Acara Bansos baru selesai pukul 3 sore. Dan setelah beres-beres, barulah seluruh anggota BEM bisa istirahat dengan tenang.
Ruangan BEM sudah seperti tempat pengungsian karena banyaknya anggota yang beristirahat disana, bahkan banyak juga yang memilih rebahan di atas lantai yang sejuk.
Bersyukur Jihan memiliki ruangannya sendiri yang terpisah dari ruang utama. Perempuan itu saat ini juga sedang berbaring di sofa kecil dengan kaki menggantung. Miqdad juga menumpang untuk rebahan di lantai ruangan Jihan karena diluar sudah penuh oleh anggota yang lain.
"Jihan." Panggil Miqdad.
"Hmm." Jawab Jihan berdeham. Sakit kepalanya muncul lagi.
"Besok ada konser di GBK, ikut yuk, sama anak-anak juga."
"Jam berapa?"
"Open gate jam 12, kita bisa dateng sorean lah biar agak adem."
"Hmm, atur aja." Jawaban dari Jihan membuat Miqdad tersenyum senang.
Suasana sunyi kembali, Jihan dan Miqdad berusaha untuk tidur.
"Jihan, sorry." Ucapan Miqdad membuat Jihan mengernyit bingung.
"Hmm?" Lalu Jihan tersentak dan segera bangun dari tidurnya. Perempuan itu segera berlari untuk keluar dari ruangan.
Blam!
Jihan menutup pintu ruangan nya dengan kencang, membuat semua orang melihat kearahnya.
"Huek!!" Jihan merasa mual.
"Kenapa?" Tanya Rafa dan beberapa anggota lainnya yang sudah mendekat kepada Jihan.
Jihan menggeleng, "Miqdad kentut! Sialan!" Umpat Jihan sambil menetralkan nafasnya.
Beberapa anggota yang mendengar itu tertawa sambil kembali ke tempat mereka masing-masing.
"Tapi lo gakpapa, Kak? Muka lo pucet." Tanya Leo dan mendapat anggukan dari Jihan.
"Nggakpapa, pusing aja dikit. Gue keluar dulu deh." Jihan keluar dari ruangan BEM sambil sesekali memijat kepalanya yang terasa pusing kembali.
Jihan duduk di kursi taman sambil mencoba menghubungi Tyaga, karena Jihan pulang bersama laki-laki itu.
Tidak dijawab.
Jihan bersandar pada kursi sambil menengadahkan kepalanya. Ia mengambil tisu dan menyeka hidungnya. Mimisan. Sepertinya Jihan benar-benar sakit kali ini, karena ia akan mimisan jika suhu badannya terlalu panas.
"Jihan." Suara seseorang berdiri di depan Jihan. "Jangan kayak gitu, nggak bagus." Jonas mengulurkan tangannya untuk meraih bahu Jihan, membuat Jihan duduk tegak. "Tekan hidung lo kayak gini, dipijat pelan, nafas dari mulut." Tuntun Jonas, telaten mengajarkan Jihan memijat hidungnya.
Jihan mengikuti arahan dari Jonas tanpa protes dan tak berapa lama mimisannya sudah berhenti. Jonas mengeluarkan sebotol air mineral untuk membasuh tangan Jihan yang terkena darah. Juga membasahi tisu untuk mengelap sisa darah di sekitar hidung dan dagu Jihan.
"Lagi-lagi makasih ya, Jo."
"Iya. Pulang gih, istirahat. Badan lo anget." Ucap Jonas yang tadi tidak sengaja merasakan suhu panas Jihan melalui tangan perempuan itu.
"Lagi nunggu Tyaga, gue pulang bareng dia."
Jonas mengangguk, diam-diam menelan ludahnya.
"Mau gue anter?" Tawar Jonas. Dalam hati, ia merutuki dirinya sendiri. Ini hari pertama ia berbicara pada Jihan, bisa-bisanya menawarkan hal semacam ini?!
"Boleh?" Tanya Jihan, membuat Jonas sedikit membulatkan matanya karena kaget kalau Jihan mau ia antar.
"Iya. Ayo!" Reflek Jonas mengulurkan tangannya, entah karena terlalu bahagia atau memang karena ia merasa Jihan terlalu sakit untuk tidak bisa berdiri sendiri.
Jihan tersenyum sambil menerima tangan Jonas. Tentu tidak untuk digandeng sampai ke mobil Jonas, hanya untuk membantunya berdiri.
Jonas berjalan beriringan dengan Jihan menuju mobilnya tanpa ada perbincangan apapun. Karena pasalnya, lidah Jonas sedang kelu, jiwanya sedang melompat kegirangan karena bisa sedekat ini dengan Jihan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
BECAK
ChickLitPerkumpulan anak BEM Kocak. Slice of life yang pemeran utamanya Jihan.