Jonas

243 49 1
                                    

Jihan tersenyum sambil memandang Jonas yang duduk di samping ranjangnya. Di kamarnya saat ini hanya ada mereka berdua. Tyaga sedang mengantar Brea ke kampus. Devon, Ruby, Naya, dan Jevan entah pergi kemana dan belum juga kembali.

"Kenapa?" Tanya Jonas, sedikit merasa aneh karena Jihan terus saja senyum ke arahnya.

"Tiba-tiba inget aja waktu pertama kali gue liat lo."

"Diruang kesehatan waktu Bansos?"

Jihan menggeleng, "Ospek Day 2."

Jonas sedikit tersentak mengetahui fakta tersebut, membuat Jihan terkekeh.

"Lo tinggi, Jo, ya masa gue nggak liat lo." Ucapan Jihan membuat Jonas berdecak dan ikut tertawa kecil bersama Jihan. "But seriously, gue inget banget kejadiannya."

"How?"

"Inget yang gue bilang kalau lo kayak Ombak?" Pertanyaan dari Jihan membuat Jonas mengangguk.

Jelas Jonas tidak akan melupakan hari itu. Hari dimana ia dan Jihan bertukar hadiah. Hari itu sudah ditandai oleh Jonas sebagai salah satu hari yang paling membahagiakan untuknya.

"Lo cukup jadi pembicaraan maba waktu itu. Because you're tall and handsome, but with a scary face." Jihan tertawa, tetapi Jonas hanya tersenyum. Hatinya terlalu berisik di dalam sana, karena ia baru saja disebut tampan oleh Jihan. "Tapi di mata gue, lo nggak se'scary' itu."

Jonas mengernyit, "How so?"

Lagi-lagi Jihan tersenyum dengan senyum manisnya, "Karena setelah pulang ospek hari itu, gue liat lo kasih makan anak kucing di hutan kampus fakultas pertanian." Ingatan Jonas kembali terputar pada saat ia ospek dulu. "Tapi lo kasih makan si kucing dengan suara lo yang lucu."

"Hah?" Ups, Jonas benar-benar mengingat kejadian itu sekarang.

"Ututu kucing lucyuuu, cini~ daddy kasih makan." Ucap Jihan, menirukan suara Jonas saat itu.

Wajah Jonas langsung memerah, membuat Jihan semakin tertawa lepas. "Shut up, Ji." Ucap Jonas sambil mengusap wajahnya malu.

"That's why i said you like a wave." Jihan berusaha meredakan tawanya. "Lo nggak semenakutkan ombak yang dilihat dikejauhan."

Jantung Jonas benar-benar tidak bisa diselamatkan kali ini. Sepertinya ia akan memeriksakan jantungnya sehabis menjenguk Jihan.

God. Bolehkah ia berharap lebih?

***

BECAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang