Jihan berjongkok tak jauh dari parkiran, mengatur nafasnya karena baru saja berlari. Ia juga berhenti disana karena baru saja berpapasan dengan mobil Jevan yang melaju berlawanan arah dengannya. Jihan terlambat mengejar Jevan.
"Lo ngapain sih lari-lari?!"
Jihan tersentak kaget, ia menoleh ke sumber suara, masih berjongkok.
Melihat Jevan berdiri di belakangnya, membuat Jihan bernafas lega sehingga perempuan itu bersimpuh di trotoar, kakinya lemas.
"Bangun." Jevan juga ikut berjongkok, menyamai tingginya dengan Jihan. "Lo ngapain lari-lari? Lo baru sembuh."
"Maaf." Jawab Jihan, masih sambil mengatur nafasnya.
"Ayo bangun, di liatin banyak orang."
Jihan menggeleng, "Bentar, kaki gue lemes."
Tangan kanan Jevan merangkul bahu Jihan, tangan kirinya ia letakkan di bawah lutut perempuan itu, siap menggendongnya.
Mata Jihan terbelakak, ia berguling ke samping untuk keluar dari rengkuhan Jevan, tidak memperdulikan kebodohannya yang sedang di lihat banyak orang.
"Gu-gue bilang tunggu bentar. Gue masih bisa jalan sendiri." Jihan berdiri, membuat Jevan juga ikut berdiri sambil mengulum senyum, menahan tawanya.
"Lagian mau kemana lari-lari gitu?" Tanya Jevan, membersihkan bagian rok Jihan yang kotor, lalu memasangkan jaketnya di pinggang perempuan itu.
"Mau ngejar lo."
Alis Jevan terangkat, "Kenapa?"
Jihan sedikit mengigit bibirnya, "Hmm," ia melihat kebelakang Jevan. Tak jauh dari sana, ia melihat Alina berdiri di depan mobil Jevan, sedang menunggu si pemilik mobil. "Ada yang mau gue omongin."
"Apa?"
"Nggak disini." Jihan berbicara sambil diam-diam meremat jemarinya karena gugup.
"Hari ini gue udah ada janji. Besok aja ya, gue ke apart jam 7."
Jihan ingin mengangguk, tapi ia ingat kalau besok dirinya juga sudah ada janji. "Eh, besok nggak bisa. Besok gue yang ada janji."
"Sama anak-anak?"
"Sama Noah."
Jevan terbelalak, "Noah anak FH?"
Jihan mengangguk.
Jevan memejamkan matanya sejenak, "Tunggu sini bentar."
Laki-laki itu berjalan meninggalkan Jihan ke arah mobilnya. Membicarakan sesuatu dengan Alina, hanya beberapa menit, lalu kembali lagi ke hadapan Jihan.
"Ayo ngobrol sekarang!" Jevan meraih tangan Jihan untuk berjalan menuju mobilnya.
"Ke Perpusnya nggak jadi?" Pertanyaan Jihan hanya di jawab gelengan oleh Jevan, sehingga ia menurut saja dan masuk ke dalam mobil.
"Besok mau ngapain sama Noah? Lo kenal Noah? Kenal deket? Sejak kapan?"
Baru saja mobil keluar dari area kampus, Jevan sudah membombardirnya dengan banyak pertanyaan.
"Wow, wow, satu-satu dong, Jev."
Jevan menghela nafasnya, mengatur panas yang tiba-tiba menjalar di tubuhnya.
"Gue cuma bales kebaikannya dia aja. Dia kirimin gue makanan waktu gue sakit, jadi gue iya in ajakan makan malam dia." Entah Jihan memang sedang menggoda Jevan atau Jihan benar-benar tidak tahu kalau Jevan sedang terbakar saat mendengar itu, kalimatnya sungguh polos saat mengatakannya.
Laki-laki itu sampai meremat kuat setir mobil yang jelas-jelas tidak bersalah dan meninggikan volume ac mobil yang sama sekali tidak membantu meredakan panas tubuhnya.
"Jev, gue sukanya sama lo."
Jevan yang terlalu kaget dengan kalimat itu, refleks menginjak rem mobil. Untung dia sedang berada di jalanan sepi dan melaju di sisi kiri jalan.
"Astaga, Jev!"
Jevan menoleh kearah Jihan, "A-pa lo bilang?" Matanya membulat lebar, memandangi Jihan yang juga sedang menatapnya.
Tiiin—!
Suara klakson mobil di belakang mobil Jevan membuat kedua insan yang saling tatap itu kembali ke dunia nyata.
Sekuat tenaga Jevan mengumpulkan kesadarannya, lalu kembali melajukan mobilnya. Namun sepanjang perjalanan itu, Jevan tidak lagi bertanya dan Jihan tidak lagi berkata. Mereka terlarut dalam pikiran masing-masing.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
BECAK
ChickLitPerkumpulan anak BEM Kocak. Slice of life yang pemeran utamanya Jihan.