🌿(57) Masih terus berharap 🌿

155 19 2
                                    

Kapan bunda bangun ayah? Amira mau cerita banyak sama bunda ...

🌿🌿🌿🌿🌿

Happy Reading ❤️
.
.
.
.
.

"Ayah!" Ali dan yang lainnya langsung menoleh begitu Alaric datang, Alaric langsung memeluk Ali.

Ali langsung tersenyum bisa bertemu kembali dan memeluk putra sulungnya yang tingginya sudah hampir sama dengannya.

"Gimana kondisi bunda ayah? Bunda gapapa kan?" tanya Alaric yang membuat Ali menatap wajahnya dan menggeleng pelan. Wajah Alaric langsung berubah cemas, "bunda kenapa ayah? Kenapa ayah seperti itu!?" tanya Alaric.

"Bundamu koma Alaric ..." jawab ibu Risa yang masih menangis, Alaric sangat terkejut dan langsung menggeleng cepat.

"Gak mungkin! Pasti bunda baik-baik aja kan!?" kata Alaric yang matanya memerah akan menangis.

"Betul kata eyang kak, bunda koma setelah selesai operasi Caesar," ucap Ali menjelaskan dan tangis Alaric langsung pecah, padahal beberapa hari yang lalu Prilly bilang baik-baik saja bahkan mengirim foto sedang jalan-jalan di taman komplek.

Ali pun mengajak Alaric untuk melihat kondisi Prilly, Alaric dan Ali yang sudah menggunakan baju medis dan masker langsung masuk ruang perawatan Prilly karena orang yang masuk menjenguk Prilly harus steril dan tidak boleh sembarangan, Alaric tak berhenti menangis melihat tubuh Prilly yang terpasang semua alat medis di berbagai sisi. Ia takut Prilly akan meninggalkan dirinya dan keluarganya lagi seperti bunda Sisi.

"Bunda ... kakak datang ..." lirih Alaric menatap wajah pucat Prilly yang terpejam. Biasanya Prilly selalu mengingatkan Alaric dalam segala hal bahkan menelpon Alaric untuk bercerita tentang ayah dan adiknya walaupun sebentar.

Alaric mengusap telapak tangan Prilly yang sangat dingin dan langsung ia genggam, "bunda, jangan tidur lama-lama ya. Kakak kangen dengar suara bunda lagi ... biasanya selalu ada yang ingetin kakak apapun, sekarang gak ada ..."

Ali mengusap punggung Alaric dan tersenyum karena perhatian Prilly begitu besar pada Alaric walaupun Alaric bukan anak kandungnya, begitupun kepada Alana. Ali sangat beruntung memiliki istri seperti Prilly.

Alaric pun menatap Ali yang ikut memperhatikan Prilly, "adik kakak mana ayah? Kakak mau lihat, apa adik kakak baik-baik saja?" tanya Alaric.

"Adik kakak ada di ruang perawatan khusus sekarang, nanti siang kita jenguk adik kakak ya," ucap Ali yang diangguki Alaric.

Setelah hampir 15 menit berada di dalam ruangan akhirnya Alaric dan Ali keluar.

"Ayah tidak pergi ke kantor?" tanya Alaric.

"Untuk sementara ayah menemani bunda dan adik disini kak," ucap Ali.

"Nanti kakak gantian sama ayah jaga bunda dan adik disini ya, kakak gak mau ayah sampai sakit juga," ucap Alaric.

"Kakak kan harus balik lagi ke Yogya kuliah,"

"Gapapa ayah, kakak bisa kirim tugas nanti ke dosen selama kakak di Jakarta. Kakak kan harus jagain adik-adik selama bunda dan adik di rumah sakit," ucap Alaric yang membuat Ali tersenyum dengan kedewasaan anaknya.

"Kamu pulang dulu ke rumah dengan Alaric, Li. Sepanjang malam kamu pasti tidak tidur menjaga Prilly. Ada kami yang menjaga Prilly dan anak kamu," ucap bapak Gunawan yang menyuruh Ali dan Alaric pulang.

"Gapapa pak, Ali mau memastikan kondisi Prilly," tolak Ali.

"Ali, tubuh kamu perlu istirahat juga. Ada anak-anak yang sudah menunggu kamu di rumah, kalau ada apa-apa pasti kami langsung menghubungi kamu segera, jangan khawatir," ucap ibu Risa menasehati Ali.

Sejak kejadian Prilly diculik Ali sama sekali tidak nafsu makan, dan perutnya pun mulai tidak enak mungkin gara-gara asam lambung naik namun tetap ia tahan karena tidak ingin meninggalkan Prilly, namun setelah mendengar perkataan kedua mertuanya Ali menurut saja dan mengajak pulang Alaric ke rumahnya. Ali juga perlu ke kantor polisi mengurus kasus penculikan istrinya, Ali tidak tau harus bilang bagaimana mengenai kondisi Prilly sekarang pada anak-anaknya.

oOo

"Ayah, Amira mau nengok bunda," ucap Amira yang mendatangi Ali.

"Besok kita jenguk bunda sama-sama ya, sekarang sudah malam Amira harus tidur," ucap Ali mengingatkan.

Amira hanya menunduk lesu dan mendekat pada tubuh sang ayah yang sedang menimang adik kecilnya. Ali mengusap rambut Amira sambil tersenyum.

"Amira kangen sama bunda ya?" tanya Ali.

Amira mengangguk, "Amira kangen banget di peluk sama bunda lagi. Bunda kenapa lama banget sih di rumah sakitnya?" tanya Amira menatap wajah ayahnya dengan gurat kesedihan.

"Bunda kan masih sakit jadi perlu istirahat total di rumah sakit sayang," ucap Ali.

"Kapan bunda bangun ayah? Amira mau cerita banyak sama bunda," ucap Amira.

Ali tersenyum kecil menanggapi Amira yang masih polos, ia begitu merindukan kasih sayang dari bundanya.

"Nanti ya kalau bunda sudah bangun dan sehat Amira boleh cerita banyak hal sama bunda. Sekarang bunda masih harus istirahat sampai benar-benar pulih kondisinya, Alana doain bunda supaya bunda sehat lagi kayak dulu dan bisa peluk Amira ya," ucap Ali.

Amira langsung mengangguk, "iya ayah, Amira selalu doain bunda setiap malam supaya bunda bisa cepet pulang ke rumah," ucap Amira.

"Sekarang Amira tidur ya, besok kita jenguk bunda lagi," titah Ali.

"Amira mau tidur di sini ya ayah," ucap Amira yang diangguki Ali, lalu Amira pun naik ke atas kasur dan merebahkan tubuhnya, ia pun memeluk boneka dan sudah terlelap lebih dulu.

Sementara Ali masih menatap bayi laki-laki yang sudah tertidur dalam pangkuannya, ia merasa kasihan pada anaknya ini karena belum pernah sama sekali merasakan kehangatan pelukan bundanya sejak lahir kedunia.

Tujuh bulan sudah berlalu dengan begitu lambat bagi Ali, ia menjalani peran menjadi ayah sekaligus ibu selama Prilly masih koma dirumah sakit. Kondisinya belum menunjukkan adanya perkembangan baik, Ali hanya bisa pasrah dan terus berdoa dan ia berusaha menjadi penguat untuk anak-anaknya.

Ali beranjak pelan-pelan dan meletakkan tubuh anaknya di dalam box bayi, selama sebulan di rawat di ruang NICU, akhirnya Ali bisa menggendong bayi laki-lakinya untuk pertama kali sambil menangis haru dan sedih bersamaan. Ali pun segera mendekatkan bayinya pada Prilly yang terbaring lemah disana.

"Sayang, anak kita ada disini sekarang. Wajah dia sangat mirip dengan kamu sesuai harapan kamu sejak dulu ..." lirih Ali yang tersenyum menatap Prilly dan anaknya secara bergantian, air matanya kembali menetes karena Prilly sama sekali tidak meresponnya.

"Ayo bangun sayang, kamu sudah tidur lama disini. Apa kamu gak kangen sama mas dan anak-anak?" tanya Ali yang hanya berbicara sendiri, sementara bayi laki-laki itu terlihat bergerak-gerak didekat Prilly seperti tau sekarang berada didekat ibunya.

"Pasti kamu merasakan ada disamping bunda ya nak? Sabar ya, kamu belum bisa digendong bunda sekarang. Ayah akan berusaha selalu memberikan pelukan hangat padamu," ucap Ali sambil mengusap kepala anaknya.

Ali meraih tangan Prilly dan tangan anaknya lalu menyatukannya, jari mungil anaknya langsung menggenggam erat jari Prilly yang membuat Ali tersenyum lirih.

"Sayang, mas akan memberikan nama pada anak kita sesuai dengan pilihan kamu sebelumnya. Alvaro Raffasya Syarief, suatu saat Al akan menjadi pemimpin yang hebat dan kuat di keluarga kecil kita dan bisa melindungi bunda dan kakak-kakak perempuannya," ucap Ali yang kemudian mencium kening anaknya, Ali pun keluar dari ruang perawatan Prilly dengan bayinya. Tanpa Ali sadari air mata Prilly langsung jatuh begitu saja dari kedua matanya.


















Jangan lupa vote, comment and share cerita ini yups ✨

Terima kasih ✨ 🤗

🌿Tbc🌿

When Love Comes Back To Me [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang