Jihan mengurungkan niatnya untuk memakai blush on pagi ini, karena rona pink di pipinya terus bermunculan ketika matanya melihat cincin yang saat ini tergantung di lehernya. Ia memutuskan untuk memakai cincin itu sebagai kalung, karena tidak ingin mengotorinya saat ia melukis nanti.
Rasanya ia benar-benar belum percaya dengan apa yang terjadi semalam. Semua seakan berjalan begitu cepat.
Dering telepon membuat lamunannya buyar, perempuan itu segera meraih ponselnya di atas ranjang.
Dadanya berdegup kencang saat melihat bahwa yang menelponnya adalah Jevan.
"Halo?" Jawab Jihan.
"Pagi." Sapa Jevan.
Sial, rasanya seperti kembali remaja. Di sapa begitu saja, kupu-kupu di dalam perutnya sudah terbang tak tentu arah.
"Pagi." Jihan menjawab sambil meremat bantal dalam pangkuannya.
Jihan merasa sangat aneh. Aneh kepada dirinya sendiri. Ia malu, ia senang, ia campur aduk, tidak bisa menjelaskan dirinya saat ini.
Jevan bukan pacar pertamanya, tapi rasanya seperti Jihan baru pertama kali berpacaran. Apa karena ia sudah lama menjomblo?
"Bener nggak mau aku jemput?" Tanya Jevan.
Keanehan lainnya yang Jihan rasakan. Mengganti lo-gue dengan aku-kamu.
Bukan Jihan tidak mau, tapi rasanya aneh saja untuk memulai.
"Nggak sejalan, Jev. Lagian," Jihan berdeham, "kamu adanya kelas siang."
Jevan tersenyum mendengar jawaban Jihan.
Tidak hanya Jihan yang merasakan kupu-kupu berterbangan di dalam perutnya, Jevan juga sedang merasakan hal yang sama.
Ada jeda beberapa detik diantara mereka, saling menunggu, tetapi senyum tidak runtuh dari bibir mereka.
"I'll see you in campus?" Ucap Jevan.
Jihan mengangguk, meskipun Jevan tidak bisa melihatnya. "Iya."
"Bye."
"Bye."
Jihan merebahkan dirinya di ranjang saat telepon sudah selesai di matikan. Ia menutupi wajahnya dengan bantal karena pasti sekarang sudah semerah tomat. Tangannya berada di atas dadanya yang berdegup kencang.
Sungguh, perasaan ini membuat Jihan aneh.
***
"Gini banget nggak punya basecamp, luntang-lantung." Keluh Miqdad, meletakkan dagunya di meja kantin FK.
Memang sejak mereka resmi bukan lagi menjadi anggota BEM, kegiatan berkumpul mereka berpindah-pindah dari satu kantin ke kantin lain. Atau di cafe depan kampus. Atau warmindo area kampus. Tidak ada lagi ruang teduh untuk mereka bisa rebahan dengan leluasa.
"Nanti malem jadi keluar sama Noah?" Tanya Ruby.
Jihan menghela nafas, tentu ia mengingat janji itu. Dan Jihan bukan tipe orang yang mudah mengingkari janji. Tetapi sekarang keadaannya sudah berbeda bukan?
"Jadi sih, harusnya." Jawab Jihan tidak yakin.
"Mau gue temenin pilih baju buat nanti malam?" Tawaran dari Ruby membuat alis Miqdad mengernyit.
"Emang nge-date?" Tanya laki-laki itu.
"Ya apa lagi namanya kalau bukan nge-date?"
"Emang lo setuju, Jihan sama Noah?"
Ruby mengangkat bahunya, "Daripada Jihan kelamaan jomblo."
Jihan menghela nafas lagi, bagaimana jadinya kalau mereka tahu tentang status relationshipnya saat ini?
"Anyway, ada yang mau gue omongin." Ucapan Jihan membuat Miqdad dan Ruby melihat kearahnya.
Saat ini memang masih ada Miqdad dan Ruby saja yang berada disitu, yang lain masih ada kelas dan akan segera menyusul.
Saat Jihan akan membuka mulut, Jevan datang dan duduk di sampingnya, membuat Jihan urung berbicara.
"Kok pada belum pesen makan?" Tanya Jevan, melihat meja kantin yang masih kosong, bahkan minuman pun tidak ada.
Miqdad menggeleng, "Tanggal tua." Jawaban bohong, padahal Miqdad anak orang berada.
"Mau ngomong apa?" Tanya Ruby.
Jevan meraih tangan Jihan, "Kok cincinnya nggak kamu pake?"
Pertanyaan Jevan membuat alis Ruby dan Miqdad mengernyit saat mendengarnya.
Cincin? Kamu?
Jihan mengeluarkan kalung berbandol cincin itu dari balik kaos yang ia pakai, "Sorry, takut kotor, jadi aku pakai jadi kalung."
Kali ini mata Ruby dan Miqdad terbuka lebar, duduk Miqdad pun langsung tegak.
AKU?
Jevan berdecak, tidak suka sebenarnya, tapi mau bagaimana lagi, perkataan Jihan benar adanya.
Jihan memandang ke kedua sahabatnya yang masih terduduk tegap dengan bola mata yang hampir keluar.
"Kitapacaran." Ucap Jihan cepat, berharap kedua sahabatnya itu tidak mendengar. Padahal mereka sangat bisa mendengar kalimat itu.
"Salah." Sergah Jevan. "Kita tunangan."
"HAH?!" Suara Miqdad dan Ruby sangat kencang, sampai semua orang di kantin menatap kearah meja mereka.
Jevan terkekeh, sedangkan Jihan bertopang dagu, menutupi pipinya yang pasti sudah bersemu merah lagi.
"DEMI APA?" Teriak Ruby, meminta penjelasan yang sejelas-jelasnya.
Miqdad menoleh ke kanan, ke kiri, ke seluruh area kantin. "Dimana hidden camera nya? Ini pasti prank!"
Tanpa menjawab apa-apa, Jevan mendaratkan bibirnya di pipi Jihan.
Kali ini tidak hanya Ruby dan Miqdad yang melotot kaget, tapi seluruh mahasiswa di kantin ini juga dibuat melotot melihatnya.
Detik itu juga. akun lambe kampus di instagram dibuat, entah oleh siapa, yang pasti dari salah satu mahasiswa yang juga berada di kantin itu.
Postingan pertama dengan foto Jevan, yang sedang menatap kearah Jihan, dan Jihan yang sedang menutup wajahnya karena malu, baru saja dicium Jevan.
Postingan pertama yang langsung di serbu oleh banyak komen dari fans Jevan dan Jihan yang patah hati. Menjadikan hari ini sebagai hari patah hati nasional mereka.
Postingan pertama yang jelas-jelas mengatakan keseluruh penghuni kampus, kalau Jevan dan Jihan resmi menjadi couple campus.
"Sial!" Umpat Jonas, Joshua, Noah, dan juga pria-pria lain yang menyukai Jihan, saat melihat postingan itu.
***
![](https://img.wattpad.com/cover/375001719-288-k620757.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BECAK
ChickLitPerkumpulan anak BEM Kocak. Slice of life yang pemeran utamanya Jihan.