, tatapannya kepada Tyaga adalah tatapan biasa, tatapan bertanya. Tapi Tyaga menelan ludah, yang Tyaga rasakan saat ini seakan Jihan menatapnya dengan tatapan bertanya campur kesal.

"Kalian berdua lagi sehat-sehat aja kok proposal berantakan kayak gitu bisa di cc sampe ke email gue sih?" Tentu ucapan Jihan ini adalah Kalimat Retoris, kalimat tanya yang tidak memerlukan jawaban. Karena memang proposal yang di email ke Jihan adalah proposal yang 'harus' dan 'wajib' beres 1000% sempurna. Bukan proposal berantakan itu yang batas presentasenya bahkan masih menyentuh 20% jika menurut Jihan.

Ini memang 1000 % salah Herdan yang asal kirim tanpa melihat siapa saja yang akan menerima email itu. Laki-laki itu mengirimnya jam 12 malam, setengah mengantuk.

Lagi-lagi Tyaga menelan ludah saat Jihan sudah berbalik untuk berjalan kembali ke arah aula FH.

"Tadi kita lagi kumpul disana juga mau benerin dulu, Ji. Beneran nggak tau kalo emailnya juga kekirim ke lo." Jelas Tyaga masih mengekori Jihan.

Jihan menggelengkan kepalanya, "Kalau yang benerin proposal itu harus anak inti juga, terus kemarin kenapa kita harus tunjuk junior untuk pegang projek ini? Kenapa nggak kita aja yang pegang dari awal? Kesalahan mereka ya harusnya mereka yang bertanggung jawab, mereka yang benerin. Kita sebagai senior harusnya mengajarkan mereka mana yang perlu diperbaiki, bukan malah kita yang perbaiki semuanya." Kali ini mereka telah sampai di depan aula FH. Tapi Jihan tidak langsung masuk, perempuan itu memilih untuk bersandar di pagar sebatas siku yang berada persis di depan pintu masuk aula FH.

Oke ini pertanda buruk. Jihan tidak langsung masuk dan mengambil kursi di mimbar utama adalah pertanda yang buruk. Sudah dipastikan akan ada pengeluaran anggota saat Jihan sendiri yang akan menutup pintu aula itu jam 12 nanti. Ya, semua anggota yang terlambat datang pukul 12 tepat akan langsung dicoret dari keanggotaan BEM.

Sebut Jihan semena-mena. Sebut Jihan jahat. Jihan tidak peduli. Menurutnya, saat kita memilih untuk masuk kedalam organisasi ini, itu artinya kita sudah memilih untuk meluangkan waktu dan tenaga kita diluar pembelajaran kampus untuk organisasi. Masuk keanggotaan BEM tidak seharusnya dijadikan ajang untuk tampang diri 'asal jadi anak BEM'. Jihan tidak mau seperti itu. Jadi Jihan akan bertindak tegas, ia akan mengeluarkan anggota yang memang tidak memprioritaskan organisasi. Seperti yang akan ia lakukan, menutup pintu rapat-rapat hanya untuk anggota yang datang sebelum jam 12. Anggota yang meprioritaskan BEM.

Tyaga dan Jihan masih berdiri didepan pintu aula. Sesekali menjawab sapaan dari beberapa anggota yang masuk kedalam aula FH.

Jihan melirik tajam kearah laki-laki dibalik pengiriman email itu saat ia menampakkan diri. Si pelaku hanya bisa menangkup kedua tangannya sambil memasang muka minta ampun kemudian melenggang memasuki aula.

"Masuk." Suruh Jihan ke Tyaga. Saat ini pukul 11.55.

"Tapi Jevan belum dat-"

"Masuk!" Ucap Jihan lagi sambil mendorong bahu Tyaga memasuki aula.

Jihan sudah memegang gagang pintu aula.

11.58

Jihan menutup separuh pintu aula.

11.59

Jihan menutup pintu satunya agar menutup sempurna, tapi ditahan oleh tangan Jevan.

Dengan nafas terengah dan peluh membasahi keningnya, laki-laki tampan itu menyodorkan kantung keresek bening yang berisikan paperbag putih. Dari baunya, sepertinya Jihan sangat tahu apa yang di bawa oleh Jevan.

Jihan meraih kantung kresek itu dan membukanya. Aah, paperbag itu belum terbuka saja baunya sudah sesedap ini.

Tyaga menghembuskan nafas lega. Sinar wajah Jihan jelas berubah drastis setelah menerima kresek itu. Aura marahnya sudah berganti dengan binar bahagia yang ikut terpancar dari kedua bola mata Jihan.

"Masih anget banget, Jev." Ucap Jihan sumringah sambil mengeluarkan Choux isi Vanilla Creme with Strawberry Jam kesukaannya.

Saking bahagianya Jihan melihat jajan favorite nya itu, ia sampai tidak sadar kalau ada beberapa anggota yang diam-diam masuk kedalam aula karena Jevan masih berdiri di pintu aula. Jevan memang sengaja berdiri di depan pintu untuk menyelamatkan mereka.

Terimakasih, Jevan sang penyelamat.

***

Haiii, karena udah aku kasih tag #blackpink #nct #seventeen, udah ada yang bisa nebak visualisasi cast nya dari nama-nama pemeran di cerita ini belum?

Aku reveal pemeran utamanya dulu yaa.

Aku reveal pemeran utamanya dulu yaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jihanina Batari Taliha

Bias aku di Blackpink. Nggak ngerti lagi cantik banget .

Yn

BECAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang