31. Nggak masuk akal tapi dimasukin aja biar masuk akal!

607 79 5
                                    

Deon menatap Alvion tidak percaya, "Mana mungkin njir! Lo pikir kita lagi di dunia novel apa bisa tuker tuker gitu! Lagian itu semua nggak masuk akal! Mana ada jiwa manusia bisa di tuker-tuker gitu!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Deon menatap Alvion tidak percaya, "Mana mungkin njir! Lo pikir kita lagi di dunia novel apa bisa tuker tuker gitu! Lagian itu semua nggak masuk akal! Mana ada jiwa manusia bisa di tuker-tuker gitu!"

"Ya gua nggak maksa elo buat percaya sama gua, kalo nggak percaya ya udah, gua mau pergi. Yok Vian." Alvion memegang tangan Alvian tapi di tahan oleh Deon.

"Oke tapi kasih tahu gua bukti yang buat gua percaya gitu, kok bisa jiwa elo ketuker gini sama, Vian." Deon berpikir sebentar, "Oke, kalo elo bisa nebak pertanyaan yang paling sulit dari gua ini, gua akan percaya kalo elo itu emang Alvion!"

"Ck! Ribet tahu nggak! Ya udah apaan! Gua gibeng juga baru tahu lo!" Ingin sekali membuang Deon dari atas rooftop ini ke bawah, tapi Alvion masih punya.

Berbeda dengan Alvian yang celingak-celinguk tidak jelas, dia bingung dengan percakapan antara alvion dan Deon ini.

"Okey, pertanyaan ini cuma Vion yang paling tahu jawabannya, kalo elo tahu fiks elo itu adalah Vion!"

"Ya elah cepet ege! Gua mau pergi ini!"desak Alvion membuat Deon hanya bisa cengengesan saja.

"Okey okey okey, jadi pertanyaan'nya. Makanan kesukaan Vion, apaan?"Deon menatap orang yang mengaku dengan Alvion itu dengan penuh selidik.

"Cumi!" Jawab Alvion datar.

"Kalo elo, tahu makanan kesukaan Vion?"tanyanya pada Alvian.

Alvian mengangguk, "Bang Vion suka makan cumi!"

"Kok sama! Adoh!!"Lagi dan lagi kepala Deon di pukul oleh Alvion.

"Elo udah nanya gua kenapa nanya dia lagi! Udahlah, kalo nggak mau bantu ya udah, yok Vian. Kita pergi aja." Kesal sekali Alvion saat ini,"Jangan sampe kaki elo di kepala, kepala elo di kaki ya, Deon!"

Deon hanya mengusap kepalanya,"Bener sih elo pasti, Vion. Cuma elo yang berani mukul gua kek gini, tapi nggak masuk akal ya!"

"Kagak masuk ya di masukin lah! Elo pikir gua mikir apa pertama kali gua pindah tubuh gini, untung aja gua masih hidup. Nggak apa-apa jiwanya pindah tapi gua nggak mati pas kecelakaan itu!"ucap Alvion dengan bengisnya.

"Okey, gua percaya sekarang walaupun agak sulit." Deon mengangguk.

Mulai lagi, sudahlah."Vian, elo laper nggak? Mau makan nggak?"

"Iya abang, mau ..."

"Ya udah, kita makan dulu sebelum pulang, tinggalin aja noh kodok jomblo."Alvion memegang tangan adiknya untuk turun lagi.

"Dih Vion! Gua bukan kodok jomblo ya! Walaupun gua jomblo tapi gua bukan kodok!" Deon berjalan beriringan dengan Alvion dan Alvian."Kok sikap elo bisa lembut banget sama Vian? Kalo smaa gua elo kayak mau nendang gua njir!"

"Ya iyalah, elo kan orangnya ngeselin. Dan jangan deket-deket adek gua! Jauh! Nah gitu baru pas!" Alvion Marik tangan Alvian agar tidak mendekati sahabat luknut'nya itu.

"Ngapa sih njir? Gua kan cuma mau kenal aja sama dia, kalo di liat-liat dia pendiem banget ya, udah itu imut lagi, tubuh yang elo masukin itu imut cok! Pengen gua cubit!"

Alvion menutup mulut Deon dan membekapnya,"Jangan keras-keras! Li mau semua orang tahu kalo gua pindah tubuh gini! Ngaco ya lo!"

"Ya maaf, kan namanya reflek!" Deon hanya bisa cengengesan saja."Gua akan tutup mulut,"ucapnya sambil mengunci bibirnya."Gua Deon. Elo panggil Vion dengan abang berarti elo lebih muda dari dia dong? Lo panggil gua abang juga dong. Pengen juga di panggil abang." Deon memegang tangan Alvian tapi lagi dan lagi di tepis oleh orang yang berada di sebelahnya."Apansi, Vion. Gua kan cuma mau kenalan sama dia, masa nggak boleh!"kesalnya.

"Ya nggak boleh lah! Dia adik gua ya terserah gua, Vian jangan panggil dia abang, panggil aja Deon atau enggak kodok!"

Alvian menggeleng,"Abang tidak boleh panggil nama orang dengan kodok."

Deon yang mendengar itu langsung merasa tubuhnya ingin terbang, baru kali ini ada yang membelanya."Ternyata ku sudah menemukan sahabatku yang sejati! Vian, mau kah kau menjadi sahabatku?" Deon berkedip-kedip menatap Alvian dengan penuh binar.

"Iya ..."

"Enggak! Jangan deket-deket sama adek gua ya," sudah tahu jika Alvian itu terlalu polos, bahkan sangat polos, jika bersatu dengan Deon bisa-bisa otak adiknya itu akan ternodai.

Deon memutar matanya malas."Heleh, Vian tadi udah ngomong iya, jadi sekarang kita Udha besti! Elo jauh-jauh sana!"

Sudah tidak waras, Alvion segera membawa adiknya itu ke kantin, sudahlah lapar tapi malah bertambah pusing menghadapi sikap Deon seperti ini.

"Sono depan! Gua sama Vian!"Lagi dan lagi Alvion tak memberikan kesempatan untuk Deon mendekati adiknya.

"Lah, gua mau di sini, boleh'kan Vian?"

Alvian tidak berbicara, ia menatap Alvion seolah meminta izin.

"Sorry Deon, tapi Vian cuma nurut sama gua, jadi elo duduk di depan, kalo bisa pesen kita makanan, nih duit sana-sana! Gua sama Vian udah laper!"

"Dih! Lo kira gua babu!" Walaupun begitu Deon tetap berjalan ke tempat makanan.

Alvian tertawa setelahnya, "Teman abang lucu."

"Lucu dari mananya coba! Kagak ada lucu-lucunya, satu lagi Vian. Kalo dia ngomong sesuatu jangan didengerin, dia ngaco! Ngerti kan?"

"Iya abang ngerti." Alvian mengangguk patuh, tak mungkin dia tidak mendengarkan abangnya.

"Nah bagus!" Baru sebentar saja Alvion sudah pusing di buat oleh Deon, "Keknya gua salah minta bantuan deh ..."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Alvion & AlvianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang