Kemana

261 52 0
                                    

"Jevan kemana?" Tanya Jihan.

Setelah perdebatan di kantin tadi, mereka berkumpul lagi di cafe depan kampus setelah jam kuliah mereka selesai. Kali ini membernya lebih komplit dan banyak, ada Rafa and The Genk, Trisha dan juga Jonas. Cuma Jevan yang tidak ada disini. Atau mungkin, belum disini.

Pertanyaan Jihan hanya di jawab oleh terangkatnya bahu Miqdad, Ruby, Brea dan Naya, menandakan bahwa mereka tidak tahu Jevan kemana.

"Sibuk dia, mau ngurus skripsi lebih cepet katanya." Devon yang menjawab.

Alis Jihan terangkat, "Oh ya?" Nadanya sedikit kaget. Karena tidak biasanya Jihan menjadi orang yang tidak tahu kemana dan apa yang sedang di lakukan laki-laki berlesung pipi itu.

Jihan melihat ke layar chat nya dengan Jevan. Terakhir mereka berhubungan hanya melalui telepon beberapa hari lalu. Saat Jevan tidak jadi mampir ke apartment Jihan. Setelah itu, tidak ada lagi yang saling menghubungi.

Jihan bukan tipe yang tidak pernah memulai untuk menghubungi lebih dulu, ia sering kok mengirim pesan atau telepon Jevan terlebih dulu. Tapi entah kenapa, sejak hari itu Jihan tidak menghubungi Jevan, atau juga sebaliknya. Jihan seakan ragu. Meskipun ia sendiri tidak tahu apa yang membuatnya ragu.

"Eh, tuh dia!" Miqdad menunjuk ke arah pintu cafe.

Disana terlihat Jevan sedang berjalan dengan seorang perempuan cantik berambut panjang dan berkulit putih. Dan jika seantero kampus mengenal Jevan yang tampan, maka seantero kampus pun juga mengenal perempuan cantik itu. Ia primadona angkatan baru Fakultas Kedokteran. Alina namanya.

"Set dah ganti-ganti cewek mulu! Kemaren adkel Fakultas Seni, sekarang adkel Fakultas Kedokteran." Goda Miqdad, saat Jevan dan Alina sudah berada di meja mereka.

"Apaan sih!" Jevan memukul kepala Miqdad pelan. "Eh, sorry gue kesini cuma mau anter fd buat Trisha, nggak bisa ikut ngumpul. Mau ke perpus kota dulu cari bahan skripsi."

"Iya deh yang ngebut skripsi." Timpal Devon.

Setelah Jevan memberikan fd pada Trisha, matanya bertemu dengan mata Jihan yang sedari tadi melihat kearahnya.

Tatapan Jihan terkesan datar dan dingin. Seperti ada yang ingin disampaikan pada Jevan. Jevan juga memandanginya dengan datar dan dingin. Lalu memandang kearah Jonas yang duduk disamping Jihan sebentar.

"Duluan ya." Pamit Jevan kepada semuanya, meskipun matanya masih tertuju pada Jihan.

Tatapan Jihan tetap mengikut kearah Jevan dan Alina yang sudah berjalan keluar dari cafe. Ia juga melihat bagaimana Jevan yang berjalan dengan langkah lebar dan Alina tidak bisa mengimbangi itu. Membuat Alina sedikit tersandung dan jatuh menabrak punggung Jevan. Bearkhir dengan Jevan yang memegangi lengan Alina dan mereka berjalan berdampingan.

Tidak hanya Jihan yang melihat itu, Jonas juga melihatnya. Bedanya, Jonas memandangi Jihan yang sedang melihat kearah Jevan.

***

BECAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang