Alvion mengerjapkan matanya perlahan, baru saja sadar tapi kepalanya sudah pusing, ia kembali memejamkan matanya.
"Kau baik-baik saja?"
Mendengar suara itu, Alvion kembali membuka matanya, ia terkejut saat melihat orang yang familiar di depannya ini.
"Mommy!"
Dengan cepat ia bangun dan memeluk wanita yang ia kenal, Alvion menangis dengan kerasnya, sudah lama ia tidak pernah bertemu dengan Alexa, mommy'nya.
Alexa tertegun sebentar, tapi tetap memeluk remaja mungil ini. Kasihan sekali dia, di penuhi oleh luka-luka, Alexa tidak menolak bahkan ia mengusap punggung yang bergetar itu.
"Tidak apa-apa, mommy di sini."
Xander juga menatap prihatin pada remaja mungil ini, kondisinya sungguh buruk dan kurus, entah apa yang terjadi padanya hingga bisa seperti itu.
Saat pertama kali mereka remaja kecil ini, ia dan Alexa sudah tertarik dengan wajah yang penuh dengan luka itu, seperti sudah lama mereka mengenalnya.
"Kecil, namamu siapa?"Tanya Xander dengan penasarannya.
Kecil? Apa-apaan itu, Alvion rasa dia tidak terlalu kecil, ia menatap tajam abangnya itu, kenapa pula menanyakan nama, apa abangnya itu sudah melupakannya, tapi tunggu ... dirinya lupa jika sudah berpindah tubuh, tentu saja mereka tidak mengenalnya.
"Namamu, siapa manis?"kali ini Alexa lah yang bertanya, ia mengusap pipi yang sedikit bulat itu.
"Gu ... aku Vi..." Jika ia mengatakan dirinya Alvion apakah mommy'nya akan percaya," Gua harus cari tahu dulu siapa yang masuk tubuh gua saat ini, gua harus rahasiain dulu."
"Kenapa? Apa ada yang sakit?"Alexa mengecek lagi kondisi anak didepannya ini."Xander, panggilkan dokter ..."
"Enggak ... aku Alvian, Vian."Alvion menatap Alexa dengan mata penuh binar.
Alexa diam, ia sungguh merasa familiar dengan Alvian, dimana ia pernah bertemu dengan bocah ini, ia merasa merindukannya.
"Aku Alexa, panggil aku mommy seperti yang kau sebutkan tadi, kecil."Ia mengusap pelan pipi itu, hatinya sangat senang saat mendengar perkataan Alvian, mengigatkan dirinya pada Alvion.
Mengigat Alvion Alexa menjadi sedih, sudah bertahun-tahun ia tidak bisa bertemu dengan Alvion karena Ellard lah yang melarangnya.
Begitu juga dengan Alvion, ia sungguh merindukan mommy'nya, saat itu dirinya masih kecil dan tidak mengerti apa-apa kenapa daddy-nya itu egois sekali, memisahkan dirinya dengan mommy'nya, setelah saat itu ia membenci Ellard, karena Ellard tidak mementingkan perasaanya.
"Kau lapar kan, aku akan menyuapi mu makan, baby."Alexa mengecup pipi Alvion dengan pelan, ia sudah mendengar dari dokter jika Alvian pernah kecelakaan sebelumnya, makanya itu tubuhnya banyak luka dan yang paling parah adalah Alvian yang kelaparan, itu yang membuatnya pingsan. Dan satu lagi yang membuat ia prihatin adalah bekas sepatu yang berada di dada Alvian, sepertinya Alvian di tendang oleh seseorang.
Hanya anggukan saja yang diberikan Alvion, ia tidak lagi memperdulikan lapar dalam perutnya karena begitu senang bisa bertemu dengan Alexa. Mommy'nya itu tidak pernah berubah.
"Aku Xander, panggil abang." Xander tersenyum tipis, ia ingin mengusap pipi Alvian juga tapi bocah itu malah menghindar.
"Nggak mau sama abang!"Alvion memeluk Alexa bertambah erat, ia tidak suka bersama Xander, ia lebih suka saat bersama Alexa seperti ini, abangnya itu sering menganggunya dulu.
Xander juga terdiam di buatnya, ini mengingatnya dengan sikap Alvion yang selalu menolaknya saat ia ingin memeluk adiknya itu.
Kenapa sedikit ada kemiripan dengan mereka, ia menggeleng pelan. Mungkin ia terlalu rindu dengan adiknya itu.
"Vian, boleh mommy bertanya?"
Alvion mengangguk cepat, tentu saja mommy'nya boleh bertanya.
"Vian kenapa penuh dengan luka seperti ini? Kenapa dada Vian juga ada bekas sepatu?"
Alvion langsung melihat dadanya, pantas saja terasa dingin. Ia tak memakai apapun tapi tubuhnya di bungkus oleh perban.
Soal luka, Alvion tidak tahu dari mana luka ini didapatkan, saat ia baru bangun ia malah berada di rumah sakit, dan soal bekas sepatu di dadanya ini adalah ulah pira yang tidak ia kenal itu, mungkin itu adalah ayah Alvian. Jadi ia menjelaskan apa yang ia tahu saja pada Alexa.
Alexa langsung memeluk Alvian dengan sayang, ia tak sanggup mendengar itu jadi Alvian ini korban kekerasan dari orang tuanya, bejad sekali orang tua Alvian. Mereka menyiksa anak yang tak berdosa dan menyuruhnya berkerja hingga Alvian kelaparan seperti ini.
Xander yang juga mendengar itu geram, ingin rasanya ia melakukan hal yang sama pada orang tua Alvian, ia akan menyelidiki siapa sebenarnya identitas dari Alvian ini.
"Alvian tinggal bersama mommy saja, mau?"
"Iya mommy, mau tinggal sama mommy selamanya."Alvion tidak akan kembali bersama daddy-nya itu maupun keluarga Alvian, terserah keluarga Alvian mau apa yang penting sekarang ia telah bertemu dengan mommy'nya ini.
"Sekarang makan dulu."
Tangan Alvion sudah bergetar karena lapar, tangannya jga terasa dingin karena menahan lapar. Alvion tak menolak di suapi oleh Alexa, ia selalu memegang sebelah tangan Alexa, ia tidak mau semuanya ini adalah mimpi jadi ia terus merasakan Alexa benar-benar berada di sisinya sekarang.
"Pelan-pelan."Alexa tersenyum kecut, hatinya terenyuh saat mendengar cerita Alvian, bahkan melihat Alvian yang kelaparan seperti ini, awas saja, ia tidak akan tinggal diam pada keluarga Alvian. Ia juga ikut merasa sakit melihat Alvian kelaparan seperti ini, memikirkannya saja ia tak sanggup betapa tragisnya kehidupan Alvian selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvion & Alvian
Teen FictionBagaimana jadinya jika seorang remaja laki-laki nakal dan tidak bisa di atur berpindah tubuh ke tubuh remaja yang polos penuh dengan penderitaan. Bagaimana juga dengan sebaliknya, bagaimana jika seorang remaja polos berpindah tubuh ke remaja nakal...