Kenalan

326 73 5
                                    

"Sejak kapan lo kenal sama Jonas?" Pertanyaan dari Naya juga mengundang rasa penasaran yang lain, membuat semua mata fokus pada Jihan yang sedang bermain ponsel.

"Sejak... kemarin? Dia nolongin gue waktu gue nggak enak badan kemarin." Jawab Jihan, masih sambil bermain ponsel, dengan mulut yang sibuk mengunyah sate taichan miliknya.

Naya mengangguk, anak yang lain juga sudah mulai kembali pada kegiatan mengunyah mereka.

"Lo tertarik sama dia?" Pertanyaan dari Naya kali ini membuat Miqdad sedikit menyemburkan air jeruk yang baru saja ia tenggak, juga membuat semua mata terpaku pada Naya.

Jihan berhenti bermain ponsel dan menatap Naya yang memang duduk di sebrangnya. "Lo tertarik?" Tanya Jihan balik.

"Iya." Jawaban yang tegas dan padat di lontarkan Naya.

Terjadi jeda yang cukup lama di meja itu, tidak ada yang bersuara. Naya dan Jihan saling memandang intens, dan yang lain juga ikut memandangi mereka berdua.

"Oke." Ucap Jihan, kembali bermain dengan ponselnya.

"Lo tertarik sama Jonas?" Tanya Naya lagi. Tangan Naya menurunkan ponsel Jihan dari pandangannya.

"As a friend? Yes."

"As a Man?" Cecar Naya.

Jihan berdecak, "Gue baru kenal dia kemarin, Nay."

"So? Lo tertarik sama dia?" Suara Naya sedikit meninggi, tidak sabar menunggu jawaban dari Jihan.

"Enggak." Jihan menarik ponselnya, membuat tangan Naya terlepas dari sana.

Naya menyipitkan matanya, mencari apakah Jihan sedang berbohong.

Jihan menghela nafas, "Enggak, Nay. Gue nggak tertarik sama dia."

"Tapi kayaknya dia tertarik sama lo deh, Ji." Dasar mulut Miqdad, padahal tadi raut wajah Naya sudah kembali rileks, sekarang malah dibikin tegang lagi.

Ruby yang juga kesal dengan celetukan Miqdad, diam-diam mencubit paha laki-laki itu dari bawah meja.

"Aduh sakit!!!" Pekik Miqdad, karena ternyata yang mecubit pahanya tidak hanya Ruby yang duduk disebelah kirinya, tetapi juga Tyaga yang duduk disebelah kanan Miqdad.

Jihan melirik kearah Miqdad dengan tajam, lalu kembali menatap kepada Naya yang juga sedang menatapnya. Mau menjelaskan apa lagi Jihan? Kalau ternyata Jonas yang tertarik padanya, tentu Jihan tidak bisa berbuat apa-apa soal itu.

Naya menghela nafas lesu, "Ya kalau lawan lo sih, gue emang nggak ada apa-apanya, Ji."

"Apasih, Nay, jangan ngomong gitu lah. Nanti gue kenalin dia ke lo deh." Jawaban dari Jihan membuat mata Naya berbinar.

"Bener yaa, gue tunggu!!!"

***

Kebetulan yang tidak disangka-sangka, saat mereka baru saja keluar dari kedai Sate Taichan, mereka bertemu dengan Jonas dan kawan-kawannya.

Naya yang melihat kesempatan itu langsung menyenggol lengan Jihan, memberikan kode keras kepada Jihan agar segera dikenalkan kepada Jonas.

Jihan menggigit bibirnya tidak yakin. Tidak secepat ini seharusnya ia mengenalkan Naya pada Jonas. Bukan apa-apa, Jihan hanya takut kalau Jonas berpikiran yang tidak-tidak, karena mereka baru saja kenal kemarin.

"H-hai, Jo." Sapa Jihan kikuk, sambil melambaikan tangannya.

Jonas tersenyum simpul, menepuk lambaian tangan Jihan. "Hai, ketemu lagi."

"Jangan-jangan jodoh." Lagi-lagi celetukkan Miqdad.

"O-oh ya kenalin, temen-temen gue." Ucap Jihan tiba-tiba dan terasa sangat canggung, Jihan memang tidak ahli dengan hal seperti ini.

Jonas sempat mengernyitkan alisnya sebentar, tetapi  laki-laki itu tetap memperkenalkan dirinya dan menjabat tangan mereka satu persatu. Sampai tiba giliran berjabat tangan dengan Naya, giliran terakhir.

"Janetra Nayasya. Lo bisa panggil gue Naya. Atau disingkat juga bisa." Ucap perempuan itu dengan intonasi yang dibuat sangat manis dan anggun.

"Disingkat?" Tanya Jonas, tangan nya dan Naya masih berjabat.

"Panggil 'Ay'."

Ucapan Naya membuat mata Jonas sedikit membulat kaget. Brea dan Tyaga yang berada dibelakang Naya memperagakan adegan mual, karena memang mual rasanya mendengar gombalan Naya barusan.

"Bercanda, Jo. Hehe." Naya mengakhiri jabatan tangannya dengan Jonas. Dan tentu mengutuk dirinya sendiri karena sudah bertingkah berlebihan.

Jihan tertawa kecil, "Yaudah, Jo, kita balik dulu ya. See you di kampus." Jihan melambai pada Jonas yang mengangguk. Yang lain juga ikut berpamitan kepada Jonas dan berjalan menjauhinya.

Ponsel Jihan bergetar, ada pesan masuk.

'Hati-hati dijalan, tidur yang nyenyak. Jangan lupa minum obat dan vitamin yang gue kasih.'

Pesan dari Jonas membuat Jihan mengulas senyumnya.

"Jihan." Panggilan dari Jevan membuat Jihan menatap laki-laki yang saat ini sudah berdiri dihadapannya.

"Kenapa?"

Jevan mengambil ponsel Jihan dari tangan perempuan itu, lalu memasukkan ponsel itu ke kantung celananya. "Kalau jalan jangan sambil main hp, nanti jatuh." Ucap Jevan sambil menggandeng tangan Jihan menuju mobil mereka.

***

BECAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang