Entah karena tugas atau kegiatan kampus yang kian menumpuk, atau memang daya tahan tubuh Jihan sedang menurun, akhir-akhir ini ia sering sekali merasakan pusing. Beberapa kali, ia juga merasakan tubuhnya sangat lemas sampai sulit untuk meregangkan otot-ototnya.
Jihan meneguk habis air mineralnya, menyeka keringat di dahinya. "Kayaknya gue kebanyakan makan makanan instan dan kurang olahraga deh." Ucapnya ke diri sendiri, karena memang saat ini Jihan sedang duduk sendirian di salah satu bangku di taman kampus Fakultas Seni.
"Hai, Kak Jihan." Sapa seorang perempuan cantik berambut pendek yang sudah berdiri di hadapan Jihan.
Jihan berpikir, berusaha mengingat siapa perempuan ini, karena wajahnya terlihat tidak asing. "H-hai." Nihil, Jihan sama sekali tidak ingat siapa perempuan ini.
"Aku Nadine Kak, adik tingkat Kak Jihan." Jelas perempuan bernama Nadine itu, tapi tetap saja Jihan tidak ingat mereka pernah bertemu dimana. "Aku waktu itu jadi salah satu volunteer untuk acara kesenian dan satu team sama Kakak."
Oh ya, akhirnya Jihan ingat. "Eh, iya baru inget. Ada apa?"
"Boleh aku duduk?" Nadine menunjuk kursi kosong di samping Jihan. Dia duduk setelah mendapat anggukan dari Jihan. "Aku mau minta saran ke Kak Jihan soal lukisan aku, karena Kak Jihan udah dua kali terpilih ke acara kesenian Galeri Besar."
Dua kali Jihan masuk kedalam acara itu dan dua kali juga lukisannya tidak menang, rasanya hati Jihan masih sedih jika mengingatnya.
"Kayaknya lo tanya ke Rose aja deh, kan dia yang berhasil terpilih diacara kemarin." Saran Jihan.
"Tapi karya Kak Rose lebih ke pahat patung, aku karya lukis, jadi lebih cocok tanya ke Kakak." Kalimat Nadine terdengar sedikit memohon.
Mungkin jika Jihan adalah laki-laki, ia sudah terpikat dengan gaya bicara Nadine yang 'manja', tapi Jihan adalah perempuan, hal yang di anggap para lelaki 'imut' itu, tidak akan mempan untuknya.
Jihan menghela nafas, jujur ia sedikit malas, terlebih dirinya sedang tidak fit akhir-akhir ini.
"Sorry ya, hari ini nggak bisa, gue lagi nggak enak badan, mau langsung pulang." Ucap Jihan berusaha menolak dengan baik.
"Kakak sakit? Mau aku antar ke klinik FK?" Entah kenapa, dari pada terdengar khawatir, suara Nadine barusan malah terdengar bersemangat saat menawarkan bantuan itu.
Jihan menggeleng, "Enggak, makasih, gue mau langsung pulang aja."
Saat Jihan berdiri dari duduknya, kepalanya terasa sangat pusing sampai membuat badannya limbung dan hampir terjatuh.
Nadine yang berada di dekatnya sontak mengulurkan tangannya untuk mencegah Jihan terjatuh, tetapi ia kalah cepat dengan tangan Jevan yang lebih dulu meraih tubuh Jihan.
"Jihan, lo nggakpapa?" Tanya Jevan sambil memegang pundak Jihan.
Jihan memijit keningnya, sakit kepalanya sudah semakin parah.
"Kak Jev." Nadine menundukkan kepalanya sedikit kearah Jevan, memberi sapa.
"H-hai." Balas Jevan.
Jihan mendongak kearah Jevan, "Kalian kenal?" Lalu Jihan menoleh pada Nadine yang saat ini tengah menatap Jevan dengan pandangan berbeda dan pipi sedikit merona.
"Kalau gitu aku duluan ya Kak Jihan, Kak Jevan." Nadine berpamitan pada Jihan dan Jevan sebelum pergi meninggalkan mereka berdua.
Jevan membawa Jihan kembali duduk, lalu mengecek suhu tubuh Jihan dengan telapak tangannya. "Lo sakit lagi? Ayo ke dokter."
"Lo kenal Nadine?" Alih-alih menjawab pertanyaan Jevan, Jihan malah balik bertanya kepada laki-laki itu.
"Kenal."
"Darimana?"
Jevan menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. "Hmm, dia yang ngajak kenalan sih."
"Kapan?" Oke pertanyaan dari Jihan semakin membuat Jevan gugup, karena Jevan merasa sedikit terintimidasi oleh Jihan, seperti ia sedang tertangkap basah melakukan sesuatu yang buruk.
"Waktu acara kesenian Galeri Besar kemarin."
Jihan manggut-manggut, "Dia cantik." Gumam Jihan.
"Ayo ke Dokter, Jihan." Ucap Jevan sambil meraih tangan Jihan untuk pelan-pelan berdiri.
"Nadine cantik, Jev." Kalimat Jihan membuat Jevan mengernyit bingung.
"So?" Tanya Jevan.
"Menurut lo dia cantik?"
"Semua perempuan cantik, Ji."
Jihan memandangi Jevan dengan tatapan menyelidik, benar-benar seperti orang yang sedang menginterogasi pelaku kejahatan.
"Kenapa sih?" Tanya Jevan semakin bingung dengan tingkah Jihan.
"Nggakpapa, gue mau pulang aja." Ucap Jihan sambil berjalan melewati Jevan.
Jevan segera berjalan menyusul Jihan, "Gue anter." Ucap Jevan sambil meraih tangan Jihan, tapi langsung di tepis oleh perempuan itu.
"Gue bisa pulang sendiri." Jawab Jihan dingin.
Jevan yang melihat itu terpaku ditempatnya. Bukannya merasa sedih diperlakukan sedingin itu, ia malah gemas dengan sifat yang ditujukan Jihan barusan.
"Jihan tunggu!" Teriak Jevan sambil sedikit berlari untuk mengimbangi langkah Jihan, dengan senyum yang menghiasi wajah tampannya.
***
Nadine Ishani
KAMU SEDANG MEMBACA
BECAK
ChickLitPerkumpulan anak BEM Kocak. Slice of life yang pemeran utamanya Jihan.