Miqdad berjalan mondar-mandir dengan resah di belakang backstage, padahal Justin sudah datang saat ia menelponnya tadi, tapi entah mengapa dirinya masih merasa resah.
"Tenang, Miq. Kayak nggak pernah manggung aja lo ah!" Ucap Justin dengan tenangnya. Saat ini, pria dengan banyak tato di lengannya itu sedang mengoles pomade ke rambutnya. Benar-benar sangat tenang dengan panggilan manggung yang sangat dadakan ini, berbanding terbalik dengan Miqdad yang mendadak terkena demam panggung.
"Miqdad, Justin, 3 menit lagi ya." Jevan memberikan angka tiga pada jarinya ke arah Miqdad dan Justin. Mereka berdua pun berjalan ke arah Jevan untuk segera naik ke mini stage sesuai arahan dari Jevan.
Sebelum Jevan memberi arahan pada mereka berdua untuk naik, Miqdad sudah memejamkan mata dan menarik nafas panjang berkali-kali, untuk menenangkan hatinya.
Kali ini, Hari ini, pada kesempatan ini, Miqdad telah yakin. Ia seakan diberi pencerahan, bahwa kesempatan mendadak yang diberikan Tuhan melalui Jihan adalah sebuah pertanda, bahwa laki-laki itu 'harus' melakukannya hari ini. Ini adalah 'harinya'!
Suara riuh tepuk tangan dan teriakan bermunculan saat Miqdad dan Justin sudah naik ke atas panggung.
Justin memang sudah terkenal karena gayanya yang macho dan tampan, ditambah kali ini Miqdad sudah di poles tidak kalah tampan oleh tangan magis Ruby, acara kesenian yang tadinya diselimuti oleh suasana tenang, mendadak riuh dan penuh oleh banyaknya fans Justin dan fans dadakan Miqdad.
"Selamat Siang, semuanya." Sapa Justin dengan senyum sunggingnya, membuat riuh para perempuan semakin menggila.
"Selamat Siang." Miqdad menambahkan sapaan yang membuat area di sekitar panggung semakin heboh.
Isla yang berada tak jauh di sisi kanan panggung menyenggol lengan Rose pelan, membuat perempuan itu tersadar bahwa sedari tadi pandangannya tak luput dari arah panggung.
Isla terkekeh, "Kaget, Ros, si Miqdad jadi seganteng itu, huh?" Ucap Isla menggoda. Rose menjawab godaan itu dengan mendecak kesal, tetapi rona di pipinya tetap muncul tanpa ia sadari. "Udah lupain Jevan. Capek mengharap sesuatu sama orang yang bahkan nggak memandang lo dengan perasaan yang sama." Ucap Isla menepuk-nepuk pundak Rose.
Mata Rose menatap kearah Miqdad yang sedang menunggu Justin menyetel gitar listriknya, lalu beralih pada Jevan yang berdiri di sisi panggung.
Sudah hampir setahun ini Rose menyukai Jevan. Perasaan itu muncul saat mereka berdua masuk sebagai anggota BEM. Awalnya Rose menganggap rasa sukanya hanya sebatas rasa kagum. Seperti kebanyakan mahasiswi disini yang juga menyukai Jevan. Tapi seiring mereka yang sering bertemu berkat kegiatan BEM, perasaan itu masih bertahan di hatinya, meskipun hanya bisa ia pendam karena seperti gosip yang ia dengar, Jevan telah memilki pacar.
Gitar yang di mainkan Justin mulai mengalun, "Lagu pertama ini gue bawain khusus buat sahabat duet gue ini. Pria Kesepian." Ucapan Justin barusan membuat Miqdad menatap tajam kearahnya, yang dibalas dengan tawa kecil oleh Justin.
[Miqdad]
Kami adalah pria pria kesepian
Jauh dari rumah dan ditinggalkan cinta
Coba dengar keluhan kami pria kesepian
Ho[Justin]
Ku tlah berjanji akan slalu menjagamu
Tapi kau selalu pergi bersama kekasih barumu
SayNa na na na
[Justin]
Ku tlah berjani gapai cinta malam ini
Tapi hujan badai telah datang menemaniku
One two three go[Miqdad]
Menikmati pedihnya cinta
Pria kesepian
Menikmati dinginnya hati
Pria kesepian
KAMU SEDANG MEMBACA
BECAK
ChickLitPerkumpulan anak BEM Kocak. Slice of life yang pemeran utamanya Jihan.