"Bang Vion, bagaimana ini. Mommy malah buang bunganya."
"Gua tahu, elo bahkan udah bilang itu lima kali. Gua udah denger."
Alvion memijit kepalanya yang tiba-tiba saja pusing."Kenapa mommy dan daddy sama-sama nggak mau nerima pemberian bunga masing-masing, nggak mungkin mereka udah nggak sama-sama cinta, 'kan?"
Alvian mengikuti Alvion yang mondar-mandir itu.
"Gua rasa mereka cuma gengsi aja nggak sih?"
"Tapi kenapa mereka gengsi abang?"
"Ya mana gua tahu, ini pasti ada hubungannya sama mereka yang berantem terus menerus!"
Tubuh mereka saja belum kembali malah menambah masalah saja.
"Abang, mungkin mommy terlalu marah sama daddy, gimana kalau kita bujuk bang Xander sama bang Axian aja?"
Alvion berputar melihat Alvian berbinar."Elo pinter! Kalo mommy sama daddy mungkin terlalu cepet buat nyatuin mereka, kita harus nyatuin bang Xander sama bang Axian dulu. Kalo mereka udah baikan mereka bisa dukung kita."
Alvion merasa bangga perubahan Alvian yang signifikan seperti ini, tenyata kepintarannya menular.
Alvian tersenyum lebar, ia diberikan pelukan oleh abangnya itu sebagai hadiah."Jadi abang, gimana caranya biar mereka akur?"
"Hmm ..."Alvion meletakkan tangannya di dagu, apa yang harus mereka lakukan agar Axian dan Xander bisa berbaikan.
"Gua tahu! Di sini ada perpustakaan pribadi gua, biasanya gua kesana buat belajar, gimana kalo kita kurung mereka berdua di sana, pasti mereka bakalan kerja sama buat keluar. Soalnya perpustakaan itu nggak bisa di buka kalo nggak ada kuncinya. Jendela di sana juga di halangin sama teralis besi. Jadi pasti mereka bakalan ngomong berdua dan kerja sama buat keluar dari sana, udah pasti itu! Gua yakin, pasti yang ini berhasil!"
Alvian mengangguk semangat saja, itu ide yang bagus.
"Oke, seperti biasa elo harus bisa bawa bang Axian ke perpustakaan, kalo gua akan coba bawa bang Xander ke sana. Terserah alasannya apa tapi yang penting elo bisa bawa bang Axian ke sana, ngerti?"
"Iya abang, kalo gitu Vian pergi dulu!"Alvian mulai berlari keluar kamar Alvion.
"Kebiasaan, suka banget lari-lari."
"Vian? Kenapa Vion berlari seperti itu. Dia bahkan tidak mendengar ku memanggilnya."
Alvion tercengang melihat Xander yang baru saja masuk ke kamarnya, kenapa bisa pas seperti ini.
"Oooo itu, apa namanya emm ... oh iya, Vion mau ngambil cemilan, kita mau baca buku di perpustakaan bang. Jadi dia ambil cemilan, ini aku mau ke sana."
Xander mengangguk, jadi seperti itu, baru saja dia akan mengajak adiknya untuk menonton film bersama Alexa bersama-sama."Tapi apa kau tahu dimana letak perpustakaannya?"
Alvion tersedak ludah sendiri mendengar itu, benar juga. Dia kan Alvian sekarang, jadi tak mungkin Alvian bisa tahu seluruh rumah ini.
"En-ggak tahu bang, makanya aku mau nunggu Vion sambil jalan, abang mau anter aku kesana nggak?"
Sudah Xander duga jika Alvian tidak tahu, "Baiklah. Akan abang antar, nanti abang akan beri tahu mommy jika kalian ingin membaca buku."Dia memegang tangan Alvian dan berjalan bersama.
Alvion menghela nafas lega, untung saja Xander percaya dengan apa yang ia ucapkan. Ia tinggal menunggu Alvian saja nanti.
Sementara itu, Alvian langsung menuju kamar Axian setelah bertanya pada maid jika Axian baru saja masuk ke dalam kamarnya, jadi Alvian langsung bergegas ke sana.
Alvian mengetuk pintu dengan tak sabaran membuat pintu itu terbuka setelahnya.
"Vion? Ada apa?"Axian sedikit panik mendengar pintu yang diketuk begitu cepatnya.
"Abang abang! Ada cicak di sana tolong dia mau makan bukunya! Ayo abang, cepat abang!"Alvian menarik tangan Axian dan berlari ke arah perpustakaan yang telah di sebutkan oleh Alvion tadi.
Axian tidak bisa berpikir jernih sekarang, maksudnya apa? Cicak, makan buku? Apa itu semua, atau pendengarannya yang salah?
Tapi meskipun begitu Axian juga ikut berlari bersama Alvion.
Saat sampai di ruang perpustakaan, Axian masuk lebih dulu, setelahnya Alvian juga ingin masuk tapi tangannya malah di tarik seseorang.
"Nggak usah masuk, kita kunci pintunya."Alvion langsung mengunci pintu itu dari luar."Udah, biarin aja mereka. Kita tunggu di sini."
Alvian mengangguk, dia menetralkan nafasnya karena lelah berlari.
"Makanya jangan suka lari-larian, ni minum. Tadi gua suruh bibi buatin jus."
"Makasih abang,"Alvian menerima gelas yang berisi jus jeruk itu, dia langsung meminumnya hingga tandas.
"Sekarang kita pantau aja gimana selanjutnya."
Di dalam sana, Axian mengerutkan keningnya tak mengerti kenapa dia bisa di bawa oleh Alvion ke sini, dan kenapa juga Alvion langsung mengunci pintunya seperti ini.
"Vion! Vion! Kenapa di kunci seperti ini!"Axian mencoba membuka pintu, tapi tetap saja pintu itu tak bisa di buka.
"Kenapa kau ada di sini! Dimana Vian?"Xander yang baru saja datang dari arah belakang rak buku, ia melihat Axian dengan tatapan sinisnya, tadi Alvian ingin pergi sebentar untuk melihat Alvion yang belum kembali, tapi bukannya Alvian yang datang tapi makhluk tidak jelas ini ada di sini.
Axian memutar matanya malas, "Kenapa kau bisa berada di sini!"
"Aku bertanya lebih dulu tapi kau malah bertanya lagi, seharusnya kau menjawab pertanyaan ku."Xander tak suka dengan sikap Axian yang seperti ini.
"Bukan urusanmu!"Axian tak lagi memperdulikan Xander, dia berusaha menendang-nendang pintunya.
"Kenapa dengan pintunya?"
"Kau tidak buta kan!"Lama kelamaan Axian terbawa emosi jika seperti ini, "Sudah tahu pintunya tidak bisa terbuka kau malah bertanya hal yang tidak penting!"
"Apa?!"Xander menyingkirkan Axian dan mencoba untuk membuka pintu, tenyata benar. Pintunya terkunci.
Axian berdecak,"Jika bersamamu memang bisa sial kapan saja."Cibirnya.
"Apa maksudmu!"Xander menatap tajam adiknya itu.
"Itu kenyataan, kau dan mommy adalah sumber masa ... sssttt" Pipi Axian tertoleh karena dipukul oleh Xander.
"Jaga bicaramu! Jangan kira aku tidak bisa membunuhmu karena kau adikku!"Xander tak suka saat Axian malah berkata itu pada mommy'nya.
Axian meludah, dia juga membalas pukulan Xander,"Kau pikir aku tidak bisa! Aku juga bisa! Aku sudah menahannya selama ini! Kau dan mommy adalah sumber masalah! Jika tidak kita tidak mungkin kehilangan dia!"
"Axian!"Xander geram mendengar itu, dia memukul Axian berkali-kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvion & Alvian
Ficção AdolescenteBagaimana jadinya jika seorang remaja laki-laki nakal dan tidak bisa di atur berpindah tubuh ke tubuh remaja yang polos penuh dengan penderitaan. Bagaimana juga dengan sebaliknya, bagaimana jika seorang remaja polos berpindah tubuh ke remaja nakal...