Di kediaman Ellard, pria dewasa itu tengah di buar khawatir karena Alvion dan Alvian yang menghilang untungnya, dia bisa tahu lagi di mana kedua bocah itu karena para bodyguard melihat sang anak pergi ke sekolah.
"Aku sudah menyuruh mu pergi dari sini baik-baik, Alexa! Kau ingin memakai kekerasan?"
Tidakkah Alexa ini punya telinga? Dia juga tidak tuli tapi kenapa dia masih berada di sini.
"Aku tidak mau, jika aku pergi maka aku akan membawa Alvian dan Alvion!" Itu keputusan terakhir Alexa. Dia tidak akan meninggalkan anak-anaknya lagi.
Ellard tertawa terbahak-bahak,"Kau akan membawa mereka? Maka langkahi dulu mayatku!"
"Apa-apaan kau ini! Kami tidak akan pergi kecuali Vian dan Vion ikut bersama kami!" Xander tak mungkin membiarkan mommy'nya terhina terus menerus seperti ini.
"Jangan ikut campur, daddy sudah memutuskan maka Alvion dan Alvian akan tinggal bersama kami, bukan kalian!" Sela Axian sembari mendorong abangnya itu.
"Tidak dan tidak, Alvion itu anakku juga! Aku berhak menjaganya!" Alexa tak ingin pergi, Ellard pikir siapa dia berani mengusirnya seperti ini.
Ellard mengepalkan tangannya dan menatap Alexa dengan bengis,"Kau bilang kau bisa menjaganya? Kau bilang kau bisa menjaga anak kita? Jika kau bisa menjaganya maka dia tidak akan hilang! Anak kita tidak akan hilang! Itu semua gara-gara kecerobohan mu Alexa! Kau tidak ingat! Ini semua karena kecerobohanmu! Ini semua ulahmu! Kau lah yang membuat dia hilang sampai sekarang! Kau lah yang membuat dia hilang!"teriakan Ellard begitu menggema bahkan sampai terdengar keluar.
Para bawahan Ellard hanya bisa menunduk dalam diam.
"Siapa yang hilang?"
Ellard dan mereka segera mengalihkan tatapan mereka saat mendengar suara itu.
Itu adalah Alvion, Alvian dan Deon yang masih ternganga.
Ellard menghela nafas, dia membalikkan tubuhnya dan mengusap air matanya yang mengalir,"Kenapa Vion ada di sini? Bukannya mereka masih di sekolah sekarang."
"Vian, Vion. Kalian sudah lama?" Alexa berdehem sebentar dan ingin memeluk kedua bocah itu tapi Alvian lebih dulu menepisnya.
"Tunggu dulu, mommy. Tadi aku nanya siapa yang hilang? Siapa?" Alvion menatap kedua orang tuanya itu dengan curiga.
Helaan nafas Ellard terdengar saat melihat Alvion yang masih diam saja di sana."Sepertinya, dia belum dengar."
Ellard segera mendekati mereka,"Siapa yang hilang, daddy tidak mengatakan ada yang hilang. Benarkan, Xian?"
"Ah, benar. Itu benar. Tidak ada yang hilang, Vian. Kalian kenapa pulang begitu cepat? Apa kalian bolos? Tidak apa-apa. Sebaiknya kita jalan-jalan saja."Axian ingin memegang tangan Alvian tapi sang empu malah mendorongnya.
"Daddy dan mommy ngerahasiain sesuatu dari kita? Iya kan? Aku denger tadi daddy ngomong adanyang hilang! Apa yang hilang daddy? Apa! Reon, kasih tahu, apa yang hilang?"Alvion menatap Reon yang berada di sana.
Reon hanya menunduk saja, dan tidak menjawab apapun.
"Vian, apa yang kau bicarakan. Tidak ada yang hilang." Ucap Xander.
"Aku nggak budeg bang! Deon, Vion, kalian denger juga kan? Kalian denger juga kan kalo daddy ngomong adanyang hilang tadi?!"
Deon dan Alvian mengangguk bersamaan. Mereka juga mendengarkan apa yang dikatakan oleh Ellard.
"Daddy dan mommy emang bohong sama kita! Ayok Vion! Kira pergi aja!"Alvion menarik tangan Alvian keluar.
"Eh eh, Vion! Vian tungguin, om tante, misi ya ..." Setelah pamit, Deon segera menyusul Alvian dan Alvion.
"Vian! Vion! Lihat apa yang kau lakukan! Ini semua gara-gara kau!" Ellard menunjuk wajah Alexa.
"Jangan menyalahkan mommy ku! Kau yang tidak bisa membungkam mulut mu itu! Dan lihat apa yang terjadi, Vian dan Vion pergi!" Xander memarahi balik daadynya itu.
Ellard tak peduli, dia segera keluar dan melihat jika Alvian sudah pergi dari sana membonceng Alvion.
"Kejar! Kenapa kalian hanya diam saja! Bagaimana anakku nanti kenapa-napa!"
"Baik tuan!"
"Aaar sial!" Mungkin mereka tidak mendengar apa yang dia katakan tapi tetap saja tampak jika wajah dari Alvion penuh kebingungan, bahkan Alvian juga marah karena merahasiakan sesuatu dari mereka.
"Alexa! Ini semua salahmu!"
* * *
Kini Alvian dan Alvion berada di kamar, tepatnya di rumah Deon karena tak tahu harus bagaimana.
"Elo dengerkan, Deon? Mereka nyembuyiin sesuatu dari gua, elo nggak percaya kalo mereka punya rahasia dan jaga rahasia itu dari gua! Gua pusing, tubuh kira belum balik dan mommy sama daddy nggak mau ngomong masalah mereka apa. Gua capek gini terus." Alvion langsung menghempaskan tubuhnya ke kasur Deon yang empuk itu.
"Iya, Vion. Gua denger, nggak nyangka yang elo omongin selalu itu bener." Memang Alvion selalu mengatakan masalah ini padanya tapi ia tak percaya karena tak mungkin orang tua bisa menyembunyikan hak yang besar pada anak mereka.
"Abang, kayaknya tadi mereka juga sebut ini semua salah mommy dan mommy ceroboh. Pasti karena itu daddy marah!" Alvian berucap.
Alvion melirik sinis Alvian, "Nggak mungkin cuma itu aja, Vian. Kalo mommy cuma ceroboh nggak mungkin mommy semarah ini."
"Iya bener, kalo cuma ceroboh nggak mungkin semarah yang elo bilang, Vion. Keknya mommy elo ceroboh atau ngelakuin hal yang lain, gua tebak pasti dia udah mecahin barang kesayangan daddy elo!"tambah Deon.
"Gua males bercanda ya, jangan buat gua mau mukul elo lagi!"
Deon hanya cengengesan saja, padahal ia hanya memberikan pendapatnya saja.
Tapi jika dipikir-pikir, ini ada benarnya juga, benda kesayangan.
"Benda apa yang hilang itu? Apa itu lebih berharga dari pada pernikahan mereka?"Itu pasti, Alvion memikirkan satu hal." Kita harus cari tahu benda apa yang hilang!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvion & Alvian
JugendliteraturBagaimana jadinya jika seorang remaja laki-laki nakal dan tidak bisa di atur berpindah tubuh ke tubuh remaja yang polos penuh dengan penderitaan. Bagaimana juga dengan sebaliknya, bagaimana jika seorang remaja polos berpindah tubuh ke remaja nakal...