Xander meletakkan tubuh Alvian dengan hati-hati ke kasur dan Axian juga melakukan hal yang sama, ia juga meletakkan tubuh Alvion di sebelahnya.
Mereka menyelimuti kedua bocah yang kedinginan itu.
"Mereka kedinginan, ini salahmu karena lama sekali menemukan mereka,"ucap Alexa yang membuat Ellard mengangkat alisnya tak terima.
"Apa maksudmu? Ini salahmu karena terlalu lama bergerak, ck perempuan memang selalu lama,"cibir Ellard membuat Alexa melirik lelaki itu.
"Kenapa kau menyalahkan ku? Ini semua gara-gara kau yang tidak mau mempertemukan aku dengan Alvion, jika kau mempermudah semua ini maka Alvion dan Alvian tidak akan pergi dan kedinginan seperti ini."
Alvion yang mendengar keributan sedikit membuka matanya, matanya menyipit melihat mommy dan keluarganya sudah berada di depannya. Ia hanya memandang mereka dengan datar, apakah mereka akan bertengkar lagi.
"Dia anakku! Tentu saja aku khawatir!"Ellard tak terima.
"Kalian berdua diamlah, Alvion dan Alvian sedang tidur sekarang, mereka ..."
"Diam!"Serentak Alexa dan Ellard membuat Axian terdiam.
"Jika saja kau mengizinkan aku untuk bertemu dengan Alvion maka aku tidak akan berusaha untuk menculik Vion, dia anakku, aku mommy'nya!"
Ellard tertawa sinis"Dia anakku! Aku juga daddy-nya!"
"Aku yang melahirkan Alvion, jadi dia anakku!"
"Aku yang melakukan itu jadi dia juga anakku!"
"Heh, aku anak kalian berdua!"
"Diam!"serentak Ellard dan Alexa lagi.
Alvion menutup mulutnya mendengar itu.
"Alvian ... astaga apakah kami mengganggu mu?"
Tentu saja, siapa yang tidak bangun karena pertengkaran yang begitu keras itu.
"Maaf sudah mengagetkan mu."
"Ini salah mommy, aku sudah bilang jangan ribut, lihat mereka berdua bangun!"Axian bisa melihat jika Alvion dan Alvian mulai bangun dari tidur mereka.
Xander menatap tajam adiknya itu, kenapa dia menyalahkan mommy'nya."Apa maksudmu! Kenapa kau menyalahkan mommy! Ini salah daddy yang mengajak mommy bertengkar, jadi mereka bangun seperti ini!"
Axian memutar matanya malas,"Kalau mommy tidak duluan maka mereka tidak akan bangun!"
"Kau gila?!"
"Bang, bisa nggak nggak berantem?"
"Diam!"serentak Axian dan Xander.
Alvion tersedak ludah sendiri mendengar itu, kenapa lagi-lagi dia di suruh diam.
"Maaf ... aku tak sengaja membentak mu, Vian."Xander berdecak, ini semua gara-gara Axian.
"Dah lah! Berantem aja terus kalian! Yok kita pergi aja."Alvion mengajak Alvian yang masih linglung karena baru bangun pergi dari sana.
"Alvion!"
"Alvian!"
"Lihatlah, ini semua gara-gara kalian!"sinis Ellard yang membuat mereka tidak terima.
"Ini semua salah daddy!"
"Ini semua salah mu!"
"Kau yang salah!"
Mereka semua mendengus dan tidak mau menatap satu sama lain.
Sementara itu, Alvion mengajak Alvian ke kamarnya, ia mengunci kamar itu agar mereka tidak bisa masuk, kesal sekali mereka terus saja bertengkar seperti ini.
"Lo liat kan? Mommy sama daddy terus saja berantem, kalo nggak cocok kenapa harus nikah coba, iya kan?"
Alvian mengangguk, benar juga. Ia menguap sebentar.
"Emang bayi gini, masih aja ngantuk. Tapi emang ini udah malem sih, kalo ngantuk tiduran lagi sono."
Alvian kali ini menggeleng,"Sudah tidak ngantuk abang, tapi daddy sama dia lucu berantemnya."Alvian terkekeh kecil.
"Apanya yang lucu coba, dan elo jangan nyebut mommy gua dia, sebut aja mommy. Gua nggak masalah kok, kalo lo mau nyebut mommy gua dengan sebutan mommy."Saran Alvion.
"Tapi ..."
"Tapa, tapi, tapu, tepe, tipi! Semua ajalah yang elo sebutin, kalo gua yang nyuruh berarti elo harus nurut! Kan gua abang elo, lagian elo juga udah mau nurutin semua yang gua mau, nggak inget tadi gua ngomong apa?"
"Ingat abang."
"Nah itu lho tahu, jadi sekarang lo harus nyebut mommy gua sebagai mommy. Jangan banyak tanya dan jangan banyak tapi-tapian lagi."
Mereka berdua sama-sama melihat ke arah pintu, sepertinya keempat orang itu masih berusaha menemui mereka.
"Abang itu tidak di buka?"
"Ngapain pula di buka, biarin aja mereka gitu, siapa suruh berantem terus, kita di sini aja. Masih malem, gimana kalo kita tidur aja."
"Tapi ..."
"Ets ets ets ets! Elo udah ngelanggar apa yang gua bilang tadi! Jadi elo harus di hukum!"
Alvian menelan ludah mendengar apa yang di sampaikan oleh abangnya itu, astaga kenapa ia harus mengatakan tapi lagi, apa yang akan dilakukan oleh Alvion, dia takut di hukum.
Alvion tersenyum melihat Alvian dalam mode ketakutan itu, lucu sekali mengerjai Alvian."Hukuman apa yang cocok untuk lo ya? Emm ..."Alvion mengusap dagunya sambil berpikir."Oke gua tahu, elo harus cium pipi gua aja."
"Emm?"Alvian memiringkan kepalanya, itu saja? Bukankah ini hukuman, kenapa harus cium, "Abang kalau hukuman bukannya harus di hukum seperti angkat kaki satu?"
"Emang lo mau gitu?"
Alvian menggeleng, itu pasti sangat lelah dan susah.
"Nah itu lo tahu! Udah gua kasih keringanan juga, malah minta yang berat, aneh-aneh aja lo! Cepet cium gua!"Alvion memajukan pipinya ke arah Alvian.
Alvian ragu-ragu sejenak, setelah itu mencium pipi Alvion pelan.
"Bagus, anak baik harus nurut."Alvion tersenyum bangga, ia mengusap pelan kelapa Alvian,"Sekarang lanjut tidur aja, biarin mereka. Sampe pagi juga nggak apa-apa kalo masih berantem."
Alvion berbaring di kasur sambil memeluk Alvian untuk di jadikan bantal guling."Bagus juga nih, elo tidur sama gua ajalah terus, jadi gua bisa buat elo jadi bantal guling gini."
Alvian mengangguk saja, ia juga masih mengantuk, ia juga menutup mata karena elusan nyaman Alvion pada lengannya, ia bertanya dengan pelan,"Abang kenapa kita tidak satuin mommy sama daddy lagi?"
Alvion memeluk Alvian lebih erat, dia tertegun dengan ucapan adiknya itu, "Gua juga nggak tahu Vian, udah tidur aja, kalo gua ngomong, lo juga nggak akan denger, pasti elo akan tidur kek tadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvion & Alvian
Ficção AdolescenteBagaimana jadinya jika seorang remaja laki-laki nakal dan tidak bisa di atur berpindah tubuh ke tubuh remaja yang polos penuh dengan penderitaan. Bagaimana juga dengan sebaliknya, bagaimana jika seorang remaja polos berpindah tubuh ke remaja nakal...