20. Kenapa nggak bisa-bisa!

1.5K 150 11
                                    

"Hemm

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hemm ..."

Alvion berjalan ke sana kemari sambil berpikir bagaimana mereka bisa bertukar tubuh.

Melihat itu Alvian menjadi pusing sendiri di buatnya, ia mengikuti Alvion ke sana kemari.

"Gua tahu! Kita nabrakin diri aja, pasti berhasil!"

Alvian berkedip, ia hanya mengangguk saja, sekarang yang ia tahu adalah bahwa jiwa mereka tertukar, Alvion sudah menjelaskannya tadi dengan susah payah, jadi sekarang dia mengerti.

"Tapi ..."Bibir Alvian di bekap oleh Alvion, dia sudah lelah menjelaskannya dari tadi jadi ia tak mau menjelaskannya lagi.

"Elo diem, tetep di sini jangan bergerak."Alvion berbalik dan berjalan menjauh tetapi Alvian mengikutinya.

"Udah gua bilang, elo tunggu sini dan berdiri! Jangan ikut ngerti? Alvian!"

"Tapi mau kemana?"Alvian tidak mau di tinggal seperti ini, Alvion membawanya ke tempat yang tidak ia ketahui sekarang.

"Gua nggak kemana-mana, elo tunggu sini bentar."Alvion berlari kecil ke depan yang membuat Alvian bertambah bingung.

"Okey?"Alvion menarik nafas dalam-dalam,"Ini pasti berhasil kan? Nggak mungkin enggak!"Dia langsung berlari ke arah Alvian dan menabrak kan tubuhnya ke Alvian membuat keduanya jatuh.

Alvion membuka matanya, "Udah? Udah ketuker kan?"

"Vion, dada Vian sesak ..."Alvian meringis, tubuh Alvion sangat berat dan berada di atasnya.

"Hah?! Kenapa nggak ketuker! Bukannya kita udah nabrak lagi?"Alvion bangkit dan melihat tubuhnya lagi, ia tetap berada di tubuh Alvian."Mungkin harus lebih jauh!"Alvion berlari lagi menjauh dan kembali lagi menabrak Alvian membuat keduanya jatuh lagi.

"Nggak bisa! Sekali lagi!"

Alvion terus melakukan itu hingga Alvian menangis, hal itu membuat ia menghentikan aksinya.

Dia berdehem sebentar, "Jangan nangis, jangan nangis ya, nanti gua di kira nyulik anak orang lagi."

Alvian sedikit terisak, dadanya sakit di timpa terus oleh Alvion dan lagi tangannya juga baru sembuh dari patah saat itu, jadi saat Alvion menimpa tubuhnya, tangannya juga  terkena benturan.

"Cup cup cup jangan nangis ya, maaf maaf."Alvion memeluk Alvian, ia mengusap pelan dada Alvian yang memerah, sepertinya dia sedikit keterlaluan bukan?

"Iya nggak apa-apa,"Alvian tak mempermasalahkannya karena Alvion sudah minta maaf.

"Kenapa kita belum juga ke tuker ya? Gua jadi bingung."Alvion mengusak rambutnya kasar.

"Emm, mungkin kita harus kecelakaan lagi Vion."

"Ha!"

Teriakan Alvion itu mengejutkan Alvian, ia sedikit melambung karena Alvion tiba-tiba seperti itu.

"Ternyata elo pinter juga! Kalo gitu kita tabrakan aja lagi!"Tapi setelah dipikir-pikir lagi, "Nggak mungkin kita nabrakin tubuh kita kan? Kalo gini nggak bisa, kalo aja ketuker, kalo mati gimana?"

Sungguh ide yang buruk, jika mereka mati sama saja dengan tidak, bukannya bertukar malah ke alam baka.

"Vion ... Vian lapar,"

Alvion menepuk pelan keningnya, Alvian masih memikirkan makanan dari pada jiwa mereka yang bertukar seperti ini.

Tapi Alvian juga tidak salah karena ini mulai sore, bahkan sekarang mereka tidak tahu pergi kemana karena mereka tersesat.

"Gua nggak tahu ini di mana, gua lupa jalan pulang ke rumah."

Karena panik ia sampai pergi ke tempat yang tidak ia ketahui.

"Ayok kita cari tempat makan dulu, gua punya duit."Alvion memegang tangan Alvian, tak sia-sia ia memegang dompet Xander.

"Elo kenapa sih harus menye-menye gitu? Kenapa enggak pernah ngelawan orang tua elo, elo betah banget di siksa."Alvion menatap prihatin pada tubuhnya ini, sungguh sangat lemah.

Alvian menggeleng, "Vian tidak mau melawan ibu, melawan itu dosa."

Bagaimana ia bisa melawan, sedari kecil Elva dan Roki akan terus memukulnya habis-habisan, Alvian tidak bisa melawan mereka, jika melawan maka sekolahnya akan dihentikan dan dia akan di buang atau di jual, Alvian takut jika Roki dan Elva melakukan itu.

Alvion menghela nafas, pantas saja tubuh ini ketakutan sekali saat melihat Roki dan Elva. Tega sekali mereka menyiksa Alvian. Sepertinya Alvian ini benar-benar polos, ia masih belum mengerti apapun.

Jika dibandingkan dengan hidupnya maka hidup Alvian sungguh sangat berbeda, ia sedikit merasa sesak membayangkan hal buruk terjadi pada Alvian.

"Elo harus berani, Vian. Elo nggak boleh lemah. Elo itu kuat, jadi kalo ada yang nyiksa elo lagi elo harus ngelawan, jangan diem aja."

Alvian menggeleng, "Vian nggak mau, Vian sayang sama ibu sama ayah, walaupun mereka pukul Vian tapi mereka tetap orang tua Vian. Vian nggak punya siapa-siapa lagi selain mereka,"

Alvian tak mempersalahkan hal itu, Elva dan Roki memang jahat, tapi mereka masih memberikannya makan dan sekolah, mereka juga selalu ada bersamanya, tidak seperti orang lain, mereka jahat tapi tak menerima dirinya, bahkan Alvian tidak punya teman di sekolah, mereka tidak mau berteman dengan Alvian.

Alvion mengusap air matanya yang tiba-tiba menetes, "Elo terlalu baik Vian, elo terlalu baik."Ia sedikit sesak mendengar perkataan Alvian.

Entah mengapa Alvion merasa jika dia begitu dekat dengan Alvian.

Entah mengapa Alvion merasa jika dia begitu dekat dengan Alvian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Alvion & AlvianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang