Saingan?

238 46 2
                                    

Jevan duduk di samping Jihan, menyeka dagu kekasihnya itu.

"Aku bisa sendi-" tatapan Jevan yang tajam kearahnya membuat Jihan urung berbicara.

"Vito." Vito mengulurkan tangannya ke arah Jevan, memperkenalkan diri. Tidak peduli jika Jevan masih membenahi Jihan.

Jevan melirik ke tangan itu, lalu menjabatnya. "Jevan." Suaranya tajam dan dingin.

Mereka berjabat sambil saling pandang selama beberapa detik, sampai nama Jevan terpanggil dari bagian counter karena minumannya sudah selesai.

"Jadi, lo single apa in relationship, Vit?" Tanya Naya spontan.

Vito tertawa kecil, "Single, sementara ini." Ia menjawab pertanyaan Naya, tetapi matanya menatap kearah Jihan.

Naya mengangguk antusias, sepertinya dia sudah lupa soal Jonas. "Hai, Jo!!" Atau mungkin tidak.

Jonas ikut bergabung, sepertinya sekarang dia sudah resmi bergabung di dalam pertemanan ini. Ia duduk di kursi kosong yang tersisa, di samping Vito, jadi mereka juga saling berkenalan.

"Besok jadwal check up, Ji." Ucap Jonas mengingatkan.

"I know." Jawaban Jihan bersamaan dengan datangnya Jevan. Laki-laku itu mendengus mendengar Jonas barusan.

Kurang jelas apa status hubungan Jihan dan Jevan saat ini? Kenapa masih saja ada yang terang-terangan mendekati Jihan? Atau hanya Jevan saja yang berlebihan? Batin Jevan sangat berkecamuk saat ini.

"Han." panggilang dari Vito untuk Jihan juga mengusik Jevan. Apa-apaan itu? Kenapa dia memanggilnya 'Han'? Kenapa tidak 'Ji' seperti yang lain?

Bahkan tanpa sadar, Jevan mendengus dengan lantang saat mendengar Jihan memanggil nama laki-laki itu.

Dia mengenalkan dirinya sebagai Vito. Bahkan Tyaga pun memanggilnya Vito. Tetapi Jihan memanggilnya dengan Arion. Shit, pikiran Jevan sudah kemana-mana, menebak-nebak apa hubungannya dengan Jihan dulu.

"Sayang." Suara Jihan membuat semua orang disitu kaget, termasuk Jevan.

Karena untuk pertama kalinya, Jihan memanggil Jevan dengan panggilan seperti itu.

Jevan menoleh, percaya tidak percaya dengan apa yang ia dengar. "Hm?"

Jihan mengelus pipi Jevan, semakin membuat semua mata disana membulat. Jevan hanya bisa mengerjapkan matanya berkali-kali.

"Kencan, yuk!" Jihan tahu kalau Jevan sedang kesal, karena dari tadi laki-laki itu hanya diam dengan dengusan yang terlampau keras.

"Bye, pergi dulu ya sama tunangan gue." Kalimat Jihan sukses membuat Jevan tersenyum senang.

Jevan berdiri sambil menarik tangan Jihan untuk ia dekap pinggangnya, dan berjalan berdampingan keluar dari cafe tanpa memperdulikan tatapan sekitar.

"Parah banget mereka pacarannya lebih cringe dari pada gue." Celetuk Miqdad, membuat yang lain bergidik ngeri sambil mengangguk membenarkan.

***

BECAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang