21. Jangan buat gua iri ya!

798 96 11
                                    

Alvion menatap datar Alvian yang tengah memakan makanannya dengan nikmat, apakah anak ini tidak melihat dirinya, sungguh keterlaluan, seharusnya ia lah yang memakan makanan yang lezat itu, bukan makanan yang berada didepannya ini, hanya ikan saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alvion menatap datar Alvian yang tengah memakan makanannya dengan nikmat, apakah anak ini tidak melihat dirinya, sungguh keterlaluan, seharusnya ia lah yang memakan makanan yang lezat itu, bukan makanan yang berada didepannya ini, hanya ikan saja.

"Vion tidak makan?"Alvian berucap dengan mulut yang penuh dengan makanan, ia tengah memakan sambal cumi sekarang yang membuat Alvion iri.

"Emang ya lo! Jangan buat gua nelen ludah gini, udah tahu kalo gua suka banget sama cumi! Ini gara-gara elo, tubuh elo ini alergi cumi, kan gua nggak bisa makannya."Kesal Alvion, lihatlah betapa lahapnya Alvian makan cumi itu, sungguh ia juga ingin tapi mengingat rasa sakit yang ia derita saat makan cumi, ia menjadi berkeringat dingin.

"Vion alergi cumi?"tanya Alvian dengan polosnya, ingin sekali mencubit pipi Alvian yang penuh dengan cumi itu, kenapa dia malah bertanya, tentu saja jawabannya iya! Jika tidak kenapa ia bisa masuk rumah sakit dan dokter mengatakan jika ia alergi cumi.

"Kenapa elo nggak tahu?! Ini kan tubuh elo! Masa elo nggak pernah ngerasa alergi."herannya, aneh sekali. Ini adalah kesialan yang pernah ada Alvion rasakan.

Alvian menggeleng, "Vian tidak pernah makan seperti ini, ibu sama ayah selalu kasih makan roti,  kalau Vian dapat uang banyak kadang Vian di kasih nasi goreng, tapi Vian tidak suka nasi goreng yang ibu kasih, rasanya aneh dan asam, perut Vian sakit kalau makan nasi goreng. Jadi Vian lebih suka roti yang ibu kasih."

Alvion lagi dan lagi harus di buat terdiam oleh ucapan Alvian, pantas saja tubuh Alvian kurus dan tak bertenaga, ternyata makanan saja tidak memenuhi standar manusia, Alvion yakin yang dikatakan oleh Alvian soal nasi goreng yang asam dan membuatnya sakit perut itu adalah nais goreng basi.

Tega sekali mereka!

"Anjing banget orang tua lo! Kenapa mereka mau punya anak! Kalo nggak sanggup ngurusin jangan bikin anak, ini malah di buat kayak binatang!"

"Ibu dan ayah ..."

"Stop!"Alvion membekap mulut Alvian, "Cukup! Elo pasti mau beka mereka kan, mereka jahat Vian, mereka nggak pantes disebut ayah dan ibu! Mereka kayak ibu sama ayah tiri aja yang nyiksa anaknya, atau jangan-jangan bener lagi elo anak tiri?!"

Alvian menggeleng, ia juga tidak tahu, tapi yang pasti dia hanya punya ibu dan ayahnya saja.

"Diks keknya elo anak angkat, di temuin di tong sampah kali!"

Alvian hanya menunduk saja, apa benar seperti itu, tapi kenapa Roki dan Elva tidak memberitahunya hal seperti ini.

Alvion berdehem sejenak melihat Alvian lagi dan lagi harus sedih, kenapa mulutnya ini tidak bisa mengontrol apa yang dia ucapkan, tapi benarkan pemikirannya, tak di sayang dan diperlakukan selayaknya binatang, jika tidak orang tua tiri mana mungkin bisa melakukan hal itu, tapi jika mereka orang tua kandung Alvian berarti memang mereka orang tua yang bajingan.

"Udah nggak usah di masukin ke hati, makan lagi. Nggak boleh nggak habis nanti mubazir."

Alvian mengangguk semangat, ia langsung memakan makanan itu seperti melupakan apa yang diucapkan oleh Alvion tadi.

"Emang bocil ni anak, cepet banget berubahnya."Alvion menggeleng pelan, ia menelan ludahnya melihat sambal cumi yang dimakan oleh Alvian, sungguh sangat menggugah selera.

"Gimana lagi ya cara kita bisa pindah tubuh, nggak mungkin kita selamanya gini, elo ngerti maksud gua kan?"

"Ngerti ..."Alvian mengangguk tapi ia masih menikmati makanannya.

"Telen dulu baru ngomong."

Alvian menelan makanannya dan menatap Alvion yang berada di sebelahnya, "Ngerti!"

"Elo emang kagak bocil ya! Makan aja sampe belepotan gini, sejak kapan juga tubuh gua jadi lucu gini."Alvion mengambil beberapa tissue dan mengelap bibir Alvian.

Sebenarnya aktivitas keduanya itu di tatap oleh orang-orang di sekitar mereka, mereka menatap lucu pada kedua remaja yang asik mengobrol itu, ada juga yang memotret mereka, jarang sekali ada momen seperti ini.

"Makasih Vion."

"Nggak! Keknya elo enggak cocok panggil gua Vion, dan elo keknya juga masih bocil, tubuh lo ini kurus banget, jadi lo harus panggil gua abang Vion. Gimana bagus'kan?"Saran Alvion.

"Tapi ..."

"Ets ets ets! Kalo gua ngomong elo harus turutin aja! Enggak boleh nolak dan nggak boleh tapi tapian! Elo harus nurut karena gua keknya lebih tua dari pada elo, jadi elo harus nurut sama gua, ngerti!"

Alvian berkedip, ia lalu mengangguk saja, "Iya abang, Vian nurut."

"Nah bagus!"Alvion tertawa, Alvian ini benar-benar polos, bahkan sangat polos. Jika orang jahat menemukan dia pasti akan dimanfaatkan sedemikian rupa.

Sejatinya Alvian ini adalah anak yang baik, hanya saja karena kepolosannya itu dia di manfaatkan oleh Elva dan Roki seperti mencari uang dan bekerja.

"Mulai sekarang, kalo ada yang nyuruh elo ini itu dan nyiksa elo, elo harus nolak dan bilang kalo elo nggak akan nurutin siapapun, karena gua akan balas mereka, oke?!"

"Oke, abang. Abang baik sekali."Mata Alvian berbinar, ia bisa melihat Alvion seperti pahlawan di televisi saja.

"Lucu juga ya lo, tapi karena tubuh ini tubuh gua berarti gua akan bilang, ganteng juga tubuh gua."Alvion menarik turunkan alisnya.

Alvian tersenyum, memang abangnya itu sangat tampan.

"Sekarang gimana pulangnya? Kenapa juga mereka belum nemuin kita?"Alvion menatap jalanan, hari sudah sore dan mulai malam, tak mungkin mereka akan tidur di jalanan seperti ini.

"Sekarang gimana pulangnya? Kenapa juga mereka belum nemuin kita?"Alvion menatap jalanan, hari sudah sore dan mulai malam, tak mungkin mereka akan tidur di jalanan seperti ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Alvion & AlvianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang