55. We are still yours

1.5K 157 23
                                    

Ps....
Ini hanya karangan semata, alur dari anime asli nya hanya secuil...
Characters yang ada itu milik Mr. Masashi Kishimoto.
Dibuat untuk mengisi kegabutan, apalagi terlalu banyak membaca fanfic Naruto Sasuke..

Note: cerita ini mengandung kisah Shinobi and Omegavers

So, let's reading...

#…………….#

Sasuke berpikir sejenak, tapi --

Sasuke memilih untuk mengikuti kata hatinya. Dia menyentuh pundak kanan dan kiri Naruto dengan kedua tangannya, mengarahkan bahu bidang pemuda itu, sehingga bahu Naruto berhadapan dengan bahunya sendiri yang cukup sempit.

"Naru.." Sasuke berujar pelan.

"Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi aku mengerti apa yang kamu rasakan. Semua keputusasaan, kehilangan, semua yang kamu rasakan sekarang, aku ikut merasakannya."

"Jangan tanya bagaimana bisa, ikatan kita sudah berubah lebih jauh. Aku bisa tahu emosi itu dengan jelas. Kamu bisa bercerita padaku, tapi aku tidak akan memaksa."

Terdengar kekehan kecil dari suara baritone Naruto. "Sejak kapan kamu bisa bicara panjang kali lebar, Teme?"

"Ck! Usurantokachi!!"

Tawa kecil Naruto berganti menjadi seulas senyum. Senyum yang lagi-lagi membuat Sasuke terpaku. Dan sebelum pemuda berambut hitam tersebut selesai dari keterpakuan nya, Naruto membenamkan wajah di perpotongan leher nya. Lengan si pemuda pirang juga merengkuh pinggangnya, memeluknya dengan begitu erat dan rapat.

"Naru?" Panggil Sasuke pelan.

"Sasu, kenapa aku harus ditinggalkan lagi?"

Sasuke menepuk punggung si pirang, kikuk. Dia bukan ahli dalam hal menenangkan seseorang.

"Jiraiya mati, Sasu. Dia mati. Ero-sennin pergi meninggalkanku!"

Sasuke terdiam, dia tahu bagaimana rasanya ditinggalkan anggota keluarga. Dan bagi Naruto, Jiraiya adalah orang yang sudah menjadi satu bagian dari keluarga yang selama ini dia impikan.

Sasuke tidak mengatakan apapun, pemuda itu tahu kalau ucapan tidak akan bisa menghidupkan lagi orang yang mati.

"Apa kamu akan pergi juga, Sasu? Apa kamu juga akan meninggalkanku? Apa kamu--"

"Tidak!!"

Sasuke berseru keras, memotong perkataan Naruto. Setelah dia bersama Naruto dengan semua kutukan ini, tidak pernah terpikirkan olehnya tentang kata tersebut. Tidak pernah terpikirkan dia bisa pergi meninggalkan pemuda itu.

Bukan karena masalah Omega nya, karena kalau hanya itu yang menjadi alasan, Sasuke akan lebih memilih pergi meninggalkan Naruto dan menanggung semua kesakitan itu.

Bukan karena kehadiran Sky, meski dia akui dengan Sky ada disini, membawa semua hal yang terjadi, itu membuat dia mengerti apa yang sebenarnya dia inginkan.

Dia tidak akan meninggalkan Naruto. Tidak! Karena dia sudah benar-benar jatuh hati pada rivalnya itu. Setelah semua perjuangan sahabat sekaligus saingan nya itu demi dirinya, dia sudah mengerti apa yang terjadi pada hatinya. Dia jatuh cinta pada si pemuda berambut pirang.

Jadi ucapan Naruto mendapat kata tidak dengan begitu kerasnya.

"Tidak, Naruto! Aku tidak akan pergi meninggalkan mu! Tidak aku, tidak Iruka, tidak Kakashi, tidak orang-orang yang mengenal dan mencintai mu! Bahkan Jiraiya tidak pergi meninggalkan mu! Dia hanya melepas jiwanya ke alam lain, tapi bukankah dia tetap ada di hati mu?"

"Kematian bukan berarti orang itu betul-betul pergi darimu, Naru. Mereka tetap tersimpan apik dalam memori kita, bukan?"

"Mereka masih milikmu, Naru. Kami, masih milikmu."

Sasuke berkata panjang lebar, sementara telapak tangan nya bergerak mengikuti insting, mengelus rambut pirang Naruto yang berada tepat disamping wajah nya.

Naruto mengeratkan pelukan, semakin membenamkan wajahnya. Pemuda itu menangis lagi, tapi kali ini tanpa suara. Ya, semua ucapan Sasuke benar. Walaupun Jiraiya mati meninggalkan nya, kenangan bersama kakek tua itu kan terus hadir dalam hati dan pikirannya, tetap tersimpan apik tanpa akan ia hapus sedikit pun. Dan, pemuda yang memberikan petuah memenangkan nya juga adalah seseorang yang akan selalu ada di hatinya, bahkan hingga mati nanti. Naruto tau pasti.

"Terimakasih, Sasu. Kau benar. Ucapan mu benar." Ucap Naruto dengan suara teredam.

"Dan kamu betulan tidak akan pergi dariku lagi?" Tanya Naruto pelan, dia mengangkat kepalanya, tapi hanya sedikit, hanya untuk mencium wangi mint dan Cendana yang tersebar pada helaian rambut legam Sasuke.

"Tidak, karena rumahku ada padamu."

Tanpa paksaan, senyum tipis Sasuke muncul di sudut bibir nya. Membuat wajah basahnya nampak lebih rupawan.

Sayang sekali Naruto tidak melihat nya.

"Jadi, lebih baik sekarang kau pulang. Jangan hanya karena punya si rubah ekor sembilan yang bisa menyembuhkan dirimu, kau jadi bertingkah seperti ini! Hujan-hujanan tak jelas! Mentang-mentang tidak akan sakit! Membuatku harus berkeliling kelelahan saja!" Sasuke menggerutu pelan, tapi terdengar jelas karena bibir pemuda raven itu bicara tepat di telinga Naruto.

Oke, Sasuke kembali dengan ucapan pedas nya untuk si Dobe.

Naruto tertawa mendengar ucapan Sasuke. Dia tidak tersinggung, kok. Dipukul pakai Chidori saja dia masih terus mengejar si raven, apalagi hanya diberi kata-kata yang sebenarnya tersirat kekhawatiran itu. Dadanya malah terasa menghangat. Perasaan nya kembali berdesir. Pemuda ini, Naruto tidak akan pernah melepaskan nya.

"Gomen, nee... Kamu pasti kesulitan mencari ku. Apalagi aku menekan chakra agar tidak ada yang menemukan ku. Tapi kamu masih saja bisa." Ujar si pirang sambil melepas pelukan yang sebelumnya begitu erat itu.

"Tapi kita seri. Aku juga menekan chakra saat datang tadi."

"Ya, membuat ku kaget setengah mati saat tiba-tiba mendengar suara mu." Sahut Naruto.

"Pulang?" Tanya Sasuke, mengulurkan tangan, disambut sebuah genggaman erat.

"Ya, ayo kita pulang." Naruto menyahuti ucapan Sasuke dengan senyuman manis terpatri.

#...........#

Vote and comment please 💗

I'm here, with you..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang