Acara Kesenian

422 58 2
                                    

"Jihan kemana, Ga?" Tanya Ruby yang baru saja datang di ruangan BEM.

"Udah di Venue lah, kan ini acara fakultas dia." Jawab Tyaga merapikan rambutnya di depan cermin.

Seperti yang sudah disepakati, hari ini mereka kompak memakai baju berwarna hitam dan yang perempuan memakai rok.

Tyaga berjalan kearah Ruby, "Gimana? Udah ganteng belum?" Tanya Pria itu dalam jarak yang begitu dekat.

Tangan Ruby beralih ke rambut depan Tyaga, merapikannya sedikit, "Udah."

"Astaghfirullah, kalian ngapain!!" Teriak Miqdad, yang melihat jarak wajah Ruby dan Tyaga yang begitu dekat. "Jangan disini kalau mau ena-ena!"

Ruby dan Tyaga hanya menggelengkan kepala mereka, tidak mengindahkan ucapan Miqdad.

"Miq, lo tau sendiri si Rose naksir sama Jevan yang ganteng nya kebangetan itu, masa dandanan lo buluk gini sih!"

Miqdad memegang dada kirinya, merasa tertohok dengan ucapan Tyaga barusan. Hei, dia emang nggak seputih Jevan, tapi kulit eksotis Miqdad itu menandakan kalau dia orang Indonesia asli. Hitam-manis.

Ruby terkekeh geli, "Sini Miq biar gue permak dikit."

"Permak! Permak! Lo kira gue celana jeans!" Oceh Miqdad, tapi tetap mengikuti Ruby yang sudah menarik tangannya untuk duduk dikursi, siap memoles Miqdad.

***

Hampir di sepanjang perjalanan mereka dari ruang BEM menuju taman di Fakultas Seni, banyak sekali mata yang menatap kearah Miqdad. Ada yang menatap dengan melotot karena terlalu kaget melihat seorang Miqdad, Mahasiswa Teknik Mesin yang biasanya berpakaian cuek, menjadi super-duper tampan hanya karena sedikit perubahan yang di lakukan Ruby pada rambutnya. Ada juga beberapa adik tingkat yang setengah memekik karena Miqdad menatap mereka sambil mengerling genit. Memang dasar si otak udang, di poles sedikit saja kepercayaan dirinya langsung melonjak setinggi langit.

"Hai, guys." Sapa nya kepada Tyaga, Jevan dan juga Devon yang sedang berdiri di samping mini stage.

Devon hampir saja menyemburkan minuman yang baru saja ia sesap, "Mi-Miqdad?!"

"Nah gini dong ganteng!" Tyaga menepuk pundak Miqdad bangga.

"Ya iyalah, berkat siapa dulu dong." Ruby mengibaskan rambut nya kebelakang, merasa bangga juga pada dirinya yang ikut andil akan perubahan Miqdad.

"Ya ampun, By, kenapa nggak dari dulu aja sih permak gue. Makasih yaa, nanti makan siang gue yang traktir." Ucap Miqdad sambil merangkul pundak Ruby sambil menggoyang-goyang tubuh perempuan itu.

"Miqdad?!!!" Kali ini Brea dan Naya yang memekik melihat perubahan Miqdad. Rose dan Isla yang berada di belakang mereka juga sampai membelalakkan mata.

"Hai, Rose." Sapa Miqdad melambaikan tangannya pada perempuan itu yang saat ini sedang mengerjapkan mata tak percaya. "Gimana? Udah pantes buat bersanding sama lo nggak, Ros?" Tanya Miqdad sambil menaik-naikkan alisnya. Miqdad, bisa nggak sih jaim sedikit?

Tanpa menjawab, Rose langsung melenggang pergi, membuat Miqdad mendengus kecewa. Padahal yang tidak diketahui Miqdad, pipi Rose terasa panas saat itu.

Tyaga, Jevan, Devon, Ruby, Brea, Naya, Miqdad dan Isla, mulai berpencar untuk melakukan role mereka masing-masing. Tyaga dan Brea berkeliling mengunjungi beberapa stand di area acara untuk memastikan bahwa semua kebutuhan stand sudah terpenuhi. Jevan dan Isla stand by di samping mini stage untuk memastikan run down acara berjalan sesuai jadwal. Sedangkan Miqdad, Devon, Naya dan Isla sudah berdiri di beberapa titik area yang sedang menampilkan karya seni milik mahasiswa Fakultas Seni.

Acara ini adalah acara rutin Fakultas Seni setiap tiga bulan sekali. Yaitu menampilkan karya seni beberapa mahasiswa terpilih untuk di pamerkan, entah itu karya lukis, foto, patung, dan lain sebagainya. Yang nanti nya saat karya mereka yang di pamerkan di acara ini terpilih, karya mereka akan dipajang dan akan dipilih secara vote oleh para pengunjung yang datang. Dan yang mendapat vote paling banyak, karyanya bisa di pamerkan di Galeri Besar Kampus yang bisa diperjual belikan disana. Cara voting nya pun sangat adil, karena karya yang di pamerkan hanya terdapat note tentang nama karya dan sedikit penjelasan tentang karya tersebut, tidak ada siapa nama penciptanya. Jadi, karya murni akan di vote karena memang pengunjung suka akan karya tersebut, bukan suka karena siapa yang membuat karyanya.

Kali ini, adalah kali kedua karya Jihan ikut serta dalam acara ini. Karyanya yang pertama adalah sebuah lukisan, yang sayangnya tidak mendapat banyak vote. Jihan sedikit berharap karya nya yang kedua ini bisa mendapat banyak vote, yah meskipun karyanya bisa terpilih untuk berada di acara ini sudah masuk ke dalam pencapaian yang baik, tetapi tidak ada salahnya kan berharap kalau karya nya yang kali ini bisa dipamerkan di Galeri Besar Kampus?

Karena Jihan masuk kedalam mahasiswa yang dapat memamerkan karyanya di acara ini, Jihan tidak mengambil bagian menjadi staff pengurus acara seperti teman-teman seper-BEM-annya. Ia hanya datang sebagai mahasiswi Fakultas Seni. Tapi meski begitu, ia tetap memegang satu walkie talkie yang dipakai staff dalam acara ini, hanya untuk memastikan bahwa acara berjalan dengan lancar dan sukses. Ingat kan kalau Jihan orang yang perfeksionis?

Klik-

Walkie talkie berbunyi, sebelum mengeluarkan suara Jevan, "Tolong ke backstage." Entah spesifik nya di tujukan untuk siapa, tapi Jihan yang juga menerima pesan itu langsung berjalan menuju backstage.

Jihan sampai di backstage bersamaan dengan Tyaga dan Miqdad.

"Kenapa?" Tanya Jihan kepada Jevan dan Isla.

"Duo Mentari terlambat datang karena macet, sekarang mereka masih lumayan jauh dari kampus, baru sampai sekitar 30 menit lagi katanya." Jelas Isla yang baru saja menerima telpon dari salah satu anggota Duo Mentari.

Jihan beralih kepada Jevan, karena ia yakin kalau Jevan sudah mempunyai back up plan untuk ini.

"Sorry, band yang udah gue book buat back up plan dapet panggilan dadakan untuk manggung di acara lain." Jawab Jevan sambil menscroll kontak di ponselnya. Berharap bisa menemukan back up penyanyi lain secepatnya.

Jihan menghela nafas, yah memang tidak ada yang sempurna selain yang maha kuasa, masalah begini tentu bisa saja terjadi.

Jihan memukul, pelan, dada Miqdad yang sedang menyimak pembicaraan ini di samping kirinya, membuat laki-laki yang mudah kaget itu sedikit terlonjak. "Telpon Justin, kalian up 15 menit lagi."

Dan tentu saja ucapan Jihan barusan bersifat mutlak atau tidak bisa di bantah.

***

Miqdad sebelum di permak

Miqdad sebelum di permak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Miqdad setelah di permak

Miqdad setelah di permak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BECAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang