Ada Tikus

423 75 7
                                    

Ruangan BEM tentu saja menjadi 'basecamp' bagi seluruh anggota BEM, entah itu saat ada pembahasan soal kegiatan BEM ataupun tidak.

Seperti disiang bolong pukul 1 ini, Miqdad dan Ruby sedang duduk disalah satu sofa ruangan BEM, atau lebih tepatnya melelehkan diri mereka di sandaran sofa. Siang ini sangat panas diluar sana, mereka berdua yang kelasnya baru di mulai lagi pukul 3 memutuskan untuk 'ngadem' di ruang BEM yang ber Ac ini.

Tidak hanya Miqdad dan Ruby, tetapi juga ada Devon di bangku lain yang sedang mengerjakan essay nya. Ada Tyaga, Herdan dan Jethro yang sedang bersila di pojok ruangan, bermain game online di ponsel mereka. Juga ada Rafa, Max, Brea, Naya, dan masih ada 6 orang lagi yang tersebar di ruang BEM untuk melakukan kegiatan mereka masing-masing. Untung ruangan BEM sangat luas.

"Apaansih, anjir!" Umpat Tyaga sambil menggoyangkan sedikit bahunya.

Herdan dan Jethro mengernyit bingung kenapa kakak tingkatnya itu mengumpat, pasalnya tidak terjadi sesuatu yang menjengkelkan di game mereka.

"Dih apan sih ni!" Kali ini Tyaga sudah kesal, jadi suaranya sedikit meninggi, membuat Herdan dan Jethro melihat kearah Tyaga yang sedang duduk bersandar di rak buku.

"BANG AWAS!" Herdan dan Jethro berteriak, serentak berdiri dan naik ke salah satu kursi yang ada di dekat mereka.

Tyaga yang kaget, menolehkan kepalanya sedikit dan melotot saat melihat mulut seekor Tikus besar di bahu kirinya. Tyaga reflek melompat dan bergabung dengan Herdan dan Jethro dikursi yang sama. Tiga pria yang bediri disatu kursi kecil sambil berpelukan, ironis.

Keributan mereka bertiga jadi membuat seisi ruangan heboh. Karena kebanyakan dari mereka ikut berteriak, si tikus jadi merasa bingung hingga memutuskan untuk berlari kesana kemari, semakin membuat keributan.

Saat si tikus pergi kearah Miqdad dan Ruby, Miqdad melempar asal bantal sofa agar tikus itu pergi kearah lain. Si tikus pergi ke arah Devon, Devon juga melakukan hal yang sama dengan melampar bukunya agar si tikus pergi. Begitu seterusnya dengan kejadian yang sama saat si tikus pergi untuk mengunjungi satu persatu anggota BEM.

Hebatnya, dari banyaknya anggota BEM disana, yang padahal banyak laki-lakinya, tidak ada satupun yang berani untuk mengambil sapu dan mengarahkan si Tikus untuk keluar dari ruang BEM.

"Miqdad lo badan gede doang, tapi takut sama Tikus!" Omel Ruby kearah Miqdad.

"Nggak ngaruh anjir! Lo liat aja tuh Jethro, badan dia juga bagus, macho, ganteng gitu juga takut sama tikus!" Miqdad menunjuk kearah Jethro yang masih berpelukan dengan Herdan dan Tyaga. Oh jangan sampai ada yang lihat kejadian ini, bisa hancur reputasi 'cowok cool' mereka.

Cekrek-

Ruby terkekeh mengambil foto mereka bertiga barusan. "Aaaaaaa Miqdad!!! Miqdad!!!"  Teriaknya kemudian saat melihat Tikus itu berlari kebawah sofa mereka. Ya ampun, kapan si tikus akan pergi kalau mereka hanya berteriak?!

Pintu ruang utama BEM terbuka, Jihan dan Jevan menatap bingung ke dalam ruangan BEM. Ruangan yang berantakan, anak-anak yang berdiri diatas meja atau kursi, ada apa ini?

"Ada ap-" pertanyaan Jihan menggantung saat melihat si tikus berlari kearahnya. "JEV!!" Pekiknya, reflek naik kaki Jevan dan memeluk tubuh pria itu. Lucu ya Jihan, kaki Jevan kan nggak tinggi.

Si Tikus mendengus dan berbelok ke arah lubang pembuangan air kotor tak jauh dari sana. Akhirnya si tikus pergi.

Jihan mengatur nafasnya karena kaget sambil perlahan menyadari posisinya saat ini. Kedua tanganya berada di leher Jevan. Satu tangan Jevan masih memegang gagang pintu dan satu tangan yang lain melingkar di pinggang Jihan untuk menahan berat perempuan itu yang masih bertumpu pada kakinya.

Saat Jihan perlahan menoleh kearah Jevan, ia meneguk kasar ludahnya karena jarak mereka yang sangat dekat. Jihan pun juga bisa melihat kalau Jevan baru saja meneguk ludahnya. Pandangan Jihan menjalar naik, dari jakun Jevan yang baru saja menelan ludah, ke rahangnya yang tegas, lalu bibir pinknya yang penuh, hidungnya yang mancung dan bertemulah pada manik mata Jevan yang sedaritadi menatap kearah Jihan.

Jihan membulatkan matanya sebelum benar-benar tersadar. "So-sorry, Jev." Ucap Jihan sebelum menyudahi sesi berpelukan mereka.

Ruby dan Miqdad tertawa tersembunyi melihat itu. Karena sofa mereka adalah spot paling dekat untuk melihat kejadian barusan. Dan mereka tertawa karena sudah berhasil mengabadikan moment tersebut di ponsel mereka.

***

Herdan Arfadhia Afdan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Herdan Arfadhia Afdan

Malviano Ethan Jethro

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malviano Ethan Jethro

BECAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang