Tak tahu harus menggunakan apa agar tiba di kediaman Gervais. Pasalnya ini benar-benar jauh dari tempat tinggalnya.
Alvion menghela nafas sejenak sambil duduk di pembatas jalan. Ia benar-benar kebingungan sekarang.
"Gua pake apa ke sana! Nggak ada duit lagi!"
Baru kali ini Alvion sangat kesusahan, bahkan membeli makanan saja dirinya tidak bisa.
Alvion melihat ke arah jalan, di sana lampu merah menyala tanda berhenti, banyak mobil dan motor yang mematuhi itu, dirinya merasa Dejavu. Jika saja ia tak menerobos lampu merah maka ini tidak akan terjadi.
"Ngomong-ngomong gimana sama orang yang gua tabrak itu?"
Tak ingat betul bagaimana orangnya tapi Alvion yakin jika orang yang ia tabrak tidak terlalu tua.
Ia bangkit saat melihat mobil pickup mengangkut banyaknya barang, ia mencoba mendekat dan berbicara pada supir pickup itu.
"Pak, bapak mau kemana?"
Supir pickup itu melirik sejenak, dirinya sedikit terkejut saat ada yang berbicara dari arah samping.
"Mau kepasar antar bawang, emangnya kenapa?"
Alvion senang mendengar itu, setidaknya jarak pasar ke rumahnya tidak terlalu jauh hanya jalannya saja yang berbeda, mungkin dia bisa menumpang lagi nantinya.
"Pak numpang ya, sampe persimpangan aja, udah itu turun lagi. Boleh ya pak?"
Supir pickup itu berdecak sejenak, melihat lampu sudah mulai berubah ia segera melambaikan tangannya, "Naik! Tapi jangan dudukin bawang-bawangnya!"
Alvion tak menjawab lagi, ia langsung melompat naik ke pickup itu.
"Kalo nggak penting nggak mau juga gua tumpangin ni mobil!"
Alvion sungguh kesal dibuatnya, bapak-bapak itu sungguh judes dan galak, tapi setidaknya ia dapat tumpangan.
"Gini ya rasanya susah, pantesan daddy nggak pernah mau ambil card dan uang gua kalo gua nyuruh ambil."
Alvion menggeleng, "Enggak! Gua nggak akan maafin daddy walaupun gua udah pindah tubuh gini, daddy udah buat gua ke pisah sama mommy."
Ellard itu jahat! Dia bahkan tidak pernah memikirkan perasaan Alvion.
Alvion bangun dari duduknya, ia segera melompat lagi dan keluar dari pickup itu.
"Makasih pak!"
Alvion tak lagi melihat supir pickup itu, ia berlari menepi.
"Capek, lemah banget ni tubuh."
Berlari sebentar saja ia sudah ngos-ngosan.
Entah berapa lama Alvion berjalan, tapi dari tadi satupun tidak ada yang lewat, akhirnya ia memilih berjalan kaki saja.
Keringat membasahi seluruh tubuhnya, dan akhirnya ia tiba di kediaman Gervais. Bisa ia lihat penjaga berjaga di gerbang itu.
"Capek banget ..."
"Kenapa pengemis bisa ada di sini."
Alvion menaikkan alisnya, pengemis? Yang benar saja! Ia menatap tajam bodyguard itu, rapi setelah dipikir-pikir benar juga, rupanya saat ini seperti pengemis, baju acak-acakan dan berantakan bahkan mungkin lebih dari kata pengemis.
Tapi itu tidak penting, sekarang ia harus tahu informasi tentang tubuhnya, tubuh aslinya.
"Om, gua mau nanya, Alvion dia ..."
"Kurang ajar sekali! Mau apa kau menyebutkan Tuan muda ku! Ingin mati!"
Baiklah jika begini Alvion juga tidak berdaya, mereka memang benar-benar menjaga dirinya, siapa yang tidak akan marah jika seorang pengemis tiba-tiba saja menanyakan tuan mereka, pasti pengemis itu berniat jahat.
"Maksudnya, tuan muda Alvion. Dia udah mari kan? Kuburan nya di mana?"
"Kau gila! Kau menyumpahi tuan muda ku mati!"Hidung bodyguard itu sudah kembang kempis karena marah, berani sekali pengemis ini menyumpahi tuan mudanya.
"Ha? Bukan gitu anjing!"Alvion mengusak rambutnya kasar, kenapa juga dia menyumpahi dirinya sendiri mati, tapi tunggu ... menyumpahinya mati? Maksudnya dia tidak mati?
"Om! Lo bilang apa tadi? Gua belum mati! Eh maksudnya Alvion belum mati? Bukannya dia kecelakaan?"
Alvion memegang tangan bodyguard itu.
"Siapa kau! Sudah menyumpahi tuan mudaku mati sekarang kau tahu jika tuan mudaku kecelakaan! Apa kau penyebab tuan muda ku kecelakaan!"
"Ha? Maksudnya apa om! Kenapa om bilang gitu?"
"Dengar tuan mudaku belum mati! Kau harus di hukum karena telah menyumpahi tuan mudaku!"
Bodyguard itu ingin menangkap tangan Alvion, tapi Alvion lebih dulu berlari.
"Kejar! Dia menyumpahi tuan muda kita!"
Alvion melotot, ia dengan sekuat tenaga berlari, tidak mempedulikan kakinya yang keram dan sakit.
Mereka tampak menyeramkan, ia bisa di bunuh kapan saja.
Alvion melihat ke kiri dan ke kanan. Ia segera bersembunyi di sebalik pohon, membekap mulutnya agar tidak ketahuan.
"Kenapa mereka bilang gua belum mati? Bukannya gua kecelakaan dan pindah ke tubuh ini! Tapi kenapa gua belum mati? Sebenernya ini kenapa? Gua bingung!"
Kepalanya sakit memikirkan itu, benar-benar di luar nalar, tidak mungkin tubuhnya bisa hidup jika raganya ada di sini.
Alvion mengintip sedikit, syukurlah jikanpara bodyguard itu sudah pergi.
"Nggak mungkin tubuh gua di isi orang lain kan!"
Tunggu, apa yang dirinya ucapkan tadi? Diisi oleh orang lain!
"Jangan-jangan emang bener tubuh gua di isi sama orang lain! Nggak mungkin tubuh gua bisa hidup tanpa jiwa! Bajingan!"
Kenapa jadi seperti ini!
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvion & Alvian
Teen FictionBagaimana jadinya jika seorang remaja laki-laki nakal dan tidak bisa di atur berpindah tubuh ke tubuh remaja yang polos penuh dengan penderitaan. Bagaimana juga dengan sebaliknya, bagaimana jika seorang remaja polos berpindah tubuh ke remaja nakal...