Masalah

214 48 2
                                    

Jihan duduk di kursi meja persegi panjang yang berada di tengah ruang BEM. Sudah cukup lama rasanya dia tidak pernah berada di ruangan ini, membuatnya mengingat banyak hal yang terjadi disini.

"Sorry, nunggu lama ya, Kak?" Sapa Rafa sambil duduk bersebrangan dari Jihan.

Jihan menggeleng, "Baru nyampe juga kok. Ada apa?"

Rafa memang meminta tolong kepada Jihan untuk datang ke ruangan BEM, lalu ia memulai konsultasinya mengenai beberapa program BEM yang akan berlangsung. Laki-laki itu sedikit kewalahan dan membutuhkan sedikit pendapat dari Jihan. Dan tentu saja Jihan dengan senang hati membantunya.

"Thanks, Kak. Kayaknya gue terlalu banyak pikiran soal kuliah dan BEM, jadi sedikit kewalahan." Pengakuan Rafa membuat Jihan tersenyum.

Jihan yang dulu, pasti akan merasa menyesal memilih Rafa yang ternyata tidak bisa membagi waktunya antara program kuliah dan keanggotaan di BEM. Tetapi Jihan yang sekarang bisa memaklumi itu. Tidak mudah untuk mengemban banyak tanggung jawab sekaligus.

"Kalau butuh apa-apa lo bisa hubungin gue kapan aja. Dan, percaya sama anggota lo, Raf, terutama anak inti. Mereka pasti bantu lo kok." Pesan Jihan yang mendapat anggukan dari Rafa. "Yaudah, gue cabut dulu, ya."

Rafa juga berdiri untuk mengantarkan Jihan sampai keluar dari pintu ruang BEM, tetapi pintu itu terbuka lebar sebelum mereka sempat sampai disana.

Jethro berdiri dengan nafas terengah, sebelah tangannya menggenggam —atau lebih tepatnya menarik paksa, sebuah tangan laki-laki yang ternyata adalah Vito.

Mata Jihan mengernyit bingung melihat situasi itu. Dan ia semakin bingung lagi, saat Jethro memberi sapaan kepadanya sebentar, lalu berjalan masih dengan menarik tangan Vito untuk masuk ke ruang ketua, tetapi Vito malah ikut menyambar salah satu tangan Jihan untuk ikut masuk juga ke dalam ruangan.

"Loh, Kak Jihan ngapain disini?" Tanya Jethro kepada Jihan.

"Ngapain sih, Ar?" Tanya Jihan kepada Vito, yang bingung juga kenapa ia ikut di tarik paksa kesini.

"Ada apa sih, Jet?" Tanya Vito kepada Jethro, tidak mengindahkan pertanyaan Jihan.

Rafa, yang ikut masuk ke ruang ketua —ruangannya, hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat ini. Ia sendiri juga bingung dengan sikap Jethro yang jelas sekali seperti orang yang sedang kebingungan. Ditambah lagi, Jethro sampai menarik Kakaknya kesini. Dan yang lebih membuatnya bingung, kenapa Vito —Kakak kandung Jethro, menarik Jihan juga ke ruangannya. Banyak pertanyaan bermunculan di otak Rafa.

"Kak, gue perlu ngomong sama lo berdua aja." Pinta Jethro, wajahnya sedikit memucat.

Melihat itu, membuat Jihan dan Rafa jadi mengernyit bingung, juga merasa penasaran dengan apa yang sedang terjadi.

"Ada apa, Jet? Muka lo pucat." Pertanyaan Rafa membuat Jethro mengigit bibirnya, semakin gelisah.

"To-tolong kalian keluar sebentar, gue ada perlu sama Kakak gue. Please." Pinta Jethro kepada Jihan dan Rafa.

Jihan dan Rafa mengangguk, melangkah keluar dari ruang ketua. Tetapi lagi-lagi, Vito meraih tangan Jihan agar berhenti ditempat.

"Ar, kenapa si-" ucapan Jihan terpotong, karena suara pintu ruang Utama yang terbanting dengan keras di luar sana.

Diikuti dengan langkah berat menuju ruang ketua yang pintunya juga terbuka dengan keras, membuat keempat orang di dalam ruangan itu berjengit.

Tatapan Jevan jelas menggambarkan bahwa dirinya sedang marah saat ini, matanya menuju kearah Jethro yang langsung menciut disana. Namun, matanya semakin mengkilat marah, saat melihat sebelah tangan Jihan yang di genggam oleh Vito. Jihan yang terlalu kaget sampai lupa melepas pegangan tangan itu.

Jevan berjalan mendekati Jihan untuk melepas paksa genggaman tangan itu. Nafas Jevan sangat diburu nafsu amarah. Matanya berkilat marah menatap mata Vito.

"Jev?" Jihan meremat balik tangan Jevan, berusaha menenangkan kekasihnya itu.

Kali ini tatapan Jevan menyalang kepada Jethro. Jevan mendekati Jethro yang kian menciut ditempatnya.

Jari telunjuknya menuding kearah Jethro. "Lo.Harus.Tanggung.Jawab." Kalimat itu meluncur dengan tajam dan menusuk.

Hanya butuh sepersekian detik untuk Jihan, Vito dan Rafa untuk mengerti arti ucapan Jevan tersebut.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BECAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang