47. Lukaku

409 63 11
                                    

Alvian mencoba duduk, ia memuntahkan isi perutnya, rasanya mual, sakit dan bercampur aduk, ia tidak tahu apa yang ia rasakan sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alvian mencoba duduk, ia memuntahkan isi perutnya, rasanya mual, sakit dan bercampur aduk, ia tidak tahu apa yang ia rasakan sekarang.

Pintu yang tertutup kembali terbuka, Alvian bergerak mundur saat melihat Reon yang kembali datang.

Reon melemparkan satu kantong kresek ke arah Alvian."Makan,"

Apa Alvian tidak salah dengar, apa Reon menyuruhnya makan. Tapi ...

"Makan Vian! Aku menyuruhmu makan!"

Alvian mengangguk cepat, ia mengambil kantong kresek yang ternyata di dalam sana berisi nasi bungkus dan air mineral, ia sungguh sangat lapar sekarang.

Reon melihat pemandangan itu dengan acuh, ia duduk di kursi dengan wajahnya yang datar.

Enak, rasanya sangat enak, lauknya adalah ayam yang digoreng dan banyak sayuran di dalamnya, Alvian menyukainya,"Makasih abang ..."

"Aku bukan abangmu!"

Alvian tidak bicara lagi, ia takut saat melihat Reon marah seperti itu.

Reon menatap Alvian dengan penuh benci,"Dua puluh lima tahun, dua puluh lima tahun aku dianggap tidak ada oleh orang-orang, hanya di anggap sebagai bawahan sendiri, bagaimana rasanya Vian? Kau pasti bisa merasakannya bukan? Kau telah merasakannya saat kau kecil tapi apa? Kau masih bisa merasakan kasih sayang orang tuamu. Mereka masih menganggap mu ada,"Reon terkekeh pelan.

"Kau dulu penyakitan, ku kira kau akan mati tapi tak tahunya kau kasih bisa hidup sampai detik ini dan lebih gilanya jiwamu tertukar oleh Vion."

Entah itu benar atau tidak, yang jelas ia tidak peduli.

"Tapi mereka menerimamu kembali, mereka tidak pernah melupakanmu," Reon mengusap air matanya kasar.

Di saat mereka bahagia, ia hanya bisa melihat dari kejauhan, tak berani mendekat, di saat mereka diberikan mainan, makanan yang mewah, pakaian yang bagus, dikenalkan sebagai putra Ellard dan Alexa ia hanya bisa melihat dari sudut saja.

Ia tidak pernah dianggap ada,"Bahkan ayahku saja malu untuk mengakui ku ada, apa karena aku anak haram?"

Reon rasa itu benar, ia mendengar jika mendiang ibunya adalah mantan pelacur, tapi kenapa Ellard malah membawa ia untuk tinggal bersama mereka, menyaksikan kebahagiaan sebuah keluarga.

"Apa aku salah, Vian? Apa aku salah jika melakukan ini? Hatiku sungguh sakit!"

Xander, Axian, Alvion, dan Alvian semua anak-anak Ellard mendapatkan apa yang mereka mau, kemewahan dan yang paling terpenting sebuah kasih sayang.

Di saat Xander dan yang lainnya mendapatkan permen ia hanya mendapatkan obat, disaat mereka mendapatkan manis dia hanya mendapatkan kepahitan dalam hidupnya.

Alvian hanya menunduk, ia makan dengan perlahan, takut akan Reon mengambil makanannya.

"Kenapa dia tidak mengakui aku sebagai anaknya! Apa karena aku anak haram!"Reon memukul dinding itu dengan tangannya.

"Kenapa dia tidak pernah mengakui aku! Jawab Vian! Kenapa!"

Alvian meminum airnya, ia berdiri dengan perlahan dan memeluk Reon."Abang jangan nangis, abang bukan anak haram ..."entah apa artinya tapi yang jelas kata itu telah menyakiti hati Reon."Vian masih sayang sama abang, daddy pasti akuin abang jadi anaknya ..."

Reon tersenyum tipis, ia mendorong Alvian menjauh darinya."Jangan membujukku dengan kata-kata seperti itu, Vian. Aku sudah muak mendengarnya," Reon tidak haus kasih sayang ataupun perhatian. Ia hanya menginginkan dia diakui sebagai anak dan orang lain tidak menghinanya jika ibunya adalah mantan jalang diluaran sana.

"Jangan membujuk ku dengan kata kata sialan itu ... aku muak mendengarnya!"Reon melemparkan semua barang yang berada didekatnya.

Alvian yang melihat Reon kembali mengamuk beringsut mundur, ia memeluk dirinya sendiri."Abang Reon orang baik ... abang Reon hanya sedih saja, daddy kenapa jahat sama abang Reon ..."Tahu rasanya dianggap tidak ada.

Roki dan Elva juga pernah memperlakukannya seperti itu, ia tidak diakui anak oleh mereka dan selalu disingkirkan, tapi Alvian tidak pernah membenci mereka, bagaimanapun mereka memperlakukannya, mereka tetap merawatnya dari kecil.

Alvian berterima kasih tentang itu. Tidak selamanya orang jahat itu jahat, mereka juga sedikit punya hati.

"Abang Reon bukan orang jahat ..."

Reon terkekeh mendengar itu,"Kau salah, Vian. Kau salah! Aku telah menjadi orang jahat!"Reon menendang pintu dan pergi dari sana.

Alvian menggeleng pelan,"Bang Reon bukan orang jahat, bang Reon kasih Vian makanan dan minuman, bang Reon cuma marah aja,"

Alvian tahu itu, diacuhkan itu sakit, lebih sakit daripada mendapatkan siksaan yang begitu menyakitkan.

"Ibu sama ayah juga acuhin Vian dulu, tapi ibu sama ayah selalu kasih roti sama Vian, mereka cuma marah kalau Vian nggak bawa uang, kalau Vian bawa uang mereka tidak akan marah dan kasih Vian makanan,"

Dua puluh lima tahun diacuhkan, tentu saja itu adalah hal yang paling menyakitkan bagi Reon.

Alvian mengatupkan kedua tangannya,"Tuhan ... tolong bikin bang Reon nggak marah lagi, dia orang baik , jadi jangan marah sama dia ya ... nggak apa-apa kok kalo Vian di pukul sama bang Reon asalkan bang Reon nggak marah lagi ..."

Reon yang masih berada di sebalik pintu mendengar ucapan Alvian, ia mengepalkan tangannya dengan kuat, kenapa Alvian ini tidak membencinya, seharusnya Alvian mengumpatinya karena ia telah melakukan kekerasan padanya.

Tidak, ia tidak boleh luluh, "Aku bukan orang baik! Aku adalah orang jahat! Fokus Reon! Fokus! Dia juga anak dari bajingan itu! Kau tidak boleh luluh!"

Vote →Comment→ Follow

Vote →Comment→ Follow

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Alvion & AlvianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang