"Woah bang ... besar banget sekolahnya!"
Alvian menatap gedung yang berada didepannya itu dengan mata yang berbinar.
"Gua tahu pasti elo akan suka, ini sekolah gua. Tapi sikap elo jangan sampe aneh, mereka kan tahunya gua elo Alvion. Jadi jangan sampe elo keceplosan."
Alvian membuat kunci di bibirnya,"Janji!"
"Bagus, kita keliling aja nggak usah masuk kelas, elo kan belum di daftarin di sekolah ini, jadi kita bolos aja, gua tahu tempat yang bagus untuk santai." Alvion menggenggam tangan Alvian.
Mereka kabur dari rumah, lebih tepatnya Alvion lah yang malas bertemu dengan daddy-nya karena semalam mereka bertengkar.
Pemandangan itu tentu saja membuat para murid heran, Alvion terlihat berbeda, jangan lupa ada seseorang yang memegang tangannya, biasanya Alvion akan marah jika seseorang dekat dengannya kecuali temannya itu sendiri.
Alvion membawa Alvian ke rooftop, tempat ini adalah tempat di mana ia merenung kala dia muak dengan segala ocehan daddy-nya.
Alvion menatap kebawah begitu tinggi,"Kalo kita lompat ke bawah sama-sama keknya tubuh kita ketuker lagi deh."
Alvian langsung mundur mendengar itu, ia segera menggeleng ribut.
Alvion tertawa terbahak-bahak,"Gua bercanda, gila aja lompat ke bawah. Yang ada kita mati!"
Helaan nafas terdengar dari Alvian."Vian pikir abang mau lompat, Vian tidak mau."
Betapa sakitnya itu, mungkin sangking sakitnya tidak akan terasa sakitnya seperti apa jika sudah jatuh ke bawah.
"Vion! Gua kangen sama elo!"
"Emm?"
Alvian menatap abangnya penuh dengan tanda tanya, siapa orang yang memeluknya ini.
Alvion hanya memutar matanya malas, itu adalah Deon Kusuma. Dia adalah sahabatnya, tapi sepertinya hanya Deon yang menganggap dirinya sahabat. Lihatlah itu, kenapa dia sering menempel ke tubuhnya, jika dia berada di tubuhnya sekarang pas dia akan menendang Deon.
"Tumben banget lo kagak nendang gua!"
Baru saja di katakan, Deon sudah bertanya dengan raut wajah yang aneh.
"Elo ... aneh tahu nggak! Wah keknya kerasukan jin sekolah nih!" Deon yang memegang air mineral di tangannya segera membukanya, dia berkumur-kumur dahulu dan ingin menyemburkan air yang ada di dalam mulutnya itu ke Alvion.
Alvion yang melihat itu segera menarik Alvian ke sisinya hingga air yang disemburkan oleh Deon langsung terkena dinding.
"Apa-apaan sih lo! Jorok tahu nggak," untung saja Alvian tidak kena.
"Ehh? Elo siapa?! Kenapa muka lo mirip sama Vion gua!"Deon menatap wajah orang yang baru saja berbicara itu dengan dekat.
"Mirip pala lo peyang! Gua Vion." Alvion membawa Alvian untuk duduk bersama dengannya.
"Hah? Gimana gimana? Maksudnya elo Vion, gimana? Nama lo juga Vion? Kok sama kayak besti gua ni muka tembok! Kebetulan banget bisa gitu ya! Tapi lo kasar padahal muka lo imut, kayak enggak cocok, iya kan,Vion? Elo kenapa dah dari tadi diem aja? Nggak kayak biasanya, berhari-hari ini elo juga kemana? Rumah lo tutup pas gua kesana jadi nggak tahu keadaan lo gimana, elo baik-baik aja kan, Vion?"Deon menguyel-nguyel pipi yang sedikit mulai berubah itu."Kok elo tambah gendut kalo diliat-liat!"
"Lepasin! Sakit itu!" Alvion menepis tangan Deon."Dia bukan Vion, gua yang Vion. Nama dia Vian. Alvian. Emang hidup gua kagak pernah normal. Jiwa gua ketuker sama ni bocah, tolongin gua, gua nggak tahu lagi mau nukernya lagi gimana."
Deon menjatuhkan rahangnya,"Ini gua yang salah denger atau elo ngomong jiwa elo ketuker barusan?"
"Emang iya! Budeg apa gimana sih lo? Kan gua udah bilang kalo kita ketuker."Kenapa Deon ini tidak mengerti apa yang dia ucapkan, Alvion rasa dia sudah berbicara dengan keras.
Terdengar suara tawa dari Deon, bahkan dia memegang perutnya sangking lucu mendengar apa yang dikatakan oleh anak imut itu,"Vion, elo mau buat kejutan ya buat gua? Baik banget besti gua ini, tapi sayang. Gua ulang tahun bulan depan cok! Jadi elo salah hari! Ini juga si imut ini, kok bisa elo ngikutin Vion segitunya."
Deon ingin menyentuh pipi Alvion tapi lagi dan lagi tepisan yang dia dapat.
"Gua kagak bohong njir! Oede banget lo gua mau ngasih prank, gua emang ketuker sama ni anak, kemaren gua nggak masuk karena ini! Karena tubuh gua yang beda, gua pusing njir! Ngomong Vian, diem aja dari tadi."
Alvian mengangguk, "Iya, kami tertukar. Tapi bang Vion baik!"
Deon hanya bisa ternganga saja, kenapa akting Alvion dan Alvian sungguh sangat bagus, "Dah lah, gua udah tahu. Pasti kalian emang mau ngeprank. Tapi gua awwss! Kenapa elo geplak kepala gua!"
"Ya lagian siapa suruh nggak percaya! Gua ngasih tahu elo karena mau minta tolong ya! Kalo enggak, enggak mau gua ketemuan sama elo di sini!"Bengisnya.
Deon lagi dan lagi harus tertegun mendengar itu, tapi saat melihat tingkah orang yang berbeda tubuh ini seperti Alvion dia merasa apa yang diucapkan olehnya adalah benar.
"Beneran?! Kok bisa!" Deon memegang dadanya yang syok.
"Jangan lebay ya! Gua nggak suka ngeliatnya, dan satu lagi, jangan deket-deket sama Vian. Elo kayak mau makan dia tahu nggak!"Ia risih melihat tubuhnya di dekati oleh Deon dan di peluk seperti itu.
"Kok bisa njir!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvion & Alvian
Teen FictionBagaimana jadinya jika seorang remaja laki-laki nakal dan tidak bisa di atur berpindah tubuh ke tubuh remaja yang polos penuh dengan penderitaan. Bagaimana juga dengan sebaliknya, bagaimana jika seorang remaja polos berpindah tubuh ke remaja nakal...