Musuh musuh dan musuh, Ellard tak tahu siapa musuh yang menculik Alvian tapi ada satu orang yang ia curigai ini tentang dia.
"Tapi tidak mungkin ..."
"Tuan, saya belum menemukannya, kenapa Anda menyuruh saya pulang?"
"Tutup pintunya,"suruh Ellard.
Tak menunggu lama, bunyi pintu tertutup terdengar di telinga Ellard, ia bangkit dan langsung mencekik orang yang dia panggil itu.
"Reon, kau yang menculik anakku?"
"Tu-an le-pas ..." Reon menggeleng, ia memegang tangan Ellard karena kakinya sudah berjinjit,"Se-sak ..."
Ellard melepaskan cekik'kanya, dia mengusap pelan leher Reon dan memeluk laki-laki itu."Maaf, aku hanya terlalu emosi, kau tidak apa-apa'kan?"
Reon mengambil nafas sebanyak-banyaknya, ia beringsut mundur dan menjauh,"Ti-dak apa-apa ..."
"Ma-af, apa kau terluka? Kita ke dokter saja,"Ellard merasa bersalah sekarang, ia bisa melihat jika leher Reon ada tanda kebiruan."Aku akan memanggil dokter, tunggu sebentar ... aku akan ..."
"Aku tidak apa-apa, daddy ..."
Ellard menghela nafas pelan, ia memastikan jika pintu itu benar-benar tertutup rapat,"Maaf sebelumnya menyebutmu bodoh, kau tahu, aku tidak bisa ..."
"Aku tahu,"Reon mengusap pelan air matanya yang mengalir karena ia dicekik tadi."Kau takut mereka akan marah,"
Ellard mengangguk pelan, Reon tentu sudah tahu apa yang ia lakukan."Apa bukan kau yang melakukan itu?"
Reon menggelengkan kepalanya pelan, ia menatap Ellard dengan wajah seriusnya."Daddy bisa cek sendiri, apa aku atau bukan yang melakukan itu, selama ini daddy selalu mengawasi ku kan?"
Ellard mengangguk, itu benar. Tidak mungkin Reon pelakunya.
"Dad-dy ... kapan kau akan mengakui jika aku anakmu?"
"Jangan bicarakan itu keras-keras,"Ellard membawa Reon untuk duduk bersamanya."Aku akan membicarakan ini dengan mereka nanti, setelah keadaan benar-benar membaik. Kau tahu sendiri bukan, sekarang ini kondisinya seperti apa?"
Ellard memijit kepalanya, jika boleh jujur, ia menyimpan satu rahasia, yaitu ia mempunyai anak lain selain Axian, Xander serta Alvion dan Alvian. Dia adalah Reon. Kejadian ini sudah lama, sebelum ia menikah dengan Alexa, bisa di katakan Reon adalah anaknya dari wanita lain.
Nanti? Mungkin itu sudah ribuan kali, tidak apa-apa, Reon bisa menunggu.
"Kau tahu bukan jika ini bukan waktunya, setelah semuanya mereda aku akan mengatakan sejujurnya pada mereka dan mengumumkan pada semua orang jika kau adalah putraku. Tunggu sebentar, hanya sebentar lagi, bisakah kau menunggu sampai hari itu tiba?"
"Sampai aku mati pun aku akan menunggunya, jika begitu aku akan mencari Alvian dulu," Reon beranjak dari duduknya."Aku permisi dulu, tu-an."
"Berhati-hatilah, mereka sepertinya berbahaya." Reon menatap Ellard dengan lekat, setelah itu ia pamit undur diri.
"Ellard, kau memang bodoh!" Ia tidak bisa mengakuinya, jika ia jujur maka bisa dipastikan keluarganya akan terpisah, anak-anaknya pasti akan mengikuti Alexa. Ia tidak mau hal itu terjadi.
Ia telah membuat kesepakatan sebelum menikah dengan Alexa, jangan pernah mengkhianati satu sama lain, jika itu terjadi maka anak-anak akan ikut bersama orang yang tidak berkhianat.
"Tenang ... selama tidak ada yang tahu, maka ini semua akan aman, sekarang aku harus fokus mencari Alvian, benar! Harus mencari Alvian! Vian, kau dimana?"
* * *
Alvian hanya bisa memeluk dirinya sendiri, orang yang selalu memukulnya itu akan datang dan marah-marah setelah ia datang lagi, ia tidak tahu apa kesalahannya, apa dia telah membuat orang lain terluka makanya orang itu memukulnya seperti ini.
Tapi Alvian pikir ia tidak melakukan itu.Lapar, haus dan tubuhnya begitu sakit, ia tidak bisa banyak bergerak. Alvian harap ada yang bisa menolongnya.
Sekarang ia merindukan Alvion, jika ada abangnya pasti abangnya itu akan menenangkannya sekarang.
"Abang, tolong Vian ..."
Ia ketakutan, tidak apa-apa jika ia dimarahi dan di omeli oleh Alvion asalkan ia tidak berada di tempat yang gelap ini.
Alvian kembali memeluk tubuhnya saat mendengar suara pintu di buka dengan kasarnya.
"Bangun! Kenapa kau hanya tiduran saja! Kau pikir ini tempat untuk tidur!"
Alvian memegang kepalanya yang sakit, rambut kepalanya kembali di tarik dengan sekuat tenaga, mungkin beberapa rambutnya lepas dari tempatnya karena tarikan yang begitu kuatnya itu.
"Sa-kit ... bang, Vian salah apa ... Vian minta maaf, lepasin bang Reon ..."
Alvian menatap Reon dengan melasnya, pertama kali ia melihat Reon melepaskan topeng, ia pikir Reon akan menyelamatkannya, tak tahunya Reon malah melakukan ini padanya.
Alvian sudah tidak bisa melawan, dia hanya bisa memukul pelan tangan Reon.
Reon membenturkan kepala Alvian ke dinding, ia kembali menendang kaki itu.
"Ampun? Untuk apa? Untuk apa kau meminta ampun padaku? Bukankah kita adalah orang asing? Aku bukan abangmu dan kau juga begitu, jadi tidak perlu meminta ampun padaku, Vian!"
Reon mengumpat,"Baru segitu saja kau sudah pingsan! Dasar lemah! Lemah!"
Alvian tidak tahu harus bereaksi apa, jika ia tidak memejamkan matanya pasti Reon akan terus memukulnya."Kenapa bang Reon jahat, dulu bang Reon baik ... Tuhan sakit ... perut Vian sakit ..."
Alvian hanya bisa menangis dalam diam, rasanya benar-benar sakit, ia tidak berbohong tentang ini.
Semoga saja Alvion cepat datang, setidaknya ia bisa tenang sekarang karena ada Alvion berada di sisinya.
Vote →Comment→ Follow
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvion & Alvian
Teen FictionBagaimana jadinya jika seorang remaja laki-laki nakal dan tidak bisa di atur berpindah tubuh ke tubuh remaja yang polos penuh dengan penderitaan. Bagaimana juga dengan sebaliknya, bagaimana jika seorang remaja polos berpindah tubuh ke remaja nakal...