Mencurigakan

435 71 6
                                    

Suasana di mobil Tyaga dan mobil Jethro terasa sangat menyenangkan karena mereka tidak henti-hentinya mengobrol atau sekedar menyanyikan lagu yang keluar dari audio mobil, berbeda dengan suasana di mobil Jevan yang terasa canggung dan hangat (?)

Jihan yang tadinya memutuskan untuk tertidur selama perjalanan mendadak sangat terjaga. Apa karena Ice Americano yang ia minum tadi pagi?

Jihan yang tidak biasa memulai sebuah pembicaraan, ditambah Jevan yang memang terkenal pendiam. Apalagi sisa penghuni mobil Jevan yang sungkan untuk sekedar berbicara karena sedikit takut kepada Jihan. Tentu suasana di mobil Jevan sangat canggung.

Tapi mungkin ke canggungan itu hanya terjadi pada orang-orang di kursi penumpang, karena apa yang mereka lihat dari kursi belakang, kedekatan Jihan dan Jevan terlihat sangat hangat.

Dimulai dari Jevan yang memasangkan seat belt milik Jihan, dari situ pula tatapan kelima penumpang di mobil Jevan memperhatikan mereka berdua.

Jevan sesekali mengajak Jihan berbincang kecil.

"Jihan ac nya pas nggak? Dingin?" Cek Jevan karena ia tahu kalau Jihan gampang kedinginan.

"Jihan ini penyanyi yang sering lo omongin kan?" Tanya nya saat salah satu lagu kesukaan Jihan terputar melalui audio mobilnya.

"Jihan lo laper lagi nggak? Mau minggir dulu buat beli snack?"

Dan banyak lagi perbincangan yang dilakukan oleh Jevan yang hanya mendapat anggukan, gelengan atau dehaman pelan dari Jihan. Bukan bermaksud jahat, Jihan hanya tidak mau anak-anak yang lain salah mengartikan kedekatan mereka, apalagi ada Trisha disini.

Sepertinya sejak tadi, hanya Jihan yang masih sadar kalau ada penumpang lain selain mereka dimobil ini. Tidak seperti Jevan yang seakan lupa soal itu. Itu menurut Jihan.

Pandangan kelima penumpang lain? Jelas berbeda. Yang mereka lihat saat ini adalah, tidak hanya Jevan yang melakukan perhatian-perhatian kecil kepada Jihan. Tapi Jihan juga melakukan perhatian-perhatian kecil kepada Jevan.

Memang tidak dengan melontarkan pertanyaan seperti yang dilakukan Jevan, tapi dengan aksi langsung.

Seperti, Jihan membuka tutup botol air mineral kemasan dan langsung memberikan kearah Jevan tanpa satu kata pun, tentu diterima dengan baik oleh Jevan yang langsung menenggak hampir setengah botol air tersebut.

Jihan memberikan tisu kearah Jevan, lagi-lagi tanpa kata, karena Jevan sengaja mematikan salah satu ac yang menghadap kearahnya hanya agar Jihan tidak terlalu merasa dingin, membuat dahi Jevan sedikit berkeringat.

Semua itu Jihan lakukan dengan biasa. Tidak ada maksud apapun. Sekali lagi, Jihan tidak ingin di bilang perebut pacar orang. Ini adalah perhatian yang biasa. Tapi dugaannya salah, karena kelima orang yang duduk dibelakang nya sudah dibuat gemas oleh kedekatan Jihan dan Jevan.

***

"Ga, lo kok punya make up cewek sih di Dashboard? Lo punya pacar?" Tanya Rose saat perempuan itu iseng membuka dashboard mobil Tyaga dan menemukan beberapa make up perempuan seperti cushion, liptint dan sun screen dari dalam dashboard tersebut.

"Punya dia kali, kan kalau malem dia berubah jadi Tyani." Ucapan Miqdad membuat seluruh penumpang tertawa keras.

"Punya Jihan." Jawab Tyaga sambil menyandarkan kepalanya pada bantalan kursi, berusaha untuk tidur, tapi tentu saja tidak bisa karena suasana mobil sangat berisik.

Ruby yang duduk disebelahnya jadi memandang ke seluruh mobil Tyaga.

Disamping Tyaga tergantung almamater Jihan. Di bawah kakinya juga ada beberapa buku tentang seni yang tanpa Ruby lihat pun ia yakin bahwa itu milik Jihan. Di bagasi belakang tadi juga ia melihat beberapa sepatu milik Jihan. Gantungan yang tergantung di kaca spion depan pun, adalah foto Jihan dan Tyaga saat masih berseragam putih biru  yang saling memeluk pundak. Terlalu banyak jejak Jihan di sini padahal jelas-jelas ini mobil milik Tyaga.

Ruby memiringkan tubuhnya untuk memandang Tyaga yang masih berusaha untuk tidur. "Ga, lo pacaran sama Jihan?"

"Enggak."

"Lo suka sama dia?" Pertanyaan Ruby barusan membuat laki-laki itu duduk miring seperti yang dilakukan Ruby. Mereka saling pandang.

"Kenapa?" Tyaga menatap serius ke kedua manik Ruby.

Ruby diam, menyingkap poni Tyaga yang sedikit menutupi mata laki-laki itu. Lalu mereka saling berpandangan lagi dalam diam hampir 10 detik, sebelum Ruby menarik tangannya dan kembali duduk dengan tegap dan memandang ke luar jendela.

***

Winasya Galenka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Winasya Galenka

Hira Oleen Liora

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hira Oleen Liora

Nalini Skyla Renjana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nalini Skyla Renjana

Ollive Trisha Brigida

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ollive Trisha Brigida

BECAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang