Terungkap

371 71 8
                                    

"Miqdad."

Jawaban dari Jihan membuat semua orang terpaku dengan mata lebar. Terlebih laki-laki yang namanya baru saja disebut. Tidak hanya matanya saja yang seakan copot, tapi jantungnya juga.

"Bohong." Ucap Tyaga memberikan sloki berisi alkohol ke arah Jihan. Sedetik kemudian tawa Jihan dan Tyaga pecah.

Jihan mengusap air matanya yang keluar karena ia terlalu kuat tertawa, "Astaga! Kalian harus liat ekspresi kalian tadi sih, sumpah lucu banget." Jihan menenggak alkoholnya.

Ruby memukul pundak Jihan cukup kencang, "Jihaaan nggak lucu!!! Gue kaget beneran!!!!"

"Iya, iya, sorry, bercanda."

"Tolol banget becandaan lo sumpah!" Miqdad mengumpati Jihan sambil melempar bantal sofa lain kearah Jihan, namun lebih cepat di tepis oleh Jevan sebelum mengenai muka Jihan.

Jihan masih tertawa jika mengingat wajah teman-teman mereka tadi.

"Trisha," Jihan memandang Trisha yang kaget karena namanya disebut. "Hmmm, cium pipi pacar lo."

Dare dari Jihan membuat beberapa orang mengernyit bingung. Kenapa? Kenapa Jihan ingin melihat Trisha mencium pipi Jevan?

Miqdad dan Jihan saling pandang. Disini, Jihan hanya ingin tahu, jika Trisha memang mencium pipi Jevan, itu artinya Trisha telah bermain api dibelakang Jevan. Jika iya, maka Jihan akan berbicara yang sesungguhnya kepada Jevan. Ia tidak ingin Jevan lebih sakit hati dari ini.

Trisha yang tadinya sedikit kaget dengan dare dari Jihan, akhirnya berdiri untuk berjalan kearah Jevan. Kebetulan Jethro dan Jevan duduk bersebelahan. Perempuan itu duduk dan mulai mendaratkan bibirnya di pipi Jethro.

Lagi-lagi semua orang dibuat kaget. Jihan dan Miqdad juga sampai menutup bibirnya tak percaya. Jadi selama ini, gosip tentang Jevan dan Trisha yang berpacaran itu benar hanya sebuah 'gosip'?

"Lo bukannya pacaran sama Jevan?!" Teriak Brea dan Naya bersamaan.

"Sejak kapan?" Tanya Rafa, merasa clueless sebagai sahabat Jethro.

Trisha sudah kembali duduk di tempatnya semula, meninggalkan Jethro yang tersipu malu.

"Sejak kapan, Jet!" Tanya Rafa gemas karena tidak segera mendapat jawaban.

"Nanti gue ceritain. Lanjut game!" Jawaban dari Jethro tidak hanya membuat Rafa geram, tapi juga membuat semua orang geram. Karena mereka benar-benar ingin tahu yang sebenarnya.

Miqdad sedikit melirik kearah Rose. Jujur, selain kaget karena ternyata Trisha benar berpacaran dengan Jethro, hatinya sedikit gelisah. Ia takut kalau Rose akan berpaling lagi ke Jevan karena tahu Jevan ternyata single.

"Kak Jevan," semua mata mengarah kepada Trisha, "cewek yang lo suka, ada disini?"

Jevan pernah bercerita kalau ia menyukai seseorang, tetapi Trisha tidak tahu siapa perempuan itu. Ditanya berapa kali pun, jawaban Jevan selalu sama. 'Nanti lo pasti tau.' Selalu begitu. Lalu setelah dipikir-pikir, Jevan tidak terlihat terlalu dekat dengan perempuan di fakultasnya, dan kegiatan Jevan juga sebagian ia habiskan dengan kegiatan BEM. Jadi Trisha menyimpulkan kalau perempuan yang Jevan sukai adalah salah satu anggota BEM.

Alih-alih menanyakan siapa nama perempuan itu, yang Trisha yakin tidak akan dijawab oleh Jevan, ia menanyakan apakah perempuan itu ada disini, untuk mempersempit kemungkinan.

Kali ini semua mata tertuju kepada Jevan, tentu juga penasaran akan jawabannya.

"Iya."

***

Pukul 1 dini hari. Satu per satu sudah mulai termakan oleh rasa kantuk.

Karena kasur di villa ini hanya berukuran queen size, yang mungkin hanya cukup untuk 3 orang dewasa, ketiga kamar di villa itu sudah diisi oleh para perempuan dan di satu kamar tersisa telah terisi oleh Tyaga, Andy dan Aden, yang sudah mabuk hanya dengan dua kaleng bir.

Yang lainnya sudah tertidur di sofa atau di kasur angin yang telah tertata rapi di ruang tengah.

"Gue kaget ternyata lo nggak pacaran sama Trisha, Jev." Miqdad mengepulkan asap rokoknya ke udara. Ia sedang duduk di kursi santai di tepi kolam renang bersama Jevan disampingnya, yang sesekali masih menyesapi bir nya yang entah sudah keberapa kaleng.

Jevan tersenyum sungging mendengar perkataan Miqdad, "Trisha sepupu gue, Miq."

Miqdad mengepulkan asap rokonya lagi sambil menghela nafas berat, masih memikirkan soal Rose yang takutnya akan menyukai Jevan lagi.

Jevan yang mengerti apa yang sedang Miqdad pikirkan, menepuk pundak laki-laki itu, "Tenang aja, Miq, apa yang lo pikirin nggak akan terjadi." Miqdad menoleh kearah Jevan, "Gue nggak ada perasaan sama Rose, dan nggak kepikiran untuk memulai perasaan itu."

"Karena ada cewek yang lo suka?" Pertanyaan dari Miqdad membuat Jevan mengangguk. "Siapa, Jev?"

Jevan tersenyum hangat, kali ini menampakkan kedua lesung pipinya, "Nanti, akan ada saatnya lo dan semuanya tau. Nggak sekarang." Jevan menepuk pundak Miqdad lagi sebelum berdiri dari duduknya, "gue masuk dulu ya, ngantuk."

Miqdad mengangguk dan lanjut menghabiskan rokoknya.

"Tidur, Miq, dari pada nanti lo di temenin sama yang 'tak kasat mata'." Goda Jevan yang tahu betul kalau Miqdad adalah seorang penakut.

"Shit!" Miqdad langsung berdiri dan membuang rokonya ke kolam renang, berlari terbirit-birit kedalam Villa.

***

BECAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang