Alvian terpana melihat barang-barang yang berada di pusat pembelanjaan ini. Mungkin orang-orang akan mengatakannya dia adalah orang yang norak atau kuper karena saat melihat sesuatu pasti mulutnya ternganga dengan lucu.
Tapi itu memang benar adanya karena ia tak pernah sekalipun masuk ke pusat pembelanjaan seperti ini, seperti melihat mainan yang berada didepannya ini, sungguh Alvian tidak tahu cara mengekspresikannya seperti apa.
Boneka yang dipegangnya ini begitu lembut dan banyak mainan lainnya, tapi saat melihat harganya ia juga tercengang.
"Mahal sekali ..."
Ia bisa melihat angka nol'nya ada enam, sungguh hanya satu buah boneka kecil saja harganya bisa mencapai puluhan juta.
Ellard yang melihat anaknya memegang boneka itu mengambilnya dan meletakkannya ke keranjang belanjaan.
"Daddy ..."
"Kenapa? Bukankah Vion menginginkannya?"Tanya Ellard dengan bingungnya, anaknya ini terlihat seperti panik.
"Benar Vion, jika kau menyukai itu kita akan membelikan boneka itu."Jawab Axian setuju.
Alvian menggeleng, ia dengan cepat mengambil lagi boneka itu dan meletakkannya di tempat semula."Tidak mau bang, kita pergi saja." Melihat harganya saja ia sudah takut, ia bahkan belum pernah melihat yang sebegitu banyaknya.
"Kenapa? Ambil saja."Axian kembali mengambil boneka yang diinginkan adiknya itu.
"Tidak bang, kita pulang saja."Semakin ia berjalan semakin pusing juga ia, Alvian tidak menyangka jika toko sebesar ini menjual barang yang mahal.
"Tidak, kau suka itu kan. Maka ambil saja."Ellard menolak anaknya itu, pasalnya ini bukan pertama kalinya Alvion menolak. Tadi saat pertama mereka sampai, Alvion juga memegang mobil robot-robotan tapi saat setelah melihat ia meletakkannya lagi, saat pertama kali Ellard mengetahui itu, ia berpikir mungkin Alvion memang hanya melihat-lihat saja. Tapi setelah beberapa kali hal itu terjadi lagi. Pasti Alvion tidak mau mengatakan yang sebenarnya pada mereka.
Axian memegang dagu adiknya itu agar melihat ke arah dirinya, "Kenapa, baby bisa memberitahu, baby tidak suka."
"Iya bang, Vian tidak suka. Jadi kita pulang saja."
Axian tahu itu hanya sebuah kebohongan belaka, ia tidak mau adiknya berbohong lagi karena adiknya sudah mulai berubah.
"Vion, katakan. Apa yang kau pikirkan."Tekannya membuat Alvion takut, abangnya sudah dalam mode lirikan tajam jadi dia tidak berani.
"Mainannya mahal ... Vian tidak mau."Hanya lirihan kecil saja yang dikeluarkan oleh Alvian. Dia menyatukan tangannya karena takut melihat tatapan tajam abangnya itu.
Mahal? Perkataan apa itu? Axian melihat label harga boneka itu, hanya dua ratus tiga puluh lima juta saja, dari mana datang mahalnya, bahkan itu saja adalah mainan yang termurah dibandingkan dengan yang lain.
Begitu juga dengan Ellard, dia juga menatap tidak percaya pada Alvion, padahal mainan ini begitu murah kenapa anaknya itu mengatakan mahal.
"Tidak baby, itu murah. Kita ambil ini saja."Ellard lagi lagi ingin memasukkan boneka itu tapi begitu juga dengan Alvion yang lagi-lagi meletakkan mainan itu ke tempatnya.
Murah apanya? Bahkan gaji Alvian selama bekerja di cafe hanya lima ratus ribu saja perbulan, itupun di potong hutang dan hanya tersisa tiga ratus ribu saja. Alvian tidak bisa berpikir dari mana datang murahnya. Daddy dan abangnya yang baru ini sungguh aneh.
"Daddy kita pulang saja."Alvian memegang tangan kedua daddy dan abangnya itu, ia tidak mau lagi berada di sini. Boneka itu terlalu mahal, lebih baik beli mie dan telur saja biar bisa buat makan seumur hidup.
Itu lebih mengenyangkan dari pada harus membeli sebuah boneka, lagi pula mau dibayar pakai apa, Alvian bahkan tidak memegang uang sepeserpun.
Ellard dan Axian hanya saling berpandangan, mereka hanya menuruti Alvion yang menggeret tangan mereka untuk keluar dari toko itu.
Alvion ini ... sikapnya memang sangat aneh.
* * *
Xander tersenyum tipis saat melihat keantusiasan Alvian yang tak sabar untuk bertemu dengan adiknya. Benar mereka akan pergi kekediaman Ellard. Sesuai janji mereka, mereka akan membawa Alvian juga. Semoga saja mereka juga bisa bertemu dengan Alvion.
Walaupun adiknya itu tidak suka padanya, tapi tetap saja ia merindukan adiknya itu, sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu dengan Alvion.
Alvion sendiri juga tak berhentinya melihat keluar jendela, ia sungguh tak sabar melihat tubuhnya kembali."Gua sebenernya nggak apa-apa kalo nggak balik lagi ke tubuh gua, asalkan gua sama mommy selalu. Tapi gua cuma penasaran siapa yang ngendaliin tubuh gua saat ini, nggak mungkin dia bisa jalan sendiri tanpa jiwa."Apalagi ia sudah nyaman berada di dekat dengan Alexa, ibunya itu.
Alexa hanya tersenyum, ia berharap keberuntungan berpihak pada dirinya saat ini agar kembali bersama Alvion seperti dulu, apalagi ia tak sabar mengenalkan adik baru Alvion, yaitu Alvian yang ia bawa saat ini, membayangkan mereka bersama membuat senyum Alexa tak pernah pudar.
Lampu merah mengharuskan mobil mereka berhenti sebentar, Alvion juga melihat-lihat keluar jendela, memperhatikan banyaknya mobil-mobil yang berjejer.
Tak jauh dari mobil yang di tumpangi Alvion, lebih tepatnya di sebelah mobil mereka ada seseorang yang tak sengaja melihat ke arah jendela.
"Itu! Itu Alvian! Kenapa dia bisa ada di mobil!"
"Apa? Mana?!"
Elva dan Roki, mobil mereka sangat bersebelahan. Melihat Alvian yang enak-enak bersantai di dalam mobil tanpa memikirkan mereka membuat emosi mereka bangkit kembali.
"Sialan! Di cari kesana kemari tak tahunya dia bersenang-senang dengan keluarga kaya!"Roki tersulut emosi, ia keluar dari mobil dengan geramnya.
Begitu juga dengan Elva, ia juga tidak dapat lagi menahan amarahnya melihat pundi-pundi uang mereka itu.
"Alvian!"
Alvion terkejut, karena tangannya bertumpu pada jendela, jadi tangannya tiba-tiba saja di tarik oleh Roki hingga hampir saja ia terjungkal keluar dari jendela.
"Di sini rupanya kau sialan!"
"Apa yang kau lakukan!"Alexa berteriak dengan marahnya, kenapa anaknya tiba-tiba di tarik seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvion & Alvian
Teen FictionBagaimana jadinya jika seorang remaja laki-laki nakal dan tidak bisa di atur berpindah tubuh ke tubuh remaja yang polos penuh dengan penderitaan. Bagaimana juga dengan sebaliknya, bagaimana jika seorang remaja polos berpindah tubuh ke remaja nakal...