Bagaimana jadinya jika seorang remaja laki-laki nakal dan tidak bisa di atur berpindah tubuh ke tubuh remaja yang polos penuh dengan penderitaan.
Bagaimana juga dengan sebaliknya, bagaimana jika seorang remaja polos berpindah tubuh ke remaja nakal...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Aku minta maaf,"
Satu pukulan keras mendarat di pipi Reon. Pelakunya adalah Alexa sendiri."Untukmu,"
Reon tak mengelak, ia hanya bisa pasrah saat ini. Memang layak rasanya mendapatkan pukulan, bahkan jika mati pun itu tidak akan bisa menebus dosanya.
"Kau tahu Reon, pertama kali aku tahu kau adalah anak dari wanita lain dari suamiku, aku sungguh sangat terkejut. Bahkan benar-benar terkejut," Alexa mengusap air matanya,"Tapi ini bukan masalah kau anak siapa? Kau juga seorang anak, anak tidak pernah salah karena dia tidak meminta lahir." Ia mencengkram wajah laki-laki itu."Tapi kenapa kau malah melukai anakku dan bahkan menculiknya! Bukan hanya sekali tapi kau melakukannya dua kali!"
Tak marah! Alexa benar-benar tak menyalah'kan Reon persoalan Ellard yang mempunyai anak sebelum menikah dengannya, itu masalah pribadinya dengan Ellard. Ia tidak berhak marah pada Reon karena pasti Reon juga ingin diakui.
Tapi yang membuat Alexa marah kenapa Reon melakukan ini pada Alvian!
Alvian lahir dengan keadaan cacat jantung, kelainan jantung pada Alvian harus membuat anak yang lahir ke dunia itu harus dioperasi, sudah merasakan sakit yang seharusnya tak dia rasakan.
Kesana kemari Alexa mencari cara agar anaknya bisa hidup, berdoa siang dan malam agar sang anak bisa bertahan lebih lama. Setidaknya hingga bisa memanggilnya dengan sebutan mama.
Alexa menunggu keajaiban itu dan suatu hari ia mendapatkan mukjizat. Alvian yang dulunya bernama Alvino itu bisa dioperasi dan hidup lebih lama.
Tapi sayang, anaknya tak bisa bangkit hingga tertidur di ranjang rumah sakit itu.
Baru saja harapan muncul Alexa di jatuhkan lagi dengan cobaan Alvino yang tiba-tiba saja di culik dan menghilang.
Tak ada yang tahu dia kemana, entahlah musuh atau iblis dari mana yang menculik anaknya itu hingga lagi dan lagi ia mendapatkan cobaan.
Ellard yang ternyata sosok bajingan itu malah memisahkannya dengan Axian dan Alvion.
Putranya yang menghiburnya setiap hari kini harus jauh. Setiap hari kehidupannya terbagi menjadi dua.
Alvino dan Alvion.
Tidak bisa menemui Alvion hari ini maka ia akan mencari Alvino.
Tidak bisa menemukan Alvino hari ini maka ia akan mencoba menemui Alvion.
Begitu seterusnya hingga bertahun-tahun.
Hingga suatu cahaya mendatangi dirinya, Alvian ternyata di temukan.
Tapi ternyata mereka berpindah tubuh. Baru saja ia senang kembali tapi lagi, lagi, lagi ... bahkan tidak bisa ia hitung cobaan berapa kali lagi ia dapatkan.
Alvian diculik dan pelakunya Reon anak dari wanita lain.
"Kau tidak kasihan padaku? Setidaknya kau kasihan pada anak kecil ... dia tidak bersalah ..."
Alexa berani bersumpah jika saja Ellard jujur sebelum mereka menikah maka dirinya akan menerima semuanya dengan lapang dada.
Memang pernjanjian pranikah itu ia yang membuatnya, akan membawa anak-anak jika sang suami berbuat curang di luar sana.
Tapi itu tidak di hitung sebelum mereka menikah.
Jadi tentu saja ia akan menerima Reon jika Ellard jujur karena mereka menikah dengan cinta.
"Kau boleh tak kasihan padaku, boleh membenciku! Mungkin karena aku lah kau tidak diakui anak tapi kenapa harus Alvian! Kenapa harus anak-anakku! Kau tidak punya hati!"
Reon hanya diam menerima pukulan dari Alexa. Tak ada rasa sakit yang ia rasakan. Hanya air mata yang menetes saat ini.
"Aku benar-benar minta maaf ... ma-afkan aku, maafkan aku ..." Bibirnya digigit hingga mengeluarkan darah, "Bunuh aku saja ... bunuh aku saja agar aku bisa menebus kesalahanku ..."
Alexa mengehentikan pukulannya, ia tersenyum tipis."Jadi dengan kau mati kau bisa menebus dosamu itu? Kau bisa menjamin jika kau bisa menebus dosamu itu? Bahkan kau juga tidak tahu kau akan ditempatkan di neraka atau di surga! Jadi jangan mengatakan mati denganku!"
Tak suka! Alexa paling tidak suka musuhnya mati dan pasrah, jika bisa mereka benar-benar merasakan rasa bersalah. Tidak, Alexa bukanlah orang yang berbelas kasih dan memaafkan musuhnya.
Dendam tentu pasti ada tapi bukan haknya untuk mengantarkan mereka ke neraka.
Ia hanya ingin melihat sejauh mana rasa penyesalan itu. Apakah mereka bisa bertahan dan bisa berubah atau memilih jalan sendiri.
Yaitu menghilangkan nyawa mereka sendiri.
Axian, Xander dan Alvion berada di belakang Alexa.
Tak ada yang bicara, mereka hanya bisa melihat Reon yang tidak berdaya di bawah sana.
Untuk apa memukul dan membuat Reon terluka. Bahkan setelah mereka melakukan itu apakah Alvian akan sadar, jika itu terjadi maka sudah di pastikan jika mereka akan melakukannya.
Di ruangan Alvian, Alvian masih menutup matanya.
Di sampingnya juga ada Deon yang tertidur karena di tugaskan menjaga Alvian.
Pintu yang tiba-tiba itu terbuka memperlihatkan dokter yang masuk, ia memeriksa kondisi Alvian dengan seksama.
Ia melihat di samping kanan dan kiri ranjang pasien itu sudah kosong, alisnya mengernyit."Aku tahu jika Vion sudah sadar dan kembali tapi anak sialan itu juga sudah sadar! Kenapa dia tidak mati!"
Dia Ellard yang tengah menyamar, Ellard hanya rindu dengan anak-anaknya saat ini."Vian, anak daddy cepat sadar. Ini semua gara-gara Reon! Tidak apa-apa sayang, daddy akan memusnahkan dia karena sudah membuatmu seperti ini, jika sudah memusnahkan dia daddy berjanji akan membawamu dan Alvion untuk tinggal bersama daddy, tidak apa-apa jika Alexa tak mau tinggal bersama tapi kalian harus ikut bersama daddy,"
Kecupan singkat Ellard daratkan pada kening Alvian, ia tersenyum sendu."Tunggu daddy sayang, daddy akan membawa kalian."
Ellard menutup maskernya lagi saat melihat pergerakan dari Deon.
Deon menggeliatkan tubuhnya, ia mengucek matanya sebentar,"Eh dokter, gimana sama kondisi Alvian, dok? Nggak ada perubahan ya?"
"Tidak,"
Deon tercengang melihat dokter itu yang langsung pergi meninggalkan ruangan ini begitu saja setelah menjawab.
"Dokternya introvert,"
Dirinya hanya bisa menggeleng pelan,"Vian cepet sadar, gua udah beli permen satu kardus buat elo, gua nggak bisa habisin semuanya."
Vote →Comment→ Follow
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.