Ayah

320 64 1
                                    

"Everything is good. Kamu udah boleh pulang besok." Jelas Dokter Damar kepada Jihan, "Jangan lupa untuk tetap kontrol sebulan dua kali."

Jihan tersenyum bahagia, akhirnya dia bisa juga pulang. Dia sudah sangat bosan disini, apalagi dengan makanan rumah sakit yang terlalu hambar untuknya.

"Finally. Kangen banget Marugame Udon." Ucap Jihan, bisa membayangkan bagaimana renyahnya Ebi Furai milik restoran itu saat ia kunyah nanti.

Jevan mendecak, "Nggak! Minyak, nggak baik untuk kesehatan!"

"Ish, kan nggak banyak." Balas Jihan, ikut berdecak.

"Nggak. Lo harus makan yang sehat dulu untuk bantu pemulihan lo. Lo mau tumor itu balik lagi?"

Perdebatan Jevan dan Jihan membuat Damar, Putra dan Grata yang sedang berada disana tersenyum gemas.

Jihan menggembungkan pipinya kesal. Lalu ia menoleh pada Dokter Damar yang masih berdiri di samping ranjangnya.

"Bolehkan, Yah?" Pertanyaan Jihan membuat Damar membuka matanya lebar.

Tidak hanya Damar, Jevan, Putra dan Grata juga dibuat kaget oleh sebutan Jihan ke Ayah Jevan itu.

Memang Jihan pintar sekali mengambil hati.

"Hmm, boleh." Ucap Damar memberikan izin, membuat Jihan tersenyum menang.

Jevan segera melotot ke Ayahnya. "Ayah!"

"Sebulan sekali aja ya, Jihan." Tambah Damar.

Jihan mengeluarkan jurus merayunya yang lain, bermuka sedih dan imut. "Sebulan dua kali ya, Yah. Pleasee."

Damar memejamkan matanya sejenak, tidak kuasa menerima binar mata memohon dari Jihan.

"Okay. But, jangan berlebihan." Akhirnya Damar mengalah.

Jihan tersenyum riang, sedangkan Jevan, anak kandungnya sendiri, hanya bisa menghela nafas pasrah.

"Terimakasih, Dok." Ucap Putra dan Grata sebelum Damar keluar dari kamar rawat Jihan.

"Makasih ya, Jev, udah jagain Jihan terus." Ucap Grata sambil mengahampiri laki-laki itu.

"Sama-sama, Ma." Jawab Jevan, membuat Jihan terperangah. "Kenapa? Lo panggil bokap gue Ayah." Jevan meraih kedua tangan Grata lalu memandang Grata dan Putra bergantian. "Aku boleh kan panggil pakai Mama sama Papa?"

Putra dan Garta tidak bisa berhenti tersenyum dari tadi.

"Boleh dong, boleh banget." Ucap Grata senang, memeluk tubuh Jevan.

Tidak hanya Jihan, rupanya Jevan juga pintar mengambil hati.

***

BECAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang