Alvion menghela nafas panjang melihat Alvian yang duduk di kursi taman,"Gua cari-cari dari tadi nggak tahunya di sini tu bocah! Woy ngapain elo ada di ... Vian! Elo kenapa? Kenapa elo nangis gini?"Ia menangkup pipi Alvian.
Alvian menggeleng, ia tidak tahu kenapa ia bisa menangis."Abang Vian bukan anak kandung ibu sama ayah ..."
"Lah bocah! Seharusnya elo bersyukur kalo elo itu bukan anak kandung orang gila itu! Kenapa elo nangisin mereka!"Alvion tak habis pikir melihat adiknya itu."Seharusnya elo itu seneng karena elo adik gua, tapi ... masalahnya kita belum pindah ke tubuh masing-masing, mommy sama daddy belum tahu tentang ini, elo jadi nggak bisa ngerasain seneng kek mereka."Alvion duduk di samping adiknya itu."Padahal rahasia kita udah tahu, elo itu adik gua, tapi kenapa tubuh kita belum pindah sih?"Herannya.
Alvion mencoba memeluk Alvian lebih erat dan mengecup pipi adiknya itu berkali-kali."Nggak juga bisa pindah, heran! Apa jangan-jangan kita kek gini selamanya?"Alvion kembali menghela nafas melihat adiknya itu belum berhenti bersedih."Vian dengerin gua, elo nggak perlu sedih lagi mereka bukan orang tua kandung elo, seharusnya elo benci mereka karena udah nyiksa elo dari kecil!"
"Tapi bang ..."
"Nggak ada tapi-tapian! Mereka udah mati dan elo harus anggap mereka mati! Jangan pikirin mereka, pikirin aja nasib kita yang kek begini."Kesal sekali Alvion rasanya melihat Alvian tak mengerti apa yang ia ucapkan."Susah ngomong sama orang polos! Makanya itu elo jangan jauh-jauh dari gua! Nanti di manipulasi sama orang lagi."
Alvian mengangguk pelan, ia hanya sudah menganggap mereka sebagai orang tuanya, walaupun mereka menyiksanya dulu tetapi tetap saja mereka pernah merawatnya.
"Gua harus di periksa Vian, gua nggak mau! Elo tahu kan kalo meriksa gitu harus tes ini lah, itu lah, kalo bisa pindah sekarang deh!"
Alvian menutup mulutnya karena tertawa."Kan kata mommy harus tes jantung ..."
"Gua tahu! Makanya itu gua males, gua nggak mau ngelakuin itu! Kita tukernya kapan sih? Gua kangen sama cumi, pengen makan cumi! Kangen tubuh gua yang udah nggak berbentuk lagi, walaupun masih ada dikit."
Miris sekali melihat perutnya yang kotak-kotak kini hanya terlihat samar saja.
"Jadi aku nggak boleh makan ya bang?"Pertanyaan Alvian itu membuat Alvion kesal kembali.
"Ya boleh lah! Kalo nggak makan mati nanti, bukannya pindah tubuh elo malah ninggalin gua, udah cukup dulu elo ninggalin gua, sekarang elo tetep ada di samping gua."Rasanya menyenangkan jika memiliki adik seperti Alvian.
Walaupun Alvian itu sedikit polos dan tidak mengerti apapun, tapi itu adalah adiknya.
"Kalo dipikir-pikir nama kita sama juga ya, gua Alvion, elo Alvian! Cuma beda huruf aja, gua huruf o elo huruf a."
Mereka tertawa, kenapa mereka baru sadar sekarang, ternyata kembaran mereka selama ini tak berada jauh.
* * *
Xander mengajak orang tua serta adiknya ke tempat pengurungan Elva dan Roki. Mereka harap kedua orang itu masih hidup. Jika mereka sudah tiada maka akan susah mencari tahu tentang siapa yang menculik Alvian waktu berada di rumah sakit itu.
Pasti mereka tahu tempat di mana mereka menemukan Alvian.
Alexa menepuk-nepuk pipi Elva yang sudah tak terbentuk lagi itu, wajah yang penuh luka serta bengkak pada seluruhnya membuat ia tak mengenali wajah Elva.
Begitu juga dengan Ellard, ia meletakkan jarinya di bawah hidung Roki, mencari tahu apakah laki-laki itu maksh bernafas atau tidak.
"Bagaimana? Apakah dia masih hidup atau tidak?"Tanya Axian melihat dari kejauhan.
"Roki masih hidup, kita bisa bertanya padanya. Siram dengan air dingin,"perintah Ellard pada bawahannya.
Para bawahan Ellard menyiram Roki secara bergantian hingga laki-laki itu terbatuk-batuk dan sedikit membuka matanya.
Tatapan sudah sayu dan sepertinya dia juga akan mati seperti wanita yang berada di sampingnya itu.
"Kau! Katakan padaku! Dimana kau menemukan Alvian? Jawab!"Jijik sekali rasanya melihat orang yang sudah menyiksa Alvian seperti ini. Dimana hari nurani mereka.
Roki tak bisa menjawab, dia terlihat ingin tidak sadarkan diri lagi tapi kembali wajahnya di siram oleh air dingin lagi.
"Katakan! Dimana kau menemukan Alvian?! Apa kau juga berkomplot dengan orang itu! Yang menculik Alvian! Jawab!"
Roki terbatuk-batuk, ia menatap Ellard dan berucap."Di-a yang memberikannya pa-daku ..."Setelah berucap seperti itu, Roki seketika tak sadarkan diri.
"Sial! Siapa yang memberikannya padamu! Jawab! Siapa yang memberikannya!"Ellard menguncangkan tubuh Roki tak tetap saja Roki tak bergerak sedikitpun."Bawa dia! Jangan sampai dia mati! Aku belum mengetahui siapa yang menculik anakku! Sialan! Berani-beraninya dia menculik anakku dan membuatnya hidup menderita seperti ini!"Ellard sungguh geram, bahkan ia ingin sekali membunuh seseorang sekarang.
"Kalian dengar? Dia mengatakan jika seseorang yang membawa Alvian padanya, bisa di pastikan jika Alvian yang hidup menderita selama ini adalah rencana penculik itu juga!"Tukas Alexa dengan geramnya.
"Kau benar, mom. Orang itu pasti sengaja melakukan ini pada Alvian agar Alvian hidup menderita. Sebenarnya siapa yang menculik Alvian! Kalian! Apakah kalian mempunyai musuh? Kenapa kalian tidak memberitahu jika kalian mempunyai musuh!"Xander menatap orang tuanya penuh tanya, tidak mungkin seseorang yang bukan siapa-siapa menculik Alvian tanpa ada dendam.
"Aku setuju dengan dia,"Ucap Axian."Aku yakin masalah ini datang karena kalian, apa yang kalian sembunyikan dari kami? Apa kalian mempunyai musuh tersembunyi?"
Vote→ Comment→Follow
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvion & Alvian
Fiksi RemajaBagaimana jadinya jika seorang remaja laki-laki nakal dan tidak bisa di atur berpindah tubuh ke tubuh remaja yang polos penuh dengan penderitaan. Bagaimana juga dengan sebaliknya, bagaimana jika seorang remaja polos berpindah tubuh ke remaja nakal...