Monokrom

302 62 0
                                    

Tadi siang, telah dilakukan serah terima jabatan anggota lama ke anggota baru. Jihan mempercayakan jabatan Ketua BEM kepada Rafa tahun ini.

Malamnya, seluruh anggota BEM mengadakan acara kumpul bersama di lapangan tengah kampus. Mereka membuat beberapa tenda dan layar tancap besar untuk menonton film bersama. Tentu tidak ditemani dengan api anggun karena dilarang oleh pihak kampus.

Tyaga membenarkan resleting jaket tebal di tubuh Jihan dengan muka sebal. Ini sudah telat tiga minggu dari jadwal operasi pengangkatan tumor kembarannya itu.

Jihan selalu meminta bahkan memohon kepada Tyaga untuk memundurkan jadwal operasinya. Setelah ujian, katanya. Saat ujian telah selesai, setelah hasil pengumuman ujian, katanya. Dan terus begitu sampai Jihan memohon untuk yang terakhir kalinya, agar jadwal operasi dilakukan setelah malam serah terima jabatan. Yang artinya Jihan akan melakukan operasi besok.

Tyaga juga memasangkan topi rajut di kepala Jihan.

"Ga, gue gerah deh sumpah!" Omel Jihan.

Tyaga berdecak, "Enggak, lagi berangin!"

Jihan yang merasa bersalah kepada Tyaga akhirnya hanya bisa menurut.

"Tes-tes- halo, selamat malam semua." Sapa Herdan, dari mikrofon yang di pasang di depan layar tancap.

Sebelum mereka melakukan nonton bersama, mereka memutuskan untuk mengadakan sambutan kecil terlebih dahulu, sambil menunggu adzan Isya'.

"Oke, sekali lagi selamat untuk Rafaizan Arka Kalandra yang menjabat sebagai ketua BEM kita tahun ini." Seru Herdan, mendapat tepukan tangan dan dukungan dari anak-anak lain. "Makin seru aja ya tahun ini, habis dapat ketua killer versi perempuan, sekarang dapat ketua killer versi laki-laki." Celetukan Herdan mendapat tawa dari anak-anak.

Memang tidak salah, Rafa adalah Jihan versi laki-laki. Rafa berani mengutarakan suaranya. Itulah kenapa Jihan memilih nya sebagai penerus ketua BEM.

Jihan yang mendengar itu hanya bisa tersenyum, bangga karena tahu kalau ia tidak akan salah pilih penerus.

"Ayo maju dong Rafa. Kasih sepatah atau dua patah kata. Nyanyi juga boleh." Jika Rafa adalah cloningnya Jihan, maka Herdan adalah cloning dari Miqdad.

Meskipun sebal dengan candaan Herdan, Rafa tetap maju ke arahnya.

"Pertama-tama, gue ucapin Terimakasih kepada Tuhan yang Maha Esa." Ucapan Rafa mendapat 'cie'an dari anak-anak. "Terimakasih juga sama orang tua gue yang sudah membesarkan gue sebagai anak tangguh yang bisa dipercaya."

"Udah kayak acara award!" Kali ini Celetukan Miqdad, laki-laki itu 'tos' dengan Herdan setelahnya. Mungkin mereka memang kakak-adik di kehidupan lampau.

"Makasih juga buat Kak Jihan yang sudah mempercayakan jabatan ini ke gue. Gue janji nggak akan mengecewakan lo untuk menjaga organisasi yang lo sayangi ini." Rafa memberikan kecupan udara kearah Jihan, yang disambut dengan senyum Jihan dan tepukan tangan dari perempuan itu. "Gue juga nggak akan ngecewain kalian semua. Terimakasih!" Rafa membungkuk 90 derajat kepada anak-anak dan mendapat sautan riuh juga tepukan tangan.

"Karena barusan udah sambutan dari ketua BEM kita yang baru. Sekarang mari kita sambut ketua BEM kita yang lama. Yok, Kak Jihan, Yok!" Sebuah nyali besar bagi Herdan bisa berbicara seperti itu.

Tapi tidak seperti yang ia khawatirkan kalau Jihan akan menolak untuk maju, kali ini Jihan langsung maju kearahnya tanpa tatapan kesal sama sekali, membuat Herdan dan juga beberapa orang kaget.

