Bagaimana jadinya jika seorang remaja laki-laki nakal dan tidak bisa di atur berpindah tubuh ke tubuh remaja yang polos penuh dengan penderitaan.
Bagaimana juga dengan sebaliknya, bagaimana jika seorang remaja polos berpindah tubuh ke remaja nakal...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Alvion berdecak, ini sudah tiga jam tapi Axian dan Xander juga belum keluar dari perpustakaan itu.
"Abang, gimana kalau kita buka aja."Alvian mengusap perutnya yang sudah kembung, sudah sepuluh jus buah yang dia minum tapi para abangnya juga tak menampakkan wajah mereka.
Bahkan Ellard dan Alexa sudah bolak-balik menuju mereka kenapa mereka malah bersantai di depan pintu itu.
"Keknya yang elo ucapin bener, kita buka aja. Keknya ada yang enggak beres sama mereka berdua." Alvion membuka kunci pintu itu, dia membuka pintunya dan terkejut setelah melihat apa yang terjadi.
"Abang! Bang berhenti!"Alvion mencoba memisahkan Axian dan Xander.
Wajah mereka berlumuran darah dan membengkak. Sudah dipastikan jika mereka berkelahi hingga terluka parah seperti ini.
Alvian juga membantu Alvion. Dia segera memegang tangan Axian agar mereka tak lagi bertengkar."Bang sudah, jangan bertengkar lagi."
Mereka berdua memeluk masing-masing kedua pria itu.
Axian mengusap darah yang berada di bibirnya, ia memegang tangan Alvion "Kita pergi Vion."
Alvian tak berkutik, ia hanya bisa melihat Alvion dengan tatapan bingung.
"Abang kenapa berantem sama bang Axian!"Alvion tak bisa berpikir jernih, kenapa yang dia rencanakan gagal lagi, bahkan sekarang lebih parah dari pada sebelumnya.
Xander berusaha tenang, ia menggelengkan kepalanya,"Aku tidak bertengkar."
"Abang kira aku buta, aku liat abang berantem sama bang Axian! Kenapa kalian berantem gini? Seharusnya kalian itu udah baikan."
Kenapa sulit sekali untuk menyatukan dua kubu ini.
Xander juga tidak tahu, tapi yang pasti, yang pertama kali memulai pertengkaran adalah Axian bukan dirinya.
"Ayok bang, obatin dulu muka abang yang penyok itu, kan liat jadi bengkak gini."Alvion meringis melihat luka yang berada di wajah Xander.
Seberapa hebatnya pertengkaran mereka.
Begitu juga di sisi Axian, dia langsung di tanya-tanya oleh Ellard karena tak sengaja mereka bertemu.
"Apa lagi! Si sialan ..."
"Axian, jaga bicaramu. Ada Vion di sini."
Axian mengepalkan tangannya, ia berusaha tenang dan duduk di sofa."Tidak apa-apa, hanya sedikit bertengkar dengan dia."
Xander dan Axian selalu saja membuat masalah, tidak bisakah mereka tidak bertengkar seperti ini. Alvion dan Alvian bisa melihat itu dan bisa menirunya, apalagi Alvion yang baru saja melupakan sifatnya yang lama. Juga Alvian yang masih baru di keluarga mereka. Pasti dia akan takut nantinya.
"Bersihkan lukamu itu, kau tampak menyeramkan."
Axian yang mendengar itu memutar matanya malas. Kenapa daddy-nya berbicara seperti itu, ia rasa wajahnya tidak seburuk apa yang daddy-nya itu ucapkan.
"Abang, abang obati dulu lukanya, pasti sakit banget, nanti kalau nggak dolu obati jadi infeksi."
Axian tersenyum, perhatian sekali adiknya ini."Abang hanya mau Vion yang obati."Tukasnya.
Anak ini memanfaatkan keadaan, Ellard bisa mengerti apa yang di ucapkan oleh Axian itu.
"Tidak Vion, jangan sentuh luka itu, itu banyak bakteri. Bisa-bisa kau sakit nantinya, biarkan bibi yang mengurusnya, kita pergi saja."Ellard memegang tangan Alvion dan berjalan meninggalkan Axian begitu saja.
"Orang tua itu ..."
Ingin rasanya Axian marah. Tapi seluruh tubuhnya sedikit sakit sekarang, jadi dia tidak ingin menghabiskan sisa-sisa tenaganya ini.
Tak di pungkiri jika Xander hebat dalam bertarung. Bahkan sangat hebat. Tapi Axian juga sama, jadi mereka seimbang.
"Dia memang tidak mau mengaku jika dia dan mommy menjadi sumber masalah."Axian menghela nafas.
"Tuan muda ini obatnya."Reon memberikan beberapa obat dan kapas pada Axian. Seperti biasa, dia akan menyiapkan hal ini karena tuan mudanya itu akan bertengkar jika saling bertemu.
"Terima kasih."Axian menghela nafas, seharusnya. Alvion yang mengobatinya seperti ini, bukan malah dia sendiri.
* * *
Alexa menatap datar Xander kali ini,"Kau tahu apa yang kau lakukan itu Xander, ini tidak baik. Bagaimana jika Alvian ketakutan saat melihatmu bertengkar dengan Axian tadi."
Baiklah, Xander mengaku salah jika mommy'nya mengatakannya seperti itu, ia melakukan ini karena terpancing emosi oleh Axian.
"Bener! Marahin aja mommy, dia udah bandel banget!"Alvion juga berkacak pinggang, "Syukurin di marahin sama mommy, emang enak! Siapa suruh gagalin rencana gua, udah baik juga gua mau nyatuin mereka, eh malah berantemnya tambah jadi!"
Bukannya marah tapi Xander malah tertawa melihat yang seperti itu, lucu sekali ketiak dia marah, pipinya yang menggembung itu sungguh menggemaskan.
Alexa juga tertawa, memikirkan Xander yang bertengkar dengan Axian adalah hal yang wajar, ia bisa melihat itu, tapi ia tidak menyangka jika Axian sangat membenci mereka. Ini karena kejadian waktu itu.
Alvion mengumpat dalam hatinya, "Tahu gitu kagak usah di satuin tadi kalo ujung-ujungnya juga kagak baikan!"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.