"Malam semuanya." Sapa Jihan dari mikrofon. "Sebelum gue bilang makasih, gue mau minta maaf dulu sama kalian. Maaf ya, kalau selama gue menjabat gue galak banget." Ucap Jihan sambil menampilkan gigi-giginya. "Maaf kalau gue sering ngeselin. Maaf kalau gue belum bisa jadi ketua BEM yang kalian mau."

"Dan makasih. Makasih karena pernah mempercayakan jabatan itu ke gue. Tanpa kalian, gue bukan apa-apa. Terimakasih." Sama seperti Rafa tadi, Jihan juga membungkukkan badannya 90 derajat di depan sana. Perempuan itu berusaha sekuat mungkin untuk tidak menangis, padahal pelupuk matanya sudah sedikit basah.

Sambutaan dari Jihan juga mendapat seruan dan tepukan tangan dari seluruh anggota BEM.

Sejujurnya, ke-galak-an Jihan selama menjadi ketua BEM tidak pernah menjadi masalah bagi anak-anak. Mereka tahu kalau Jihan 'galak' karena ia ingin projeknya di BEM berhasil dan bisa dibanggakan. Dan selama Jihan menjabat, mereka tahu kalau Jihan tidak lah se'galak' itu. Jihan hanyalah orang yang tegas.

Jihan kembali meluruskan badannya, "Hmm, sebagai sambutan terakhir, apa gue boleh nyanyi satu lagu?"

"Boleeeeh~" dijawab serentak, membuat Jihan tersenyum bahagia.

"Max, boleh tolong gitarin nggak?" Max segera membawa gitarnya dan berjalan kearah Jihan. Ia mendapat bisikan lagu yang akan Jihan nyanyikan dan mulai menyesuaikan alunan lagu pada gitarnya.

"Lagu ini gue persembahkan untuk kalian semua. Terutama buat team inti gue. Makasih aja nggak cukup untuk kalian."

Ruby dan Miqdad yang pertama kali terisak haru, diikuti dengan Brea dan Naya. Empat serangkai itu saling merangkul satu sama lain. Devon hanya bisa memutar bola matanya jengah. Tidak berani protes langsung seperti biasanya, takut dimarahi sang kekasih.

Max mulai memainkan lagu yang Jihan ingin nyanyikan. Dan Jihan segera bernyanyi mengikuti alunan gitar Max.

Lembaran foto hitam-putih
Aku coba ingat lagi warna bajumu kala itu
Kali pertama di hidupku
Manusia lain memelukku

Lembaran foto hitam-putih
Aku coba ingat lagi wangi rumah di sore itu
Kue coklat, balon warna-warni
Pesta hari ulang tahunku

Di mana pun kalian berada
Kukirimkan terima kasih
Untuk warna dalam hidupku dan banyak kenangan indah
Kau melukis aku

Suara merdu Jihan membuat semua anak ikut bernyanyi bersamanya. Bahkan anak-anak diluar anggota BEM yang masih berada di area kampus pun ikut bergabung di lapangan tengah. Termasuk Jonas.

Tiba-tiba layar tancap yang berada di belakang Max dan Jihan menyala, menampilkan foto-foto seluruh kegiatan BEM selama Jihan menjabat, membuat suasana semakin haru.

Jihan melirik sedikit kearah laptop yang terhubung dengan layar. Ia melihat Jevan disana. Laki-laki itu yang berinisiatif menampilkan foto-foto itu di layar. Jihan mengangguk kecil kearah Jevam untuk mengucap Terimakasih.

Lembaran foto hitam-putih
Kembali teringat malam, kuhitung-hitung bintang
Saat mataku sulit tidur, mm-mm
Suaramu buatku lelap, mm-mm

Di mana pun kalian berada
Kukirimkan terima kasih
Untuk warna dalam hidupku dan banyak kenangan indah
Kau melukis aku

Kita tak pernah tahu
Berapa lama kita diberi waktu
Jika aku pergi lebih dulu, jangan lupakan aku
Ini lagu untukmu, ungkapan terima kasihku

Jihan tidak bisa menahan air matanya saat bait itu terucap, matanya memandang kearah Tyaga yang sudah berdiri dan pergi dari situ.

Lembar monokrom hitam-putih
Aku coba ingat warna demi warna di hidupku
Tak akan ku mengenal cinta
Bila bukan kar'na hati baikmu

Tepukan tangan bersaut-sautan setelah Jihan dan Max menyelesaikan lagu. Sekali lagi Jihan menunduk kepada anak-anak sambil menyeka air matanya, sebelum pergi dari sana untuk menyusul Tyaga.

***

BECAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang